Minggu, Desember 06, 2009

GHADIR KHUM II


Hadis Al-Ghadir adalah hadis yang disampaikan oleh Rasulullah saw di Ghadir Khum, suatu tempat antara Mekkah dan Madinah, sesudah haji wada’. Hadis ini disampaikan di depan kurang lebih 150.000 sahabat, di bawah terik matahari yang sangat panas, sambil memegang tangan Imam Ali bin Abi Thalib (sa). Hadis Al-Ghadir adalah hadis yang paling mutawatir dari semua hadis, tidak ada satupun hadis Nabi saw yang melebihi kemutawatiran hadis Al-Ghadir. Karena tidak satu pun hadis Nabi saw yang lain yang disaksikan dan didengarkan oleh puluhan ribu sahabat.

Redaksi hadis ini juga bermacam-macam, antara lain:

dalam kitab Mustadrak As Shahihain Al Hakim, Juz III hal 110:

Al Hakim meriwayatkan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Ishaq dan Da’laj bin Ahmad Al Sijzi yang keduanya mendengar dari Muhammad bin Ayub yang mendengar dari Azraq bin Ali yang mendengar dari Hasan bin Ibrahim Al Kirmani yang mendengar dari Muhammad bin Salamah bin Kuhail dari Ayahnya dari Abu Tufail dari Ibnu Wathilah yang mendengar dari Zaid bin Arqam ra yang berkata:

“Rasulullah SAW berhenti di suatu tempat di antara Mekkah dan Madinah di dekat pohon-pohon yang teduh dan orang-orang membersihkan tanah di bawah pohon-pohon tersebut. Kemudian Rasulullah SAW mendirikan shalat, setelah itu Beliau SAW berbicara kepada orang-orang. Beliau memuji dan mengagungkan Allah SWT, memberikan nasehat dan mengingatkan kami".

Kemudian Beliau SAW berkata:

” Wahai manusia, Aku tinggalkan kepadamu dua hal atau perkara, yang apabila kamu mengikuti dan berpegang teguh pada keduanya maka kamu tidak akan tersesat yaitu Kitab Allah (Al Quranul Karim) dan Ahlul BaitKu, ItrahKu. Kemudian Beliau SAW berkata tiga kali “Bukankah Aku ini lebih berhak terhadap kaum muslimin dibanding diri mereka sendiri.. Orang-orang menjawab “Ya”. Kemudian Rasulullah SAW berkata” Barangsiapa yang menganggap aku sebagai maulanya, maka Ali adalah juga maulanya.

Al Hakim telah menyatakan dalam Al Mustadrak As Shahihain bahwa hadis ini shahih sesuai dengan persyaratan Bukhari dan Muslim.


dan juga dalam kitab Mustadrak As Shahihain Al Hakim, Juz III hal 109.

Al Hakim meriwayatkan telah menceritakan kepada kami Abu Husain Muhammad bin Ahmad bin Tamim Al Hanzali di Baghdad yang mendengar dari Abu Qallabah Abdul Malik bin Muhammad Ar Raqqasyi yang mendengar dari Yahya bin Hammad; juga telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Muhammad bin Balawaih dan Abu Bakar Ahmad bin Ja’far Al Bazzaz, yang keduanya mendengar dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal yang mendengar dari ayahnya yang mendengar dari Yahya bin Hammad; dan juga telah menceritakan kepada kami Faqih dari Bukhara Abu Nasr Ahmad bin Suhayl yang mendengar dari Hafiz Baghdad Shalih bin Muhammad yang mendengar dari Khallaf bin Salim Al Makhrami yang mendengar dari Yahya bin Hammad yang mendengar dari Abu Awanah dari Sulaiman Al A’masy yang berkata telah mendengar dari Habib bin Abi Tsabit dari Abu Tufail dari Zaid bin Arqam ra yang berkata:

“Rasulullah SAW ketika dalam perjalanan kembali dari haji wada berhenti di Ghadir Khum dan memerintahkan untuk membersihkan tanah di bawah pohon-pohon"

Kemudian Beliau SAW bersabda:

” Kurasa seakan-akan aku segera akan dipanggil (Allah), dan segera pula memenuhi panggilan itu, Maka sesungguhnya aku meninggalkan kepadamu Ats Tsaqalain(dua peninggalan yang berat). Yang satu lebih besar (lebih agung) dari yang kedua : Yaitu kitab Allah dan Ittrahku. Jagalah Baik-baik dan berhati-hatilah dalam perlakuanmu tehadap kedua peninggalanKu itu, sebab Keduanya takkan berpisah sehingga berkumpul kembali denganKu di Al Haudh.

Kemudian Beliau SAW berkata lagi:

“Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla adalah maulaku, dan aku adalah maula setiap Mu’min. Lalu Beliau SAW mengangkat tangan Ali Bin Abi Thalib sambil bersabda : Barangsiapa yang menganggap aku sebagai maulanya, maka dia ini (Ali bin Abni Thalib) adalah juga maula baginya. Ya Allah, cintailah siapa yang mencintainya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya“

Al Hakim telah menyatakan dalam Al Mustadrak As Shahihain bahwa hadis ini shahih sesuai dengan persyaratan Bukhari dan Muslim.


Di Ghadir Khum, Rasulullah saw bersabda:

من كنت مولاه فعـلي مولاه، اللهمّ وال من والاه وعاد من عاداه

“Barangsiapa yang menjadikan aku pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya. Ya Allah, tolonglah orang yang menolongnya, dan musuhi orang yang memusuhinya.”


Dalam Redaksi yang lain disebutkan:

من كنت مولاه فإنّ عليّاً مولاه، اللهمّ عاد من عاداه ووال من والاه

“Barangsiapa yang menjadikan aku pemimpinnya, maka sesungguhnya Ali adalah pemimpinnya. Ya Allah, musuhi orang yang memusuhinya, dan tolonglah orang yang menolongnya.”


Zaid bin Arqam juga mengatakan bahwa Rasulullah saw:

“Sesungguhnya Allah adalah pemimpinku dan aku adalah pemimpin setiap mukmin.”
Kemudian beliau memegang tangan Ali seraya bersabda:
من كنت وليّه فهذا وليّه، اللهمّ وال من والاه وعاد من عاداه

“Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka ini (Ali) adalah pemimpinnya. Ya Allah, tolonglah orang yang menolongnya, dan musuhi orang yang memusuhinya.”


Dalam redaksi yang lain disebutkan:

من كنت مولاه فهذا عليّ مولاه

“Barangsiapa yang menjadikan aku mawlanya, maka ini Ali adalah mawlanya.”


Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa orang yang pertama kali mengucapkan “Ucapan selamat” kepada Ali bin Abi Thalib (sa) di Ghadir Khum adalah Umar bin Khaththab, dengan mengatakan:

بخ بخ لك يابن ابي طالب قد اصبحت مولاي و مولا كل مؤمن و مؤمنة

"Selamat, selamat atasmu wahai putera Abu Thalib, engkau telah menjadi pemimpinku dan pemimpin semua mukmin dan mukminah."


Hadis Al-Ghadir dengan segala macam redaksinya terdapat dalam kitab:

1. Shahih Muslim, jilid 4/1873, Dar Fikr, Bairut.
2. Shahih Tirmidzi, jilid 5, halaman 297, hadis ke 3797.
3. Sunan Ibnu Majah, jilid 1, halaman 45, hadis ke 121.
4. Musnad Ahmad jilid 5, halaman 501, hadis ke18838, halaman 498, no: 18815, cet Bairut.
5. Musnad Ahmad, jilid 4, halaman 368 dan 372.
6. Musnad Ahmad bin Hamnbal, jilid 1, halaman 88, cet.pertama; jilid 2, halaman 672, dengan sanad yang shahih; jilid 4, halaman 372. cet. Pertama.
7. Khashaish Amirul mu’minin (as), halaman 96, cet Kuwait 1406 H.
8. Fadhilah ash-Shahabah, halaman 15, Dar kutub ilmiyah, Bairut.
9. Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 533, Dar fikr, Bairut 1398 H.
10. Majma’ az-Zawaid, jilid 9, halaman 104-105, Dar kitab Al-Arabi, Bairut 1402 H.
11. Tarjamah Al-Imam Ali bin Abi Thalib, dalam Tarikh Damsyiq, oleh Ibnu Asakir Asy-Syafi’I, jilid 1, halaman 213, hadis ke: 271,277,278,279,281,460,461 dan 465; jilid 2, halaman 14, hadis ke: 509,510,519,520,524,525,529,530,531,533,534,536,537,538,540,541,542,551,554,555,556,557,563,564,574,575,577,578,579 dan 587,cet. Pertama, Bairut.
12. Majma’uz Zawaid, oleh Al-Haitsami Asy-Syafi’I, jilid 9, halaman: 103,105,106,107 dan 108.
13. Kanzul ‘Ummal jilid 15, halaman: 91,92,120,135,143,147 dan 150, cetakan. Kedua.
14. Khashaish Amirul Mu’minin, oleh An-Nasa’I Asy-Syafi’I, halaman 94,95 dan 50, cet. Al-Haidariyah.
15. Al-Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 110.
16. Hilyatul Awliya’, oleh Abu Na’Imam Muhammad Al-Baqir (as), jilid 5, halaman 26.
17. Usdul Ghabah, oleh Ibnu Atsir, jilid 5, halaman 369; jilid3, halaman 274; jilid 5, halaman 208.
18. Jami’ul Ushul, oleh Ibnu Atsir, jilid 9, halaman 468.
19. Al-Manaqib, oleh Al-Khawarizmi Al-Hanafi, halaman 79,94 dan 95.
20. Ad-Durrul Mantsur, oleh As-Suyuthi, jilid 5, halaman 182.
21. Nizham Durar As-Samthin, oleh Az-Zarnadi Al-Hanafi, halaman 112.
22. Manaqib Ali bin Abi Thalib, oleh Ibnu Al-Maghazili Asy-Syafi’I, halaman 19, hadis ke: 24,23,30,31,32,34 dan 36.
23. Al-Hawi, oleh As-Suyuthi, jilid 1, halaman 122.
24. Al-jarh wat-Ta’dil, oleh Abi Hatim, jilid 4, halaman 431, cet. Haidar Abad.
25. Yanabi’ul Mawaddah, oleh Al-Qundusi Al-Hanafi, halaman: 31,33,36,37,38,181,187,274.
26. Dzakhairul ‘Uqba, halaman 67.
27. Al-Ishabah, jilid 1, halaman 305,372 dan 567; jilid 2, halaman 257,382,408 dan 509; jilid 3, halaman 542; jilid 4, halaman 80.
28. Al-Aghani, oleh Abil Farj Al-Isfahan, jilid 8, halaman 307.
29. Tarikh Al-Khulafa’, oleh As-Suyuthi Asy-Syafi’I, halaman 169, cet. As-Sa’adah, Mesir; halaman 65, cet Al-Maimaniyah, Mesir.
30. Mashabih As-Sunnah, oleh Al-Baghawi Asy-Syafi’i, jilid 2, halaman 275.
31. Kifayah Ath-Thalib, oleh Al-Kanji Asy-Syafi’I, halaman: 58,60,62 dan 286, cet. Al-Ghira.
32. Al-Imamah was Siyasah, oleh Ibnu Qataibah, jilid 1, halaman 101.
33. Syawahidut Tanzil, oleh Al-Haskani Al-Hanafi, jilid 1, halaman 157, hadis ke: 210,212 dan 213.
34. Sirr Al-‘Alamin, oleh Al-Ghazali, halaman 21.
35. Misykat Al-Mashabih, oleh Al-Umari, jilid 3, halaman 243.
36. Ar-Riyadh An-Nadharah, jilid 2, halaman 222,223 dan 224.
37. At-Tarikh Al-Kabir, oleh Al-Bukhari, jilid 1, halaman 375, cet. Turki.
38. Faraid As-Samthin, jilid 1, halaman 63 dan 66.
39. Ihqaqul Haqq, jilid 6, halaman 228.
40. Al-Bidayah wan-Nihayah, jilid 5, halaman: 211,212,213 dan 214; jilid 7, halaman: 338,348,448 dan 334.
41. Al-Manaqib, oleh Abdullah Asy-Syafi’I, halaman 106.
42. Wafaul Wafa’, oleh Abdullah Asy-Syafi’I, halaman 106.
43. Miftahun Naja, oleh Al-Badkhasyi, halaman 58.
44. Taysirul Wushul, oleh Ibnu Ar-Rabi,, jilid 2, halaman 147.
45. Tarikh Baghdad, oleh Al-Khatib Al-Baghadi, jilid 8, halaman 290.
46. Al-Kina wal- Asma’, oleh Ad-Dawlabi, jilid 1, halaman 160, cet. Haidar Abad.
47. Nizham An-Nazhirin, halaman 39.
48. Al-Jarh wat-Ta’dil, oleh Ibnu Mundzir, jilid 4, halaman 431.
49. Asy-Syadzarat Adz-dzahabiyah, halaman 54.
50. Akhbar Ad-Duwal, oleh Al-Qurmani, halaman 102.
51. Dzakhair Al-Mawarits, oleh An-Nabilis, jilid 1, halaman 213.
52. Kunuzul Haqaiq, oleh Al-Mannawi, huruf Mim, cet. Bulaq.
53. Arjah Al-Mathalib, oleh Syaikh Abidillah Al-Hanafi, halaman: 564,568,570,471,448,581,36 dan 579.
54. Muntakhab min shahih Bukhari wa Muslim, oleh Muhammad bin Utsman Al-Baghdadi, halaman 217.
55. Fathul Bayan, oleh Haasan Khan Al-Hanafi, jilid 7, halaman 251, cet, Bulaq
56. Al-Arba’in, oleh Ibnu Abil Fawaris, halaman 39.
57. Al-I’tiqad ‘Ala Madzhab As-Salaf, oleh Al-Baihaqi, halaman 182.
58. Al-Mu’tashar minal Mukhtashar, jilid 2, halaman 332, cet. Haidar Abad.
59. MawdhihAwhamil Jam’I Wat-Tafriq, oleh Al-Khatib Al-Baghdadi, jilid 1, halaman 91.
60. At-Tahdzib, oleh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani Asy-Syafi’I, jilid 1, halaman 337.
61. Al-Bayan Wat-Ta’rif, oleh Ibnu Hamzah, jilid 2, halaman 230.
62. Al-Adhdad, halaman 25 dan 180.
63. Al-‘Utsmaniyah, oleh Al-Jahizh, halaman 134 dan 144.
64. Mukhtalib Al-Ahadist, oleh Ibnu Qutaibah, halaman 52.
65. An-Nihayah, oleh Ibnu Atsir Al-Jazari, jilid 4, halaman 346, cet. Al-Muniriyah, Mesir.
66. Ar-Riyadh An-Nadharah, oleh Muhibuddin Ath-Thabari Asy-Syafi’i, jilid 2, halaman 244, cet. Al-Kaniji, Mesir.
67. Duwal Al-Islam, jilid 1, halaman 20.
68. Tadzkirah Al-Huffazh, oleh Adz-Dzahabi, jilid 1, halaman 10.
69. Al-Mawaqif, oleh Al-Iji, jilid 2, halaman 611.
70. Syarah Al-Maqashid, oleh At-Taftajani, jilid 2, halaman 219.
71. Muntakhab Kanzul ‘Ummal (catatan pinggir) Musnad Ahmad, jilid 5, halaman 30.
72. Faydhul Qadir, oleh Al-Mannawi Asy-Syafi’I, jilid 1, halaman 57.
73. Atsna Al-Mathalib fi Ahadits Mukhtalif Al-Maratib, halaman 221.
74. Ar-Rawdh Al-Azhar, oleh Al-Qandar Al-Hindi, halaman 94.
75. Al-Jami’ Ash-Shaghir, oleh As-Suyuthi, hadis ke 900.
76. Al-Mu’jam Al-Kabir, oleh Ath-Thabrani, jilid 1, halaman 149 dan 205.
77. Al-Fadhail, oleh Ahmad bin Hambal, hadis ke: 91,822 dan 139.
78. Al-Kamil, oleh Ibnu ‘Adi, jilid 2, halaman 20.
79. Asy-Syaraf Al-Muabbad Li-Ali Muhammad, oleh An-Nabhani Al-Bairuti, halaman 111.
80. Maqashid Ath-Thalib, oleh Al-Barzanji, halaman 11.
81. Al-Fathu Ar-Rabbani, jilid 21, halaman 312.


Para perawi hadis Al-Ghadir:

1. Muhammad bin Ishaq, shahibus Sirah.
2. Mu’ammar bin Rasyid
3. Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i (Imam Syafi’i).
4. Abdur Razzaq bin Hammam Ash-Shan’ani, guru Bukhari.
5. Said bin Manshur, shahibul Musnad.
6. Ahmad bin Hanbal (Imam Hanbali), shahibul Musnad.
7. Ibnu Majah Al-Qazwini.
8. At-Turmidzi, shahibush Shahih.
9. Abu Bakar Al-Bazzar, shahibul Musnad.
10. An-Nasa’i.
11. Abu Ya’la Al-Mawshili, shahibul Musnad.
12. Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, penulis Tafsir dan Tarikh.
13. Abu Hatim Ibnu Hibban, shahibush Shahih.
14. Abul Qasim Ath-Thabrani, penulis Mu’jam.
15. Abul Hasan Ad-Daruqudni.
16. Al-Hakim An-Naisaburi, shahibul Mustadrak.
17. Ibnu Abd Al-Birr, penulis Al-Isti’ab.
18. Khathib Al-Baghdadi, penulis Tarikh Baghdad.
19. Abu Na’im Al-Isfahani, penulis Hilyatul Awliya’ dan Dalailun Nubuwwah.
20. Abu Bakar Al-Baihaqi, penulis Sunan Al-Kubra.
21. Al-Baghawi, penulis Mashabih As-Sunnah.
22. Jarullah Az-Zamakhsyari, penulis tafsir Al-Kasysyaf.
23. Fakhrur Razi, mufassir.
24. Ibnu Asakir Ad-Damsyiqi, penulis tarikh Damsyiq.
25. Adh-Dhiya’ Al-Muqaddasi, shahibul Mukhtarah.
26. Ibnu Atsir, penulis Usdul Ghabah.
27. Abu Bakar Al-Haitsami, hafizh besar, penulis Majmauz zawaid.
28. Al-Hafizh Al-Muzzi, penulis Tahdzibul kamal.
29. Al-Hafizh Adz-Dzahabi, penulis Talkhish al-Mustadrak.
30. Al-Hafizh Al-Khathib At-Tabrizi, penulis Misykatul Mashabih.
31. Nizhamuddin An-Naisaburi, mufassir terkenal.
32. Ibnu Katsir, mufassir. Mengakui kemutawatiran hadis Al-Ghadir (lihat: Al-Bidayah wan-Nihayah 5/213).
33. Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, penulis syarah Bukhari (Fathul Bari).
34. Al-Ayni Al-Hanafi, penulis Umdatul Qari fi syarh shahih Bukhari.
35. Al-Hafizh Jalaluddin As-Suyuthi.
36. Ibnu Hajar Al-Makki, penulis Ash-Shawaiqul Muhriqah.
37. Syeikh Ali Al-Muttaqi Al-Hindi, penulis Kanzul Ummal.
38. Syeikh Nuruddin Al-Halabi, penulis Sirah Al-Halabi.
39. Syah Waliyullah Ad-Dahlawi, penulis banyak kitab, masyhur dengan julukan Allamah Al-Hindi.
40. Syihabuddin Al-Khafaji, pensyarah Asy-Syifa’ dan penta’liq tafsir Al-Baidhawi.
41. Az-Zubaidi, penulis Tajul ‘Arus.
42. Ahmad Zaini Dahlan, penulis Sirah Ad-Dahlaniyah.
43. Syeikh Muhammad Abduh, mufassir dan pensyarah Nahjul Balaghah.


Kemutawatiran Hadis Al-Ghadir

Hadis Al-Ghadir Kemutawatirannya diakui oleh Jalaluddin As-Suyuthi, di dalam:

1. Al-Faraid Al-Mutakasirah fil Akhbar Al-Mutawatirah.
2. Al-Azhar Al-Mutanatsirah fil Akhbar Al-Mutawatirah.


Pernyataan As-Suyuthi tentang kemutawatiran hadis Al-Ghadir ini dikutip oleh:

1. Allamah Al-Mannawi, di dalam At-Taysir fi Syarhi Al-jami’ Ash-Shaghir, jilid 2, halaman 442.
2. Allamah Al-‘Azizi, dalam Syarah Al-Jami’ Ash-Shaghir, jilid 3, halaman 360.
3. Al-Mala Ali Al-Qari Al-Hanafi, di dalam Al-Mirqat Syarhul Misykat, jilid 5, halaman 568.
4. Jamaluddin ‘Athaullah bin Fathlullah Asy-Syirazi, dalam kitabnya Al-Arba’ina; dan rujuk pula: Khulashah Abqat Al-Anwar, jilid 6, halaman 123.
5. Al-Mannawi Asy-Syafi’I, di dalam kitabnya At-Taysir fi-Syarhi Al-Jami’ Ash-Shaghir, jilid 2, halaman 123.
6. Mirza Makhdum bin Mir Abdul Baqi, di dalam An-Nawaqish ‘Ala Ar-Rawafidh; dan rujuk: Khulashah Abqat Al-Anwar, jilid 6, halaman 121.
7. Muhammad bin Ismail Al-Yamani Ash-Shina’ani, di dalam kitab Ar-Rawdhah An-nadiyah. Rujuk: Ihqaqul Haqq, jilid 6, halaman 294; dan Khulashah Abqat Al-Anwar, jilid 6, halaman 127.
8. Muhammad Shadr ‘Alim, dalam kitab Ma’arij Al-‘Ali fi Manaqib Al-Murtadha; silahkan rujuk: Ihqaqul Haqq, jilid 6, halaman 294; dan Khulashah Abqat Al-Anwar, jilid 6, halaman 127.
9. Syaikh Abdullah Asy-Syafi’I, di dalam kitabnya Al-Ar-Ba’in.
10. Syaikh Dhiyauddin Al-Muqbili, di dalam kitabnya Al-Abhats Al-Musaddadah fil Funun Al-Muta’addidah; dan rujuk: Khulashah Abqat Al-Anwar, jilid 6, halaman 125.
11. Ibnu Katsir Ad-Damsyiqi, di dalam Tarikhnya, dalam Tarjamah Muhammad bin Jarir Ath-thabari.
12. Abu Abdillah Al-Hafizh Adz-Dzahabi. Pernyataannya tentang Kemutawatiran hadis Al-ghadir dikutip oleh Ibnu Katsir, dalam Tarikhnya, jilid 5, halaman 213-214.
13. Al-Hafizh Al-Jazari. Ia menyebutkan kemutawatiran Hadis ini dalam kitabnya Asna Al-Mathalib fi Manaqib Ali bin Abi Thalib, halaman 48.
14. Syaikh Hisamuddin Al-Muttaqi, ia menyebukan kemutawatiran hadis ini dalam kitabnya Mukhtashar Qithful Azhar Al-Mutanatsirah.
15. Muhammad Mubin Al-Kahnawi, di dalam kitab Wasilah An-najah fi Fadhail As-Sadat, halaman 104.


Jumlah Sahabat yang bersama Nabi saw di Ghadir Khum

Ulama berbeda pendapat tentang jumlah sahabat yang menyertai Nabi saw di Ghadir Khum:

Sebagian mengatakan: 90.000 sahabat.
Sebagian mengatakan: 114.000 sahabat.
Sebagian mengatakan: 120.000 sahabat.
Dan ada juga yang menyatakan: 124.000 sahabat.


Pernyataan ini terdapat dalam kitab:

1. Tadzkirah Al-Khawwash, oleh As-Sabth bin Al-Jauzi Al-Hanafi, halaman 30.
2. As-Sirah Al-Halabiyah, jilid 3, halaman 257.
3. As-Sirah An-Nabawiyah oleh Zaini Dahlan (catatan pinggir) As-Sirah Al-Halabiyah, jilid 3, halaman 3.
4. Al-Ghadir, oleh Al-Amini, jilid 1, halaman 9.


Para perawi Hadis Al-Ghadir dari kalangan sahabat nabi saww

Seratus sepuluh sahabat Nabi saw yang meriwayatkan hadis Al-Ghadir, mereka adalah:

1. Abu Hurairah, wafat pada tahun 57/58/59 H.Silahkan rujuk : Tarikh Baghdad, oleh Al-Khatib Al-Baghdadi, jilid 8, halaman 290 ; Tahdzibut Tahdzib, jilid 7, halaman 327 ; Al-Manaqib, oleh Al-Khawarizmi, halaman 130 ; Asna Al-Mathalib, halaman 3 ; Ad-Durrul Mantsur, oleh As-Suyuthi, jilid 2, halaman 259 ; Tarikh Al-Khulafa’, halaman 114 ; Kanzul ‘Ummal, oleh Al-Muttaqi Al-Hindi, jilid 6, halaman 153; Al-Isti’ab, oleh Ibnu Abd Al-Birr, jilid 2, halaman 473; Al-Bidayah wan-Nihayah, oleh Ibnu Katsir Ad-Damsyiqi, jilid 5, halaman 214.
2. Abu Layli Al-Anshari, ia terbunuh pada perang shiffin tahun 37 H. Silahkan rujuk: Al-Manaqib, oleh Khawarizmi, halaman 35; Tarikh Al-Khulafa’, halaman 114.
3. Abu Zainab bin ‘Auf Al-Anshari. Silahkan rujuk: Usdul Ghabah, jilid 3, halaman 307/jilid 5, halaman 205; Al-Ishabah, jilid 3, halaman 408.
4. Abu Fudhalah Al-Anshari, terbunuh pada perang shiffin. Silahkan rujuk: Usdul Ghabah, jilid 3, halaman 307/jilid 5, halaman 205; Tarikh Ali Muhammad, oleh Al-Qadhi, halaman 67.
5. Abu Qudamah Al-Anshari. Silahkan rujuk: Usdul Ghabah, jilid 5, halaman 276.
6. Abu ‘Amrah bin ‘Amr bin Muhshin Al-Anshari. Silahkan rujuk: Usdul Ghabah, jilid 3, halaman 307.
7. Abu Al-Haitsami At-Tihan, terbunuh pada perang shiffin; silahkan rujuk: Nakhbul Manaqib, oleh Al-Ju’abi; Maqtal Al-Husain, oleh Al-Khawarizmi.
8. Abu Rafi’ Al-Qibthi. Silahkan rujuk : Maqtal Al-Husain, oleh Al-Khawarizmi.
9. Abu Dzuwaib Khawailid bin Khalid bin Mahrats, wafat pada masa pemerintahan Utsman bin Affan. Silahkan rujuk: Maqtal Al-Husain.
10. Abu Bakar bin Quhafah, wafat tahun 13 H. Silahkan rujuk: An-Nakhbul Manaqib, oleh Abu Bakar Al-Ju’abi; hadis Al-Ghadir, oleh Al-Manshur Ar-Razi; Asna Al-Mathalib, oleh Syamsuddin Al-Jazari, halaman 3.
11. Usamah bin Zaid bin Haritsah, wafat tahun 54 H. Silahkan rujuk: Usdul Ghabah, tentang Hadis Wilayah, jilid 5, halaman 205; Nakhbul Manaqib.
12. Ubay bin Ka’b Al-khazraji, wafat tahun 30/31 H. Silahkan rujuk: Nakhbul Manaqib.
13. As-ad bin Zurarah Al-Anshari. Silahkan rujuk: An-Nakhbu, oleh Abu Bakar Al-Ju’abi; Al-Wilayah, oleh Abu Said Mas’ud As-Sijistani; Asna Ath-Thalib, oleh Syamsuddin Al-Jazari, oleh Ibnu ‘Uqdah.
14. Asma’ binti ‘Amis Al-Khats’amiyah. Rujuk: Kitab Al-Wilayah, oleh Ibnu ‘Uqdah.
15. Ummu Salamah istri Nabi saw. Rujuk: Kitab Al-Wilayah, oleh Ibnu ‘Uqdah; Yanabi’ul Mawaddah, halaman 40. Wasilah Al-Maal, oleh Syaikh Ahmad bin Fadhl bin Muhammad Al-Makki Asy-Syafi’i.
16. Ummu Hani binti Abi Thalib (as). Rujuk: Yanabi’ul Mawaddah, halaman 40; Musnad Al-Bazzar; Kitab Al-Wilayah, oleh Ibnu ‘Uqdah.
17. Abu Hamzah Anas bin Malik Al-Anshari Al-Khazraji, Khaddam Nabi saw, wafat tahun 93 H. Rujuk: Tarikh Baghad, oleh Al-Khatib Al-Baghdadi, jilid 7, halaman 377; Tarikh Al-Khulafa’, oleh As-Suyuthi, halaman 114; Kanzul ‘Ummal, jilid 6, halaman 154 dan 403; Maqtal Al-Husain, oleh Al-Khawarizmi; Nuzul Abrar; oleh Al-Badkhasyi, halaman 20; Asna Ath-Thalib, oleh Al-Jazari; halaman 4.
18. Barra’ bin Azib Al-Anshari Al-Ausi, wafat tahun 72 H. Rujuk: Musnad Ahmad, jilid 4, halaman 281; Sunan Ibnu Majah, jilid 1, halaman 28 dan 29; Khashais Amirul Mu’minin, oleh An-Nasa’I, halaman 16; Tarikh Baghdad; jilid 14, halaman 236; Tafsir Ath-Thabari, jilid 3, halaman 428; Al-Isti’ab, oleh Ibnu Abd Al-Birr, jilid 2, halaman 473; Ar-Riyadh An-Naadharah, oleh Muhibuddin Ath-Thabari, jilid 2, halaman 25; Dzakhairul ‘Uqba, halaman 14; Tafsir Fahrur Razi, jilid 3, halaman 636; Tafsir An-Naisaburi, jilid 6, halaman 194; Al-Jami’ Ash-Shaghir, jilid 2, halaman 555; Misykatul Mashabih, halaman 557; Kanzul ‘Ummal, jilid 6, Halaman 397; Al-Bidayah wan-nihayah, oleh Ibnu Katsir, jilid 5, halaman 209.
19. Buraidah bin Al-Hashib Abu Sahl Al-Aslami, wafat tahun 63 H. Rujuk: Al-Mustadark Al-Hakim, jilid 3, halaman 110; Al-Isti’ab, oleh Ibnu Abd Al-Birr, jilid 2, halaman 473; Asna Ath-Thalib, oleh Al-Jazari Asy-Syafi’I, halaman 3; Tarikh Al-Hkulafa’, halaman 114; Al-Jami’ Ash-shaghir, jilid 2, halaman 555; Kanzul ‘Ummal, jilid 6, halaman 367; Miftahun Naja, halaman 20; Tafsir Al-Manar, jilid 6, halaman 464.
20. Abu Said Tsabit bin Wadi’ah Al-Anshari Al-Khazraji Al-Madini. Rujuk: Usdul Ghabah, jilid 3, halaman 307/jilid 5, halaman 205; Tarikh Ali Muhammad, halaman 67.
21. Jabir bin Sammah bin Junadah Abu Sulaiman As-Suwai, wafat setelah tahun 70 H; dalam Al-Ishabah, ia wafat tahun 73 H. Rujuk: Kanzul ‘Ummal, jilid 6, halaman 398; Al-Isti’ab, jilid 2, halaman 473; Tahdzibut Tahdzib, jilid 7, halaman 337; Kifayah Ath-Thalib, halaman 16; Al-Bidayah wan-Nihayah, oleh Ibnu Katsir, jilid 5, halaman 209;Asna Ath-Thalib, oleh Al-Jazari, halaman 3; Tarikh Ali Muhammad, oleh Al-Qadhi, halaman 67.
22. Jabir bin Abdullah Al-Anshari, wafat di Madinah tahun 73/74/78 H. Rujuk: Al-Isti’ab, jilid 2, halaman 473; Tahdzibut Tahdzib, jilid 7, halaman 337; Kifayah Ath-Thalib, halaman 16; Al-Bidayah wan-Nihayah, oleh Ibnu Katsir, jilid 5, halaman 209; Kanzul ‘Ummal, jilid 6, halaman 398; Yanabi’ul Mawaddah, halaman 41; Asna Ath-Thalib, halaman 3; Tarikh Ali Muhammad, halaman 67..
23. Jabalah bin Amr Al-Anshari.
24. Jubair bin Math’am, wafat tahun 57/58/59 H. Rujuk: Tarikh Ali Muhammad, halaman 69; Yanabi’ul Mawaddah, halaman 31 dan 336.
25. Jarir bin Abdullah bin Jabir, wafat tahun 51/54 H. Rujuk: Majma’uz Zawaid, oleh Al-Haitsami, jilid 9, halaman 114; Al-Bidayah wan-Nihayah, oleh Ibnu Katsir, jilid 7, halaman 349; Kanzul ‘Ummal, jilid 6, halaman 399.
26. Abu Dzar Jundab bin Junadah Al-Ghifari, wafat tahun 31, Rujuk: Hadis Al-Wilayah, oleh Ibnu ‘Uqdah; Nakhbul Manaqib. Oleh Al-Ju’abi; Faraid As-Samthin; Maqtal Al-Husain, oleh Al-Khawarizmi; Asma Ath-Thalib, oleh, oleh Syamsuddin Al-Jazari Asy-Syafi’I, halaman 4.
27. Abu Junaid Junda’ bin Amr Al-Anshari: rujuk: Usdul Ghabah, jilid 1, halaman 308; Tarikh Ali Muhammad, halaman 67.
28. Habbah bin JuJuwayn Abu Qudamah Al-‘Urani, wafat tahun 76/79 H. Rujuk: Majma’uz Zawaid, jilid 9, halaman 103; Tarikh Baghdad, jilid 8, halaman 276; Al-Kina wal-Asma’, oleh Ad-Dawlabi, jilid 2, halaman 88; Usdul Ghabah, jilid 1, halaman 367; Al-Ishabah, jilid 1, halaman 372.
29. Hubsyi bin Junadah As-Saluli. Rujuk: Usdul Ghabah, jilid 3, halaman 307/jilid 5, halaman 205; Ar-Riyadh An-Nadharah, oleh Muhibuddin Ath-Thabari, jilid 2, halaman 169; Kanzul ‘Ummal, jilid 6, halaman 154; Al-Bidayah wan-Nihayah, oleh Ibnu Katsir, jilid 5, halaman 211; Majma’uz Zawaid, jilid 9, halaman 106; Tarikh Al-Khulafa’, halaman 114; Nuzlul Abrar, oleh Al-Badkhasyi, halaman 20.
30. Habib bin Badil bin Waraqah Al-Khaza’i. Rujuk: Usdul Ghabah, jilid 1, halaman 368.
31. Hudzaifah bin usaid Abu Sarihah Al-Ghifari, wafat tahun 40/42 H. Rujuk: Yanabi’ul Mawaddah, halaman 38; Shahih Tirmidzi, jilid 2, halaman 298; Al-fushulul Muhimmah, oleh Ibnu Shabagh, halaman 25; Al-Bidayah wan-Nihayah, jilid 5, halaman 209/jilid 7, halaman 348; Ash-Shawa’iqul Muhriqah, oleh Ibnu Hajar, halaman 25; As-Sirah Al-Halabiyah, jilid 3, halaman 301; Majma’uz Zaawaid, jilid 9, halaman 165; Tarikh Al-Khulafa’, halaman 114; Tarikh Ali Muhammad, halaman 68.
32. Hudzaifah bin Al-Yaman Al-Yamani, wafat tahun 36 H. Rujuk Da’atul Huda Ila Haqqil Muwalat, oleh Al-Hakim Al-Haskani; Asna Al-Muthalib, oleh Al-Jazari, halaman 4.
33. Hassan bin Tsabit, salah seorang penyair Al-Ghadir pada abad pertama, silahkan rujuk syairnya dan biografinya.
34. Al-Imam Al-Mujtaba’ Al-Hasan (as) cucu Rasulullah saw. Rujuk: Hadis Al-Wilayah, oleh Ibnu ‘Uqdah; An-Nakhbu, oleh Al-Ju’abi; Maqtal Al-Husain, oleh Al-Khawarizmi.
35. Al-Imam As-Syahid Al-Husain (as) cucu Rasulullah saw. Rujuk: hadis Al-Wilayah, oleh Ibnu ‘Uqdah; An-Nakhbu, oleh Al-Ju’abi; Maqtal Al-Husain, oleh Al-khawarizmi; Al-Manaqib, oleh Ibnu Al-Maghazili; Hilyatul Awliya’, oleh Abu Na’Imam Muhammad Al-Baqir (as), jilid 9, halaman 64.
36. Abu Ayyub Khalid bin Zaid Al-Anshari, syahid pada perang Rumawi tahun 50/51/52 H. Rujuk: Ar-Riyadh An-Nadharah, jilid 2, halaman 169; Usdul Ghabah, jilid 5, halaman 6/jilid 3, halaman 307/jilid 5, halaman 209; Tarikh Al-Khulafa’, halaman 114; Kanzul ‘Ummal, jilid 2, halaman 154; Al-Ishabah, oleh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, jilid 7, halaman 780/jilid 6, halaman 223/jilid 2, halaman 408, cet. Pertama; Nuzlul Abrar, oleh Al-Badkhasyi, halaman 20.
37. Abu Sulaiman Khalid bin Walid bin Al-Mughirah Al-makhzumi, wafat tahun 21/22 H. Rujuk: An-Nakhbu.
38. Khuzaimah bin Tsabit Al-Anshari, terbunuh pada perang Shiffin tahun 37. Rujuk: Usdul ghabah, jilid 3, halaman 307; Asna Al-Mathalib, halaman 4; Tarikh Ali Muhammad, halaman 67.
39. Abu Syuraih Khawailid/ Ibnu ‘Amr Al-Khaza’I, wafat tahun 68 H.
40. Rifa’ah bin Abdul Mundzir Al-Anshari. Rujuk: Hadis Al-Wilayah; Nakbul Manaqib; Kitab Al-Ghadir, oleh Al-Manshur Ar-Razi.
41. Zubair bin ‘Awwam, terbunuh tahun 36 H. Rujuk: Hadis Al-Wilayah; Kitab Al-Ghadir, oleh Al-Manshur Ar-Razi; Asna Al-Mathalib, halaman 3.
42. Zaib bin Arqam Al-Anshari Al-Khazraji, wafat tahun 66/68 H. Rujuk: Musnad Ahmad, jilid 4, halaman 368; Khashaish, oleh An-Nasa’I, halaman 16; Al-Kina Wal-Asma’, jilid 2, halaman 61; Shahih Muslim, jilid 2, halaman 325, cet. Tahun 1327;Mashabih As-Sunnah, oleh Al-Baghawi, jilid 2, halaman 199; Shahih Tirmidzi, jilid 2, halaman 298; Musnad Ahmad, jilid 1, halaman 109, 118 dan 533; Ar-Riyad An-Nadharah, oleh Muhibuddin Ath-Thabari, jilid 3, halaman 169; At-Talikhish, oleh Adz-Dzahabi, jilid 3, halaman 533; Mizanul I’tidal, oleh Adz-dzahabi jilid 3, halaman 224; Mathalib As-Saul, oleh Ibnu Thalhah, halaman 16; Majma’uz Zawaid, oleh Abu Bakar Al-Haitsami, jilid 9, halaman 104 dan 163; Syarhul Madzahib, oleh Az-Zarqani Al-Maliki, jilid 7, halaman 13; Al-Manaqib, oleh Al-Khawarizmi, halaman 93; Al-Isti’ab, oleh Ibnu Abd Al-Birr, jilid 2, halaman 473; Al-Bidayah wan-Nihayah, jilid 5, halaman 208; Kifayah Ath-Thalib, oleh Al-Kanji Asy-Syafi’I, halaman 14; Tarikh Al-hkulafa’, oleh As-Suyuthi, halaman 114; Al-Jami’ Ash-Shaghir, jilid 2, halaman 555; Tahdzibut Tahdzib, oleh Ibnu Hajar, jilid 7, halaman 338; Raiyadh Ash-Shalihin, halaman 557; Nuzlul Abrar, oleh Al-Badkhasyi, halaman 19 dan 21; Ruhul Ma’ani, oleh Al-Alusi, jilid 2, halaman 350.
43. Abu Saiz Zaid bin Tsabit, wafat tahun 45/48; Rujuk: Asna Al-Mathalib, halaman 4.
44. Zaid/Yazid bin syarahil Al-Anshari. Rujuk: Usdul Ghabah, jilid 2, halaman 233; Al-Ishabah, oleh Ibnu Hajar, jilid 1, halaman 233; Al-Ishabah, oleh Ibnu Hajar, jilid 1, halaman 567; Tarikh Ali Muhammad, halaman 67.
45. Zaid bin Abdullah Al-Anshari. Rujuk: hadis Al-wilayah, oleh Ibnu ‘Uqdah.
46. Abu Ishaq Sa’d bin Abi Waqash, wafat tahun 54/55/56/58 H. Rujuk: Al-Khashaish, oleh An-Nasa’I, halaman 3,4,18 dan 25; Sunan Ibnu Majah, jilid 1, halaman 30; Al-Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 116;Hilyatul Awliya’, oleh Al-Hafizh Abu Na’Imam Muhammad Al-Baqir (as), jilid 4, halaman 356; Musykil Al-Atshar, oleh Al-Hafizh Ath-Thahawi Al-Hanafi, jilid 2, halaman 309;Kifayah Ath-Thalib, oleh Al-Kanji Asy-Syafi’I, halaman 16 dan 151; Majma’uz Zawaid, oleh Al-Hafizh Al-Haitsami, jilid 9, halaman 107; Al-Bidayah wan-Nihayah, oleh Ibnu Katsir Asy-Syami, jilid 5, halaman 212/jilid 7, halaman 340; Tarikh Al-Khulafa’, oleh Jamaluddin As-Suyuthi, halaman 114; Kanzul ‘Ummal, jilid 6, halaman 154 dan 405; Nuzlul Abrar, oleh Al-Badkhasyi, halaman 20.
47. Sa’d bin Junadah Al-‘Awfi ayah dari ‘Athiyah Al-‘Awfi. Rujuk: Hadis Al-Wilayah; An-Nakhbu; Maqtal Al-Husain, oleh Al-khawarizmi.
48. Sa’d bin ‘Ubadah Al-Anshari Al-Khazraji, wafat tahun 14/15 H. Rujuk: An-Nakhbu, oleh Qadhi Abu Bakar Al-Ju’abi.
49. Abu Said Sa’d bin Malik Al-Anshari Al-Khudri (Abu Said Al-Khudri), wafat tahun 63/64/65/74 H, di makamkan di Baqi’. Rujuk Tafsir An-Naisaburi, jilid 6, halaman 194; Al-Manaqib, oleh Al-khawarizmi, halaman 80; Al-Fushulul Muhimah, oleh Ibnu Shabagh Al-Maliki, halaman 27; Majma’uz Zawaid, oleh Al-Hafizh Al-Haitsammi, jilid 9, halaman 108; Tafsir Ibnu Katsir, jilid 2, halaman 14; Al-Bidayah Wan-Nihayah, jilid 7, halaman 349 dan 350; Tarikh Al-Khulafa’, halaman 114; Ad-Durrul Mantsur, jilid 2, halaman 259 dan 298; Kanzul ‘Ummal, jilid 6, halaman 390 dan 403; Tafsir An-Manar, jilid 6, halaman 463; Asna Al-Mathalib, oleh Al-Kazari, halaman 3.
50. Said bin Zaid Al-Quraisyi Al-‘Adawi, wafat tahun 36/37 H. Rujuk: Al-Manaqib, oleh Ibnu Al-Maghazili.
51. Said bin Sa’d bin Ubadah Al-Anshari. Rujuk: Kitab Al-Wilayah, oleh Ibnu ‘Uqdah.
52. Abu Abdillah Salman Al-Farisi, wafat tahun 36/37 H. Rujuk: Hadis Al-Wilayah; Al-Nakhbu; Faraid As-Samthin; Asna Al-Mathalib, halaman 4.
53. Abu Muslim Salamah bin ‘Amr bin Aku’ Al-Aslami, wafat tahun 74 H. Rujuk: Hadis Al-Wilayah, oleh Ibnu ‘Uqdah.
54. Abu Sulaiman Sammarah bin Jundab Al-Firusi, wafat di Basrah tahun 58/59/60 H. Rujuk: Hadis Al-Wilayah; Nakhbul Manaqib; Asna Al-Mathalib, halaman 4.
55. Sahl bin Hunaif Al-Anshari Al-Ausi, wafat tahun 38 H.Rujuk: Usdul Ghabah, jilid 3, halaman 307; Asna Al-Mathalib, halaman 4.
56. Abdul Abbas Sahl bin Sa’d Al-Anshari Al-Khazraji As-Sa’di, wafat tahun 91 H. Rujuk: Yanabi’ul Mawaddah, halaman 38; Tarikh Ali Muhammad, halaman 67.
57. Abu Imamah Ash-Shudi Ibnu Ajlan Al-Bahili, wafat tahun 86 H. Rujuk: Hadis Al-Wilayah.
58. Dhamrah Al-Asadi. Rujuk: Hadis Al-Wilayah; dalam Kitab Al-Ghadir, oleh Al-Manshur Ar-Razi, disebut Dhamrah bin Hadid dan ia mengiranya Dhamrih bin Jundab atau Ibnu Habib.
59. Thalhah bin Abidillah At-Tamimi, terbunuh pada perang Jamal tahun 36. Rujuk: Muruj Adz-Dzahab, oleh Al-Ma’udi, jilid 2, halaman 11; Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 171; Al-Manaqib, oleh Al-khawarizmi, halaman 112; Majma’uz Zawaid, oleh Al-Hafizh Al-Haitsami, jilid 9, halaman 107; Jam’ul Jawami’, oleh As-Suyuthi; Tahdzibut Tahdzib, oleh Ibnu Hajar, jilid 1, halaman 391; Kanzul ‘Ummal, jilid 6, halaman 83 dan 154; Al-Bidayah Wan-Nihayah, oleh Ibnu Katsir, jilid 1, halaman 391; Kanzul ‘Ummal, jilid 6, halaman 83 dan 154; Al-Bidayah Wan-Nihayah, oleh Al-Jazari Asy-Syafi’I, halaman 3.
60. ‘Amir bin ‘Umair An-Numairi. Rujuk : Hadis Al-Wilayah ; Al-Ishabah, oleh Ibnu Hajar, jilid 2, halaman 255.
61. ‘Amir bin Layli bin Dhamrah. Rujuk : Hadis Al-Wilayah ; Usdul Ghabah, oleh Ibnu Atsir, jilid 3, halaman 92 ; Al-Ishabah, oleh Ibnu Hajar, jilid 2, halaman 257 ; Usdul Ghabah, jilid 3, halaman 93.
62. ‘Amir bin Layli Al-Ghifari ; Rujuk : Al-Ishabah, oleh Ibnu Hajar, jilid 2, halaman 257.
63. Abu Thufail ‘Amir bin Watsilah Al-Laytsi, wafat tahun 100/102/108/110 H. Rujuk: Musnad Ahmad, jilid 1, halaman 30 dan 118/jilid 4, halaman 370; Al-Khashaish, oleh An-Nasa’I, halaman 15 dan 17; Shahih Tirmidzi, jilid 2, halaman 26,31 dan 298; Al-Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 109,110 dan 533; Usdul Ghabah, oleh Ibnu Atsir, jilid 3, halaman 92/jilid 5, halaman 376; Al-Manaqib, oleh Al-Khawarizmi, halaman 93 dan 217; Kifayah Ath-Thalib, oleh Al-Kanji Asy-syafi’I, halaman 15; Ar-Riyadh An-Nadharah, jilid 2, halaman 179; Al-Bidayah Wan-Nihayah, oleh Ibnu Katsir, jilid 5, halaman 211/jilid 7, halaman 246 dan 348; Al-Ishabah, jilid 4, halaman 159/jilid 2, halaman 252; Kanzul ‘Ummal, jilid 6, halaman 390; Yanabi’ul Mawaddah, oleh Al-Qundusi Al-Hanafi, halaman 38.
64. ‘Aisyah binti Abi Bakar bin Quhafah, istri Nabi saw. Rujuk : Hadis Al-Wilayah, oleh Ibnu ‘Uqdah.
65. ‘Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim, paman nabi saw. Wafat tahun 32 H. Rujuk: Asna Al-Mathalib, oleh Al-Jarazi Asy-Syafi’I, halaman 3.
66. ‘Abdurrahman bin Abdi Rabb Al-Anshari. Rujuk: Usdul Ghabah, oleh Ibnu Atsir, jilid 3, halaman 307/jilid 5, halaman 205; Al-Ishabah, oleh Ibnu Hajar, jilid 2, halaman 408; Tarikh Ali Muhammad, halaman 67.
67. Abu Muhammad Abdurrahman bin Auf Al-Qarasyi Az-Zuhri, wafat tahun 31/32 H. Rujuk: Al-Manaqib, oleh Ibnu Al-Maghazili; Asna Al-Mathalib, halaman 3.
68. ‘Abdurrahman bin Ya’mar Ad-Dili. Rujuk: Hadis Al-Wilayah;Maqtal Al-Husain, oleh Al-Khawarizmi.
69. Abdullah bin Ubay, Abdul Asad Al-Makhzumi. Rujuk: Hadis Al-Wilayah.
70. Abdullah bin Badil bin Waraqah pemimpin suku Khaza’ah, terbunuh pada perang shiffin.
71. Abdullah bin Basyir Al-Mizani. Rujuk Al-Wilayah.
72. Abdullah bin Tsabit Al-Anshari. Rujuk; Tarikh Ali Muhammad, halaman 67.
73. Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib Al-Hasyimi, wafat tahun 80 H. Rujuk: Hadis Al-Wilayah; dan baca Argumennya terhadap Muawiyah dengan hadis Al-Ghadir.
74. Abdullah bin Hanthab Al-Qarasyi Al-Makhzumi. Rujuk; Ihyaul Mayyit, oleh As-Suyuthi.
75. Abdullah bin Rabi’ah. Rujuk: Maqtal Al-Husain, oleh Al-Khawarizmi.
76. Abdullah bin Abbas, wafat tahun 68 . Rujuk: Al-Khashaish, oleh An-Nasa’I, halaman 7; Musnad Ahmad, jilid 1, halaman 331; Al-Mustadrak Al-Hakim, jilid 132; Al-Bidayah Wan-Nihayah, oleh Ibnu Katsir Asy-Syami, jilid 7, halaman337;Majma’uz Zawaid, oleh Al-Hafizh Al-Haitsami, jilid 9, halaman 108; Al-Kifayah, oleh Al-Kanji Asy-Syafi’I, halaman 115; Al-Ishabah, oleh Ibnu Hajar, jilid 22, halaman 509; Kanzul ‘Ummal, oleh Al-Mttaqi Al-Hindi, jilid 6, halaman 153; Tarikh Al-Khulafa’,oleh Jalauddin Asd-Suyuthi, halaman 114; Syamsul Akhbar, oleh Al-Qarasyi, halaman 38; Nuzlul Abrar, oleh Al-Badkhasyi, halaman 20 dan 21; Tarikh Ibnu Katsir, jilid 7, halaman 348; Tafsir Fakhrur Razi, jilid 3, halaman 636; Tafsir An-Naisaburi, jilid 6, halaman 194; Tafsir Ruhul Ma’ani, oleh Al-Alusi, jilid 2, halaman 348; Dan Rujuk pula Ayat Tabligh dan Ayat Ikmaluddin.
77. Abdullah bin Ubay, wafat tahun 86/87 H. Rujuk: Hadis Al-Wilayah.
78. Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khaththab Al-‘Adawi, wafat tahun 72/73. Rujuk: Majma’uz Zawaid, oleh Al-Hafizh Al-Haitsami, jilid 9, halaman 106; Tarikh Al-Khulafa’, halaman 114; Kanzul ‘Ummal, jilid 6, halaman 154; Nuzlul Abrar, oleh Al-Badkhasyi, halaman 20; Asna Al-Mathalib, halaman 4.
79. Abu Abdurrahman Abdullah bin Ma’ud, wafat tahun 32/33 H. rujuk: Ayat Tabligh dalam Ad-Durrul Mantsur, oleh Jalaluddin As-Suyuthi, jilid 2, halaman 298; Tafsir Asy-Syaukani, jilid 2, halaman 57; Tafsir Ruhul Ma’ani, oleh Al-Alusi, jilid 2, halaman 348; Asna Al-Mathalib, halaman 4.
80. Abdullah bin Yamin/Yamil. Rujuk : Al-Mufradat, tentang Hadis Wilayah, oleh Al-Hafizh Ibnu ‘Uqdah : Usdul Ghabah , jilid 3, halaman 274 ; Al-Ishabah, jilid 2, halaman 382 ; Yanabi’ul Mawaddah 34.
81. Utsman bin Affan, wafat tahun 35 H. Rujuk: Al-Mufradat tentang hadis wilayah, oleh Ibnu ‘Uqdah; kitab Al-Ghadir, oleh Al-Manshur Ar-Razi; Al-Manaqib, oleh Ibnu Al-Maghazili.
82. ‘Ubaid bin ‘Azib Al-Anshari, saudara Al-Barra’ bin Azib.
83. Abu Thuraif ‘Adi bin Hatim, wafat tahun 68 H. Rujuk: Yanabi’ul Mawaddah, halaman 38; Tarikh Ali Muhammad, halaman 67.
84. ‘Athiyah bin Bashir Al-Mazini. Rujuk : Hadis Wilayah, oleh Ibnu ‘Uqdah.
85. ‘Uqdah bin ‘Amir Al-Juhhani, seorang Gubernur Mesir pada masa pemerintahan Muawiyah selama 3 tahun, wafat sekitar tahun 60 H. Rujuk: Hadis Al-Wilayah; Tarikh Ali Muhammad, halaman 67.
86. Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib (as). Rujuk: Musnad Ahmad, jilid 1, halaman 152; Al-Bidayah Wan-Nihayah, oleh Ibnu Katsir, jilid 2, halaman 348; Majma’uz Zawaid, jilid 9, halaman 107; Tarikh Al-Khulafa’, halaman 114; Tahdzibut Tahdzib, oleh Ibnu Hajar, jilid 7, halaman 337; Nuzlul Abrar, oleh Al-Badkhasyi, halaman 20; Musykil Al-Atsar, oleh Al-Hafizh Ath-Thahawi, jilid 2, halaman 307; Al-bidayah Wan-Nihayah, jilid 5, halaman 211; Kanzul ‘Ummal, jilid 6, halaman 154,397,399 dan 406; Mizanul I’tidal, oleh Adz-dzahabi, jilid 2, halaman 303; Hilyatul Awliya’, oleh Abu Na’Imam Muhammad Al-Baqir (as), jilid 9, halaman 64.
87. Abu Yaqzhan Ammar bin Yasir, syahid pada perang Shiffin tahun 37, rujuk: Syarah Nahjul Balaghah, jilid 222, halaman 273; Asna Al-Mathalib, halaman 4.
88. Ammarah Al-Khazraji Al-Anshari, terbunuh pada perang Yamamah, Rujuk: Majma’uz Zawaid, jilid 9, halaman 107; Tarikh Al-Khulafa’, halaman 65.
89. Umar bin Abi Salamah bin Abdi Asad Al-Makhzumi, anak tiri nabi saw, ibunya adalah Ummu Salamah istri Nabi saw, wafat tahun 83. Rujuk: Hadis Al-Wilayah, oleh Al-Hafizh Ibnu ‘Uqdah.
90. Umar bin Khaththab, terbunuh tahun 23 H. Rujuk: Al-Manaqib, oleh Ibnu Al-Maghazili Asy-Syafi’I; Ar-Riyath An-Nadharah, oleh Mihibuddin Ath-Thabari Asy-Syafi’I, jilid 2, halaman 161; Dzakhairul ‘Uqba, halaman 67; Al-Bidayah Wan-Nihayah, oleh Ibnu Katsir, jilid 7, halaman 349; Asna Al-Mathalib,m halaman 3; Yanabi’ul Mawaddah, oleh Syaikh Sulaiman Al-Qundusi Al-Hanafi, halaman 249.
91. Abu Najib Imran bin Hashin Al-Khaza’I, wafat tahun 52 H. di Basrah. Rujuk: Hadis Al-wilayah; Asna Al-Mathalib, halaman 4.
92. Amer bin Hamq Al-Khaza’I Al-Kufi, wafat tahun 50 H. Rujuk: Maqtal Al-Husain, oleh Al-Khawarizmi; Hadis Al-Wilayah.
93. Amer bin Syarahil. Rujuk: Maqatal Al-Husain, oleh Al-Khawarizmi.
94. Amer bi Ash. Rujuk: Al-Imamah Was-Siyasah, oleh Ibnu Qutaibah, halaman 93; Al-Manaqib, oleh Al-Khawarizmi, halaman 126.
95. Amer bin Marrah Al-Juhhani Abu Thalhah atau Abu maryam, Rujuk: Al-Mu’jam Al-Kabir; Kanzul ‘Ummal, jilid 6, halaman 154.
96. Ash-Shiddiqah Fatimah Az-Zahra’ binti Nabi saw. Rujuk: Hadis Al-Wilayah; Kitab Al-Ghadir, oleh Al-Manshur Ar-Razi; Mawaddah Al-Qurba, oleh Syihabuddin Al-Hamdani.
97. Fatimah binti Hamzah bin Abdul Muthalib, rujuk: Hadis Al-Wilayah; kitab Al-Ghadir, oleh Al-Mantsur Ar-Razi.
98. Qais bin Tsabit bin Syamas Al-Anshari. Rujuk: Usdul Ghabah, jilid 1, halaman 368; Al-Ishabah, jilid 1, halaman 305.
99. Qais bin Sa’d bin Ubadah Al-Anshari Al-Khazraji, salah seorang penyair Al-Ghadir pada abad pertama. Rujuk: Argumennya terhadap Muawiyah bin Abi Sofyan dengan hadis Al-Ghadir.
100. Abu Muhammad Ka’b bin Ajrah Al-Anshari Al-Madani, wafat tahun 51 H. Rujuk: Hadis Al-Wilayah.
101. Abu Sulaiman Malik bin Huwairats Al-Laytsi, wafat tahun 74 H. Rujuk: Al-Manaqib, oleh Imam Al-hanabilah Ahmad bin Hambal; hadis Al-Wilayah; Majma’uz Zawaid, jilid 9, halaman 108; Tarikh Al-Khulafa’, halaman 114; Nuzlul Abrar, oleh Al-Badkhayi, halaman 20.
102. Miqdad bin Amer Al-Kandi Az-Zuhri, wafat tahun 33 H. rujuk: Tarikh Ali Muhammad, halaman 67.
103. Najiyah bin Amer Al-Khaza’i. Rujuk: Usdul Ghabah, jilid 5, halaman 6; Al-Ishabah, jilid 3, halaman 543.
104. Abu Barzah Fadhlah bin Utbah/’Abid/Abdullah Al-Aslami, wafat di Khurasan tahun 65 H. Rujuk: Hadis Al-Wilayah.
105. Nu’man bi Ajlan Al-Anshari, Rujuk: Tarikh Ali Muhammad, halaman 67.
106. Hasyim Al-Marqal Ibnu Utbah bin Waqash Az-Zuhri Al-Madani, terbunuh pada perang Shiffin tahun 37 H. Rujuk: Udul Ghabah, jilid 1, halaman 368; Al-Ishabah, jilid 1, halaman 305.
107. Abu Wasamah wahsyi bin Harbi Al-Hamashi. Rujuk: Hadis Al-Wilayah; Maqtal Al-Husain, oleh Al-Khawarizmi.
108. Wahab bin Hamzah. Rujuk: Rujuk: Maqtal Al-Husain, oleh Al-Khawarizmi.
109. Abu Juhaifah Wahab bin Abdullah As-Suwai, wafat tahun 74 H. Rujuk: Hadis Al-Wilayah.
110. Abu Murazim Ya’la bin Marrah bin Wahab Ath-Tsaqali. Rujuk: Usdul Ghabah, oleh Ibnu Katsir, jilid 2, halaman 233/jilid 3, halaman 93/jilid 5, halaman 6; Al-Ishabah, oleh Ibnu Hajar, jilid 3, halaman 543.


Para perawi Hadis Al-Ghadir dari Kalangan Tabi’in

Delapan puluh empat Tabi’in yang meriwayatkan hadis Al-Ghadir, mereka adalah:

1. Abu Rasyid Al-Hubrani Asy-Syami (namanya Khidir/Nu’man). Dalam kitabnya At-Taqrib, halaman 419, Ibnu Hajar mengatakan ia adalah seorang tabi’in yang terpercaya. Ia meriwayatkan dari Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib (as) Rujuk: Mizanul I’tidal, oleh Adz-Dzahabi, jilid 2, halaman 302.
2. Abu Salamah (Namanya Abdullah, sebagian mengatakan: Islami) Ibnu Abdur Rahman bin Auf’ Az-Zuhri Al-Madani. Khulashah Al-Khazraji, halaman 380, mengatakan ia adalah seorang faqih; Ibnu Hajar dalam kitabnya At-Taqrib, halaman 422, mengatakan: Ia seorang yang terpercaya. Ia meriwayatkan dari
3. Jabir Al-Anshari. Rujuk: Al-‘Umdah, halaman 56.
4. Abu Sulaiman Al-Muadzdzin, dalam At-Taqrib (dikatakan Abu Salman), salah seorang tabi’in terkemuka. Ia meriwayatkan dari Amirul Mu’mininm Ali bin Abi Thalib (as). Rujuk: Syarah Nahjul Balaghah, oleh Ibnu Abil Hadid, jilid 2, halaman 362.
5. Abu Shahih As-Samman Dzikwan Al-Madani mawla Juwairiyah Al-Ghithfaniyah. Adz-Dzahabi mengatakan dalam kitabnya At-Tadzkirah, jilid 1, halaman 78: ia adalah salah seorang manusia yang agung dan terpercaya, wafat tahun 101 H. Ia meriwayatkan dari Abu Hurairah dan Umar bin Khathhab. Rujuk: Ayat Tabligh; Ar-Riyadh An-Nadharah, jilid 2, halaman 161.
6. Abu ‘Anfuwanah Al-Mazini. Ia meriwayatkan dari Abu Junaidah Junda’ bin ‘Amer bin Mazin Al-Anshari. Rujuk: Usdul Ghabah, jilid 1, halaman 308.
7. Abu Abdur Rahim Al-Kindi. Ia meriwayatkan dari Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib (as). Rujuk: Musnad Ahmad bin Hambal, jilid 1, halaman 308.
8. Abul Qasim Ashbagh bin Nubatah At-Tamimi Al-Kufi. Al-‘Ajali dan Ibnu Mu’in mengatakan ia adalah seorang yang terpercaya. Ia meriwayatkan dari Abu Ayyub Khalid bin Zaid Al-Anshari. Rujuk: Ar-Riyadh An-Nadharah, jilid 2, halaman 169; Usdul Ghabah, jilid 5, halaman 6/jilid 3, halaman 307/jilid 5, halaman 205.
9. Abu Layly Al-Kindi. Sebagian mengatakan namanya Salamah bin Muawiyah, sebagian mengatakan Said bin Basyar. Dalam At-Taqrib dikatakan ia adalah seorang tabi’in terkemuka dan terpeyaca. Ia meriwayatkan dari Zaid bin Arqam. Rujuk: Al-Manaqib, tentang Ali bin Al-Husain, oleh Ahmad bin Hambal: bercerita kepada kami Ibrahim bin Ismail dari ayahnya, dari Salamah bin Kuhail, dari Abu Layli Al-Kindi, ia berkata: Aku mendengar Zaid bin Arqam berkata, ketika kami menunggu jenazah ada seorang bertanya: Wahai Aba ‘Amir, apakah kamu mendengar Rasulullah saw bersabda kepada Ali pada hari Ghadir Khum: “Barang siapa menjadikan aku pemimpinnya maka Ali adalah pemimpinnya? “Ia menjawab: Ya. Beliau menyabdakan hadis itu sebanyak empat kali.
10. Iyas bin Nudzair. Ia meriwayatkan dari Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib (as). Rujuk: Al-Mustadrak Al-Hakim jilid 3, halaman 371.
11. Jamil bin ‘Umarah. Ia meriwayatkan dari Salim bin Abdillah bin Umar bin Khaththab, dari Umar bin Khaththab. Rujuk : Al-Bidayah Wan-Nihayah, oleh Ibnu Katsir, jilid 5, halaman 213.
12. Haritsah bin Nashr. Meriyatakan dari Amirul Mu’minin Ali bin Abvi Thalib (as). Rujuk: Al-Khashaish, oleh An-Nasa’I Asy-Syafi’I, halaman 40.
13. Habib bin Abi Tsabit Al-Asadi Al-Kufi. Adz-Dzahabi mengatakan ia seorang faqih dari tabi’in yang terpercaya, ia wafat tahun 117/119 H. Ia meriwayatkan dari Zaid bin Arqam Al-Anshari. Rujuk : At-Tahdzib, oleh Ibnu Hajar, jilid 1, halaman 103 ; Tahdzib At-Tahdzib, oleh Ibnu Hajar, jilid 1, halaman 104 ; Al-khashaish, oleh An-Nasa’i, halaman 15 ; Al-Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 109 dan 533 ; Al-Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 109 dan 533 ; Al-Bidayah Wan-Nihayah, oleh Ibnu Katsir, jilid 5, halaman 208 ; Musnad Ahmad bin Hambal, jilid 1, halaman 118.
14. Al-Harits bin Malik. Ia meriwayatkan dari Abu Ishaq Sa’d bin Abi Waqqash. Rujuk: Kifayah Ath-Thalib, oleh Al-Kanji Asy-Syafi’I, halaman 16.
15. Al-Husain bin Malik bin Al-Huwairats. Ia meriwayatkan dari ayahnya Abu Sulaiman Malik bin Al-huwairats Al-Laytsi. Rujuk Majma’uz Zawaid, oleh Al-Hafizh Al-Haitsami, jilid 9, halaman 108; Tarikh Al-Khulafa’, oleh As-Suyuthi, halaman 114; Al-Manaqib, oleh Imam Al-Hanabilah Ahmad bin Hambal.
16. Hakam bin ‘Utaibah Al-Kufi Al-Kindi. Adz-dzahabi mengatakan dalam At-Tadzkirah, jilid 1, halaman 104: Ia seorang faqih dan terpercaya, penulis Sunnah wa Atba’, wafat tahun 114/115 H. Ia meriwayatkan dari Sa’d bin Abi Waqqash. Rujuk: Al-Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 110; Hilyatul Awliyah’.
17. Hamid bin ‘Umarah Al-Khazraji Al-Anshari. Ia meriwayatkan dari ayahnya ‘Umarah bin Al-Khazraji Al-Anshari. Rujuk: Mama’uz Zawaid, jilid 9, halaman 107.
18. Hamid Ath-thawil Abu ‘Ubaidah Ibnu Abi Hamid Al-Bishri, wafat tahun 143. Adz-Dzahabi mengatakan dalam kitabnya At-Tadzkirah, jilid 1, halaman 136: Hamid adalah seorang Hafizh dan Muhaddist terpercaya dan salah seorang tokoh ahli hadis. Ia meriwayatkan dari Said bin Al-Musayyab, dari Sa’d bin Abi Waqqash. Rujuk: Kitab Al-Wilayah, oleh Ibnu ‘Uqdah Al-Kufi.
19. Khutsaimah bin Abdur Rahman Al-Ja’fi Al-Kufi. Ibnu Hajar dalam kitabnya At-Tahdzib, jilid 3, halaman 179 mengatakan: Ia adalah seorang terpecaya dan wafat tahun 80 H. Ia meriwayatkan dari Sa’d bin Abi Waqqash. Rujuk: Al-Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 116.
20. Rabi’ah Al-Jurasyi, terbunuh tahun 60/61/74 H. Dalam At-Taqrib, halaman 123 dikatakan: Ia adalah seorang faqih dan dinyatakan terpecaya oleh Ad-Daruquthni dan lainnya. Ia meriwayatkan dari Sa’d bin Abi Waqqash. Rujuk: Al-‘Umdah, halaman 48.
21. Abul Mutsanna Riyah bin Harits An-Nakhfi Al-Kufi. Dalam kitabnya At-Taqrib Ibnu Hajar mengatakan ia adalah salah seorang tabi’in terkemuka; dan dalam At-Tahdzib dikatakan: Abul Mutsanna adalah tabi’in yang terpercaya. Rujuk Hadis Ar-Rukban.
22. Abu ‘Amer zadzan bin Umar Al-Kindi Al-Bazzar atau “Al-Bazzaz.” Al-Kufi. Dalam Mizanul I’tidal, Adz-Dzahabi mengatakan ia adalah salah seorang tabi’in terkemuka. Dalam At-Tahdzib, jilid 3, halaman 303, Ibnu Hajar mengatakan: ia terpecaya, wafat tahun 82 H. Ia meriwayatkan dari Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib (as). Rujuk: Musnad Ahmad bin Hambal, jilid 1, halaman 84.
23. Abu Maryam Zirr bin Hubaisy Al-Asadi, ia seorang tabi’in terkemuka, wafat tahun 81/82/83 H. Dalam At-Tadzikirah, jilid 1, halaman 40, Adz-Dzahabi mengatakan ia adalah Imam yang layak diteladani; dalam kitab At-Taqrib dikatakan ia adalah terpercaya dan mulia; At-Tahdzib, jilid, halaman 322, dan Hilyatul Awliya’, jilid 4, halaman 181 dan 191 mengatakan ia adalah seorang tabi’in yang terpercaya. Ia meriwayatkan dari Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib (as) Rujuk: Syarah Al-Mawahib, oleh Al-Hafizh Abu Abdillah Az-Zarqani, jilid 7, halaman 13.
24. Ziyad bin Abi Ziyad. Al-haitsami dalam kitabnya Majma’uz Zawaid dan Ibnu Hajar dalam kitabnya At-Taqrib mengatakan ia adalah seorang tabi’ain terpercaya. Ia meriwayatkan dari Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib (as) Rujuk: Musnad Ahmad bin Hambal, jilid 1, halaman 88.
25. Zaid bin Yutsa’I Al-hamdani Al-Kufi. Ibnu hajar dalam At-Taqrib, halaman 136, mengatakan ia adalah tabi’in terpercaya. Ia meriwayatkan dari Amirul Mu’minin Ali bin Abi Tahlib (as). Rujuk: Musnad Ahmad bin Hambal, jilid 1, halaman 118.
26. Salim bin Abdullah bin Umar bin Khaththab Al-Quraysi Al-‘Adi Al-Madani. Adz-Dzahabi mengatakan dalam At-tahdzkirah, jilid 1, halaman 77: Ia adalah seorang faqih, alim beramal, zuhud, dan mulia. Dalam At-Taqrib Ibnu hajar mengatakan: Ia adalah salah seorang faqih yang jujur, hidup sederhana seperti ayahnya, pemberi petunjuk dan pendiam, termasuk tiga tabi’in terkemuka, wafat tahun 106 H. Ia meriwayatkan dari ayahnya Abdullah bin Umar, dari kakeknya Umar bin Khaththab, Rujuk: Al-Bidayah Wan-Nihayah, oleh Ibnu Katsir, jilid 5, halaman 213, meriwayatkan dari kitab Ghadir Khum bagian pertama, oleh Ibnu Jarir; Tarikh Al-bukhari, jilid 1, halaman 375, bagian pertama; dan hadis Ar-Rukban. Ibnu Katsir meriwayatkan dalam kitabnya Al-Bidayah Wan-Nihayah, jilid 5, halaman 213: Berceritera kepada kami Mahmud (Muhammad) bin ‘Auf Ath-tha-I, berceritera kepada kami Abdullah bin Musa, memberikan kepada kami Ismail bin Kasytith (Nasyith), dari Jamil bin ‘Umarah, dari Salim bin Abdullah bin Umar (Ibnu Jarir mengatakan dari Umar bin Khaththab), ia berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda sambil memegang tangan Ali: “Barang siap menjadikan aku pemimpinnya maka Ali adalah pemimpinnya, ya Allah, kasihi orang yang menolongnya dan musuhi orang yang memusuhinya.”
27. Said bin Jubair Al-Asadi Al-Kufi. Dalam At-tadzkirah, jilid 1, halaman 65, Adz-Dzahabi menyatakan: Ia adalah salah seorang tabi’in yang terpuji; dalam Khulashah Al-khazraji, halaman 116, dikatakan: ia adalah seorang terpercaya dan imam yang ucapannya dapat dijadikan hujjah; dalam At-Taqrib, halaman 133, dikatakan: ia adalah seorang faqih yang terpercaya, terbunuh di tangan Al-Hajjaj tahun 95 H; Tahdzibut Tahdzib, jilid 4, halaman 13, dari Ath-thabari, mengatakan: ia adalah seorang yang terpercaya dan hujjah bagi kaum muslimin. Rujuk: Al-Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 110; Tarikh bnu Katsir, jilid 7, halaman 348. Ia meriwayat hadis Al-Ghadir dari Ibnu Abbas, dan Buraidah bin Hashib Abu Sahl Al-Aslami. Rujuk: Tarikh Ibnu Katsir, jilid 7, halaman 347.
28. Said bin Abi Hudd Al-Kufi. Ia meriwayatkan dari Amirul Mu’minin Ali bin Abi Tahlib (as). Rujuk: faraid As-Samthin, bab sepuluh.
29. Said bin Al-Musayyab Al-Qurasyi Al-Makhzumi, menantu Abu Hurairah, wafat tahun 94 H. Dalam At-Tadzkirah, jilid 1, halaman 47, Adz-Dzahabi mengatakan: Ahmad bin Hambal dan lainnya mengatakan bahwa hadis-hadis Mursal Said adalah Shahih, dan mengatakan juga bahwa Ibnu Al-Madani ilmu Said bin Al-Musayyab, dan bagiku tidak ada tabi’in yang lebih mulia darinya; Abu Nu’aim juga mengatakan dalam kitabnya Hilyatul Awliya’, jilid 2, halaman 161. Ia meriwayatkan dari Sa’d bin Abi Waqqash. Rujuk: Hilyatul Awliya’, jilid 4, halaman 356; Kifayah Ath-Thalib, oleh Al-Kanji Asy-Syafi’I, halaman 16.
30. Said bin Wahab Al-Hamdani Al-Kufi. Dalam Khualashah Tahdzibul Kamal, halaman 122, Ibnu Mu’in mengatakan: ia adalah orang yang terpercaya, wafat tahun 76 H. Ia meriwayatkan dari Amirul Mu’minin Ali bin AbiThalib (as). Rujuk: Musnad Ahmad bin Hambal, jilid 1, halaman 118.
31. Abu Yahya Salamah bin Kuhail Al-Hadhrami Al-Kufi, wafat tahun 121 H. Dalam Khulashah At-Tahdzib, halaman 136, dan At-Taqrib, halaman 154, dikatakan bahwa Ahmad dan Al-‘Ajali menyatakan dia adalah tabi’in yang terpercaya. Ia meriwayatkan dari Habbah bin Juwain Abu Qudamah Al-‘Urani; Zaid bin Arqam Al-Anshari; Hudzaifah Al-Usaid Abu Sarihah. Rujuk: Shahih Tirmidzi, jilid 2, halaman 298.
32. Abu Shadiq Salim bin Qais Al-Hilali, wafat tahun 90 H. Ia banyak berhujjah dengan hadis Al-Ghadir dalam kitab-kitabnya yang ada di kalangan kami. Ia meriwayatkan dari Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib (as) dan Abu Said Al-Khudri. Rujuk: Tanzil, oleh Al-Hakim Al-Haskani, jilid 1, halaman 157; Al-Fahras, oleh Ibnu Nadim, halaman 307; At-Tanbin Wal-Asraf, oleh Al-Mas’udi, halaman 198.
33. Abu Muhammad Sulaiman bin Mahran Al-A’masy. Ad-Dzahabi mengatakan dalam kitabnya At-Tadzkirah, jilid 1, halaman 138: Ia wafat 147/148, lahir tahun 61 H. Ia meriwayatkan dari Zaid bin Arqam, dan Abu thufail Amir bin Watsilah Al-laytsi. Rujuk: Al-Khashaish, oleh An-Nasa’I, halaman 15; Munasyadah Ar-Rahbah; ayat Tabligh; Al-Manaqib, oleh Al-Khawarizmi, halaman 93; Musnad Ahmad, jilid 1, halaman 118.
34. Sahm bin Al-Hashin Al-Asadi. Ia meriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri. Rujuk: Hadis Al-Wilayah, oleh Al-Hafizh Ibnu ‘Uqdah.
35. Syahr bin Husyab. Ia meriwayatkan dari Abu Hurairah. Rujuk : Tarikh Baghdad, jilid 8, halaman 290.
36. Dhahhak bin Muzahim Al-Hilali Abul Qasim, wafat tahun 105 H. Ahmad dan Ibnu Mu’in dan Abu Zar’ah mengatakan bahwa ia adalah seorang terpercaya. Ia meriwayatkan dari Ibnu Abbas. Rujuk : Al- Bidayah Wan-Nihayah, jilid 7, halaman 337 ; Majma’uz Zawaid, jilid 9, halaman 108, Dalam Faraid As-Samthin, Al-Hafizh Al-Hamwini, meriwayatkan dari Abul Qasim bin Ahmad Ath-Thabrani, dari Al-Husain An-Nairi, dari Yusuf bin Muhammad Ibnu Sabiq, dari Abu Malik Al-Hasan, dari Jawhar, dari Dhahhak, dari Abdullah bin Abbas, ia mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda pada hari Al-Ghadir : « Ya Allah, berilah ia inayah dan turun inayah-Mu sebab dia, rahmati dia turunkan rahmat-Mu sebab dia, tolonglah dia turunkan pertolongan-Mu sebab dia ; ya Allah, sayangi orang yang menyayanginya, dan musuhilah orang yang memusuhinya. »
37. Thawus bin Kisan Al-Yamani Al-Jandi, wafat tahun 106 H. Ia meriwayatakan dari Buraidah. Rujuk : Hilyatul Awliya’, oleh Abu Na’im, jilid 4, halaman 20-23. Pada halaman 23 dikatakan : Berceritera kepada kami Ahmad bin Ja’far bin Salim, berceritera kepada kami Muhammad bin Ali An-Nasa’I, berceritera kepada kami Husain Al-Asyqar, berceritera kepada kami Ibnu ‘Uyaynah, dari ‘Amer bin Dinar, dari Thawus, dari Buraidah, dari Nabi saw, beliau bersabda : « Barang siapa menjadikan aku pemimpinnya maka Ali adalah pemimpinnya. »
38. Thalhah bin Al-Musharrif Al-Ayyami (Al-Yamami) Al-Kufi. Ibnu Hajar mengatakan: Ia adalah terpercaya dan qari’ yang utama, wafat tahun 112 H. Ia meriwayatkan dari Amirul Mu’mini Ali bin Abi Thalib (as), Anas bin Malik, dan Abu Hurairah. Rujuk: Hilyatul Awliya’, jilid 5, halaman 26.
39. ‘Amir bin Sa’d bin Abi Waqqash Al-Madani. At-Taqrib, halaman 185 mengatakan: ia adalah tabi’in terpercaya yang ketiga, wafat tahun 104 H. ia meriwayatkan dari ayahnya Sa’d bin Abi Waqqash. Rujuk: Al-Khashaish, oleh An-Nasa’I, halaman 3,4 dan 18.
40. Aisyah binti Sa’d, wafat tahun 117 H. Dalam kitabnya At-Taqrib, halaman 473 Ibnu Hajar mengatakan: Ia tabi’in terpercaya. Ia meriwayatkan dari ayahnya Sa’d bin Abi Waqqash. Rujuk: Al-khaishaish, oleh An-Nasa’I, halaman 18; faraid As-Samthin; Al-Bidayah Wan-Nihayah, oleh Ibnu Katsir, jilid 5, halaman 212.
41. Abdul Hamid bin Al-Mundzir bin Al-Jarud Al-‘Abdi. An-Nasa’I dan Ibnu Hajar dalam kitabnya At-Taqrib, halaman 224, mengatakan: Ia tabi’in yang terpercaya. Ia meriwayatkan dari Abu Thufail. Rujuk: Usdul Ghabah, jilid 5, halaman 276.
42. Abu Umarah Abdu Khayr bin Yazid Al-Madani Al-Kufi Al-Mukhadhrami. Ibnu Mu’in dan-‘Ajali mengatakan ia orang yang terpercaya, sebagiaman yang tertera di dalam kitab Al-Khulashah, halaman 269. Ibnu Hajar mengatakan dalam kitabnya At-Taqrib, halaman 225: Ia orang yang terpercaya dan terpercaya dan termasuk tabi’in terkemuka. Ia meriwayatkan dari Amirul Mu’minin Ali bin Abi Tahlib (as). Rujuk:Majma’uz Zawaid, jilid 9, halaman 104; Tarikh Ibnu Katsir, jilid 5, halaman 209; Al-Manaqib, oleh Al-Khawarizmi, halaman 94.
43. Abdur Rahman bin Abi Layli, wafat tahun 82/83/86 H. Di dalaman Al-Mizan dikatakan: Ia termasuk para imam tabi’in dan terpercaya. Dalam At-Tadzkiran dikatakan sebagai seorang faqih, dan dalam At-Taqrib Ibnu Hajar mengatakan sebagai orang yang terpercaya. Ia meriwayatakan dari ayahnya Abu Layli Al-Anshari, dan Sa’d bin Abi Waqqash. Rujuk: Hadis Munasyadah Ar-Rahbah; Tarikh Al-Khulafa’, halaman 114; Al-manaqib, oleh Al-khawarizmi, halaman 35; Al-Mustadrak Al-hakim, jilid 3, halaman 116; Hilyatul Awliya’, jilid 4, halaman 356.
44. Abdur Rahman bin Sabith, dipanggil Ibnu Abdillah bin Sabith Al-Jamahi, ia terpercaya dan termasuk tabi’in thabaqat menengah, wafat tahun 118 H. Ia meriwayatkan dari Sa’d bin Abi Waqqash. Rujuk: Al-Bidayah Wan-Nihayah, oleh Ibnu Katsir, jilid 7, halaman 340; Sunan Ibnu Majah, jilid 1, halaman 38.
45. Abdullah bin As’ad bin Zurarah. Ia meriwayatkan dari ayahnya As-Ad bin Zurarah Al-Anshari. Rujuk: Asna Al-Mathalib, halaman 4; Hadis Al-Wilayah, oleh Al-Hafizh Ibnu ‘Uqdah.
46. Abu Maryam Abdullah bin Ziyad Al-Asadi Al-Kufi. Ibnu Hibban menggolongkannya sebagai orang yang terpercaya, Khulashah Al-khazraji, halaman 168; juga Ibnu Hajar dalam kitabnya At-Taqrib, halaman 130. Ia meriwayatkan dari Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib (as). Rujuk: Musnad Ahmad, jilid 1, halaman 152.
47. Abdullah bin Syarik Al-‘Amiri Al-Kufi. Ahmad dan Ibnu Mu’in mengatakan ia seorang terpercaya, sebagaimana yang tertera di dalam kitab Mizanul I’tidal, oleh Adz-Dzahabi, jilid 2, halaman 46. Ia meriwayatkan dari Sa’d bin Abi Waqqash. Rujuk: Al-Kifayah, oleh Al-Kanji Asy-Syafi’I, halaman 16 dan 151.
48. Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Aqil Al-Hasyimi Al-Madani, wafat setelah tahun 140 H. Ia meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Al-Anshari. Rujuk: Al-Bidayah wan-Nihayah, jilid 5, halaman 213: Ibnu Jarir berkata bahwa Al-Muthallib bin Ziyad, dari Abdullah bin Muhammad bin ‘Aqil, mendengar Jabir bin Abdullah berkata: Kami berada di Ghadir Khum, lalu Rasulullah saw datang kepada kami, lalu bersabda sambil memegang tangan Ali: “Barang siapa menjadikan aku pemimpinnya maka Ali adalah pemimpinnya.”
49. Abdullah bin Ya’la bin Marrah. Ia meriwayatkan dari ‘Amir bin Layli Al-Ghifari. Rujuk: Al-Ishabah, jilid 2, halaman 257; Hadis Al-Munasyadah; Usdul Ghabah, jilid 3, halaman 93.
50. ‘Adi bin Sbabit Al-Anshari Al-Kufi Al-khathami, wafat tahun 116. Adz-Dzahabi mengatakan di dalam kitabnya Mizanul I’tidal, jilid 2, halaman 193; Ia adalah seorang tasyayu’ yang alim, jujur, dan imam masjid mereka. Ia meriwayatkan dari Barra’ bin ‘Azib Al-Anshari. Rujuk: Musnad Ahmad, jilid 4, halaman 281. 50. Abul Hasan ‘Athiyah bin Sa’d bin Junadah Al-‘Aufi Al-Kufi, wafat tahun 111 H. Ibnu Al-jauzi dalam kitabnya At-Tadzkirah, halaman 25, mengatakan ia adalah seorang terpercaya; juga Al-Hafizh Al-Haitsami dalam kitabnya Majma’uz Zawaid, jilid 9, halaman 109, dan Al-Yafi’I dalam kitabnya Mir’atul Jinan, jilid 1, halaman242, mengatakan: ia dicambuk oleh Al-Hajjaj sebanyak 400 kali karena tidak mau mengecam Ali bin Abi Thalib (as), dan ia pun tetap tidak mau mengecamnya. Ia meriwayatkan dari Zaid bin Arqam. Rujuk: Al-bidayah Wan-Nihayah, jilid 5, halaman 209; Kanzul ‘Ummal, oleh Al-Muttaqi Al-Hindi, jilid 6, halaman 390; Musnad Ahmad, jilid 4, halaman 368.
51. Ali bin Zaid bin Jud’an Al-Bisri, wafat tahun 129/131 H. Ibnu Syaibah mengatakan ia seorang yang terpercaya dan jujur. Ia meriwayatkan dari Anas bin Malik, dan Barra’ bin ‘Azib Al-Anshari. Rujuk: Tarikh Baghdad, oleh Al-Khathib Al-Baghdadi, jilid 7, halaman 377; Musnad Ahmad, jilid 4, halaman 281.
52. Abu Harun ‘Umarah bin Juwain Al-‘Abdi, wafat tahun 134 H. Ia meriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, dan Barra’ bin ‘Azib Al-Anshari. Rujuk:
53. Umar bin Abdul Aziz, Khalifah Al-Amawi, wafat tahun 101 H. Rujuk: Hilyatul Awliya’, oleh Al-Hafizh Abu Na’Imam Muhammad Al-Baqir (as), jilid 5, halaman 364; Al-Aghani, oleh Abul Farj, jilid 8, halaman 156; Tarikh Damsyiq, Ibnu Asakir Asy-Syafi’I, jilid 5, halaman 320; Faraid As-Samthin, oleh Al-Hamwini, bab ke 10; Nizham Durar As-Samthim, oleh Al-Hafizh Jamaluddin Az-Zarnadi.
54. Umar bin Abdul Ghaffar. Ia meriwayatkan hadis Munasyadah (sumpah) seorang pemuda terhadap Abu Hurairah di Masjid Kufah. Rujuk: Syarah Nahjul Balaghah, jilid 1, halaman 360.
55. Umar bin Ali Amirul Mu’minin (as). Dalam kitab At-Taqrib dikatakan ia adalah termasuk tiga orang yang terpercaya, wafat pada masa pemerintahan Al-Walid, sebagian mengatakan sebelum masa pemerintahan Al-Walid. Ia meriwayatkan dari ayahnya Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib (as). Rujuk: Al-Bidayah Wan-Nihayah, oleh Ibnu Katsir, jilid 5, halaman 211.
56. ‘Amer bin Ju’dah bin Hubairah. Ia meriwayatkan dari ayahnya dari kakeknya, dari Ummu Salamah (r.a). Rujuk: Yanabi’ul Mawaddah, oleh Syaikh Sulaiman Al-Qundusi Al-Hanafi, halaman 40.
57. ‘Amer bin Marrah Abu Abdillah Al-Kufi Al-Hamdani, wafat tahun 116 H. Dalam Tahdzibut, jilid 8, dikatakan ia adalah seorang tabi’in yang terpercaya; dalam At-Tadzkirah, jilid 1, halaman 108, Adz-dzahabi mengatakan ia adalah seorang tabi’in yang terpercaya; dalam At-Tadzkirah, jilid 1, halaman 108, Adz-Dzahabi mengatakan ia aaadalah seorang tabi’in yang terpercaya dan kuat ingatannya. Ia meriwayatakan dari Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib (as). Rujuk: Mizanul I’tidal, oleh Adz-dzahabi, jilid 2, halaman 303.
58. Abu Ishaq ‘Amer bin Abdillah As-Saba’I Al-Hamdani. Dalam kitabnya Mizanul I’tidal, Adz-Dzahabi mengatakan ia salah seorang tabi’in Kufah yang kuat ingatannya; di dalam kitab At-Tadzkirah, jilid 1, halaman 101, ia dipuji; dalam kitab At-Taqrib disebutkan ia adalah seorang tabi’in terpercaya dan hidup sederhana, wafat tahun 127 H. Ia meriwayatkan dari Zaid bin Arqam. Rujuk: Al-Bidayah Wan-Nihayah, jilid 7, halaman 29; Kifayah Ath-Thalib, halaman 14; Ar-Riyadh An-Nadharah, jilid 2, halaman 169.
59. Abu Abdillah ‘Amer (‘Amir) bin Maimun Al-Udi. Adz-Dzahabi menyebutkan di dalam kitabnya At-Tadzkirah, jilid 1, halaman 56, Ia adalah seorang tabi’in yang terpercaya dan memiliki jiwa kepemimpinan; dalam At-Taqrib, halaman 288, disebutkan ia adalah seorang yang terpercaya dan hidup sederhana. Ia meriwayatkan dari Ibnu Abbas. Rujuk : Al-khashaish, oleh An-Nasa’i halaman 7 ; Musnad bin Hanbal, jilid 1, halaman 331 ; Al-Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 132.
60. ‘Umar bin Sa’d Al-Hamdani Al-Kufi. Ibnu Hibban mengatakan ia seorang yang terpercaya, At-Taqrib menerimanya pujian itu. Ia meriwayatkan dari Anas bin Malik dan Abu Said Al-Khudri. Rujuk: Kanzul “Ummal, jilid 6, halaman 154 dan 403.
61. ‘Umairah binti Sa’d bin Malik Al-Madani, saudara perempuan Sahl, Ummu Rifa’ah Ibnu Mubasysyir. Ia meriwayatkan dari Amirul Mu’mini Ali bin Abi Thalib (as). Rujuk: hilyatul Awliya’, oleh Abu Nu’aim, jilid 5, halaman 26; Al-Khashaish, oleh An-Nasa’I, halaman 16; Tarikh Ibnu Katsir, jilid 5, halmaan 211.
62. Isa bin Thalhah bin Abidillah At-Tamimi Abu Muhammad Al-Madani, salah seorang ulama yang dinyatakan dapat dipercaya oleh Ibnu Mu’in, wafat pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, demikian juga dinyatakan Al-Khazraji dalam Khulashahnya, halaman 257. Ia meriwayatkan dari ayahnya Thalhah bin Abidillah. Rujuk: Al-Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 171; Tahdzibut Tahdzib, oleh Ibnu Hajar, jilid 1, halaman 391; Kanzul ‘Ummal, jilid 6, halaman 403.
63. Abu Bakar Fithr bin Khalifah Al-makhzumi mawlahum Al-Hannath; Ahmad, Ibnu Mu’in. Al-‘Ajali, dan Ibnu Sa’d menyatakan ia sebagai orang yang terpercaya dan jujur; atau lebih dari itu sebagaimana yang diungkapkan oleh Tahdzibut Tahdzib. Ia meriwayatkan dari Abu Thufail ‘Amirah bin Watsilah Al-Laytsi. Rujuk Al-Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 109; Udul Ghabah, jilid 3, halaman 92/jilid 5, halaman 376; Yanabi’ul Mawaddah, halaman 38; Tarikh Ali Muhammad, halaman 67.
64. Qabishah bin Dzulaib; biogarfinya dipuji oleh Adz-Dzahabi dalam kitabnya At-Tadzkirah, jilid 1, halaman 53; Ibnu Hibban menyatakan dalam Khulashahnya, halaman 268, ia adalah seorang yang terpercaya; ia wafat tahun 87 H. Ia meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah. Rujuk: Asna Al-mathalib, oleh Al-Jazari, halaman 3; Tarikh Ali Muhammad, oleh Al-qadhi, halaman 6.
65. Abu Maryam Qais Ats-Tsaqafi; An-Nasa’I menyatakan ia sebagai orang yang terpercaya sebagaimana yang terdapat didalam Khulashah Al-Khazraji, halaman 395. Ia meriwayatkan dari Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib (as). Rujuk: Musnad Ahmad, jilid 1, halaman 152.
66. Muhammad bin Umar bin Abi Thalib, wafat pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, sebagian mengatakan tahun 100 H; Ibnu Hibban mengatakan ia orang yang terpercaya. Ia meriwayatkan Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib (as). Rujuk: Al-Bidayah Wan-Nihayah, oleh Ibnu Katsir, jilid 2, halaman 348; Majma’uz Zawaid, jilid 9, halaman 107; Musykilul Atsar, oleh Al-Hafizh Ath-thahawi, jilid 2, halaman 307.
67. Abu Dhuha Muslim bin Shubaih Al-hamdani Al-Kufi Al-‘Aththar; Ibnu Mu’in dan Abu Zar’ah mengatakan ia orang yang teroercaya sebagaimana yang terdapat di dalam At-Tahdzib, halaman 321; Ibnu Hajar mengatakan dalam At-Taqrib ia adalah orang yang terpercaya. Ia meriwayatkan dari Zaid bin Arqam. Rujuk: Kanzul ‘Ummal, jilid 6, halaman 390.
68. Muslim Al-Mula’i. Ia meriwayatkan dari ayahnya, dari Habban bin Juwain Al-‘Urani. Rujuk: Al-Ishabah, jilid 1, halaman 372; Usdul Ghabah, jilid 1, halaman 367.
69. Abu Zurarah Mush’ib Sa’d Abi waqqash Az-Zuhri Al-Madani; Ibnu Hajar dalam kitabnya At-Taqrib, halaman 334, mengatakan ia orang yang terpercaya, wafat tahun 103 H. Ia meriwayatkan dari Sa’d bin Abi Waqqash. Rujuk: Musykilul Atshar, oleh Al-Hafizh Ath-thahawi, jilid 2, halaman 309.
70. Muthallib bin Abdillah Al-Qurasyi Al-makhzumi Al-Madani; Abu Zur’ah dan daruqutni mengatakan ia adalah orang yang terpercaya. Ia meri

GHADIR KHUM

Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Puja dan Puji Bagi Allah SWT

Segala puja dan puji hanya bagi Allah SWT yang begitu tinggi dalam ke-Esaan-Nya, dan yang begitu dekat dalam kesendirian-Nya. Maha Agung dalam kekuasaan-Nya dan Maha besar dalam kekokohan-Nya. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu sementara Dia tetap pada derajat-Nya. Semua makhluk ciptaan-Nya tunduk dibawah kekuasaan dan hujjah-Nya.

Ia senantiasa disyukuri dan dipuji. Ia memiliki keagungan yang abadi. Ia yang memulakan dan Ia pula yang akan mengembalikan, dan semua perbuatan akan kembali kepada-Nya.

Dialah pencipta langit yang tinggi, penghampar bumi yang luas dan keduanya itu takluk dibawah kekuasan-Nya. Ia Maha Kudus dan Suci, pembimbing bagi Malaikat dan ruh, pemberi karunia atas semua ciptaan-Nya dan bersifat lembut atas semua makhluk-Nya. Setiap pandangan mata berada dibawah kontrol-Nya, sementara mata-mata itu tak dapat melihat-Nya.

Ia maha Mulia dan Lembut, rahmat-Nya yang luas meliputi segala sesuatu dan semuanya mendapat anugerah nikmat-Nya. Ia tidak tergesa-gesa dalam memberikan sanksi kepada hamba-hamba-Nya dan tidak pula bersegera dalam menyiksa mereka yang berhak mendapatkan siksa.

Ia mengetahui segala rahasia, mengerti segala isi hati dan bagi-Nya tak ada sesuatupun yang tersembunyi serta tak sedikitpun ada kesamaran bagi-Nya. Ia meliputi segala sesuatu, menundukkan, mengalahkan dan menguasai segala-galanya. Tak ada sesuatupun yang menyamai-Nya. Dialah Pencipta sesuatu tatkala tak ada sesuatupun, Abadi, Hidup, Penegak Keadilan, tak ada tuhan selain Dia, Maha Mulia dan Bijaksana.

Dia Maha Agung untuk dijangkau oleh pandangan mata, sedang Ia menjangkau segala pandangan. Maha lembut lagi Maha mengetahui. Tak ada satupun makhluk-Nya yang mampu menggapai sifat-Nya, tak seorangpun dapat mengetahui seluk beluk-Nya, baik yang lahir maupun yang batin, kecuali apa yang Ia tunjukkan akan diri-Nya sendiri.

Aku bersaksi bahwa Dialah Tuhan yang kesucian-Nya memenuhi masa, yang cahaya-Nya meliputi keabadian, yang menjalankan urusan-Nya tanpa musyawarah kepada siapapun, tak ada sekutu dalam takdir dan ketentuan-Nya dan tak perlu penolong dalam pengaturan-Nya.

Dialah yang membentuk ciptaan-Nya tanpa contoh, membuatnya tanpa bantuan siapapun, dan tanpa beban pikiran sebelumnya. Semua Ia adakan hingga terwujud, Ia ciptakan hingga menjadi tampak. Dialah Allah yang tiada tuhan kecuali hanya Dia, kokoh ciptaan-Nya, indah buatan-Nya, Maha Adil dan tak berbuat zalim dan Dialah Maha Mulia yang semua urusan kembali pada-Nya.

Aku bersaksi bahwa Dialah Tuhan yang karena keagungan-Nya merunduklah segala sesuatu, yang karena kudrat-Nya menyerahlah segala keberadaan, dan yang karena haibah-Nya tunduklah segala-galanya.

Dialah Raja Diraja, Penggerak semua planet, penunduk matahari dan rembulan, dimana semua itu beredar sampai batas waktu tertentu, memasukkan malam pada siang, dan memasukkan siang pada malam dan semua itu berjalan dengan begitu cepatnya.

Dialah yang memecahkan setiap yang keras dan membangkang, menghancurkan setiap setan yang menentang. Dialah yang tak punya lawan dan sekutu. Esa dan berdiri sendiri. Tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak satupun yang menyamai-Nya. Dialah Tuhan yang Esa, Rab yang Mulia. Ketika Ia ingin, maka Ia lakukan, dan ketika Ia berkehendak maka tertentukanlah segala ketetapan, serta ketika Ia mengetahui maka tertentukanlah segala bilangan.

Dialah yang mematikan dan menghidupkan, membuat kemiskinan dan mendatangkan kekayaan, membuat tawa dan tangisan, mendekatkan dan menjauhkan, mencegah dan memberi. Bagi-Nya kerajaan dan pujian, dan ditangan-Nya lah segala kebaikan, serta Dia lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dialah Tuhan yang memasukkan malam ke dalam siang, dan memasukkan siang ke dalam malam, tiada tuhan selain-Nya, yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun, mengabulkan doa, melipat gandakan pemberian, mengetahui bilangan hembusan nafas jin dan manusia. Tak ada satu perkarapun yang sulit bagi-Nya.

Jeritan hamba-hamba-Nya tak membuat-Nya terganggu, tak pernah merasa lelah dengan permintaan paksa dan rengekan hamba-hamba-Nya, senantiasa melindungi hamba-hamba-Nya yang saleh, memberikan taufik bagi hamba-hamba-Nya yang beruntung, dan memimpin kaum mukminin.

Dialah Tuhan semesta alam, yang berhak dan layak untuk selalu dipuji dan disyukuri oleh setiap makhluk ciptaan-Nya, dalam segala keadaannya. Aku selalu bersyukur kepada-Nya, baik dalam keadaan senang atau susah, dalam keadaan suka maupun duka. Aku beriman kepada-Nya dengan sepenuh keyakinan, begitu pula kepada malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.

Aku mendengar dan mentaati segala perintah-Nya serta bersegera melaksanakan segala apa yang diridhai-Nya. Akupun pasrah dan menyerah kepada segala ketentuan-Nya demi mentaati-Nya, dan aku takut akan siksa-Nya. Karena Dialah Allah yang tak satupun dari hamba-hamba-Nya yang bisa merasa aman dari incaran-Nya, sekalipun tidak perlu khawatir terhadap kezaliman-Nya (karena Allah tidak akan pernah melakukannya).

Perintah Ilahi Tentang Satu Perkara Penting
Aku berikrar diri kepada-Nya dengan penghambaan, bersaksi bagi-Nya dengan ketuhanan, dan akupun bertekad bulat untuk menjalankan segala apa yang diwahyukan kepadaku demi menghindarkan diri dari azab yang tak seorangpun dapat menghalangi dan menolakkannya dari diriku, betapapun hebat ilah dan alasannya, akibat tidak melakukan perintah-Nya itu.

Tiada Tuhan selain Dia yang telah mengabarkan dan mengancam bahwa apabila aku tidak menyampaikan apa-apa yang telah diturunkan kepadaku (sehubungan dengan masalah wilayah Ali a.s.), maka berarti aku dianggap sama sekali tidak menyampaikan risalah dan ajaran-Nya. Ia telah pula menjamin keselamatanku dari bahaya kejahatan para pendengki, dan Dialah yang Maha Mulia dan pemberi kecukupan.

Dia telah menurunkan wahyu padaku:
“Dengan asma Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Wahai Rasul, sampaikanlah (kepada manusia) apa yang telah diturunkan padamu dari Tuhanmu. Dan (ketahuilah) apabila engkau tidak melaksanakannya (masalah wilayah Ali itu), maka berarti engkau sama sekali tidak menyampaikan risalah-Nya. Dan (janganlah khawatir) Allah senantiasa menjagamu dari segala bentuk kejahatan manusia”.(al-Maidah 67)

Wahai manusia! Aku bertekad bulat untuk tidak teledor dalam menyampaikan segala apa saja yang telah Dia turunkan kepadaku, dan kini dengarkanlah baik-baik, aku akan menjelaskan sebab turunya ayat tersebut pada kalian:

Sesungguhnya malaikat Jibril a.s. sudah tiga kali turun kepadaku dan menyampaikan salam Tuhanku serta memerintahkan agar berdiri di tempat perkumpulan ini untuk menyampaikan pada kalian baik yang berkulit putih maupun yang berkulit hitam, bahwa sesungguhnya Ali bin Abi Thalib adalah saudaraku, washiku, khalifahku bagi umatku dan imam setelahku.

Kedudukan dia di sisiku sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi lagi setelahku. Dia sebagai pemimpin kalian setelah Allah dan Rasul-Nya, dan sungguh dalam masalah ini Allah telah menurunkan sebuah ayat dalam kitab-Nya kepadaku:

“Sesungguhnya pemimpin kalian adalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman yang mendirikan Shalat dan mengeluarkan zakat sementara ia dalam keadaan rukuk”. (al-Ma'idah 55)

Ketahuilah bahwa Ali bin Abi Thalib telah mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat ketika ia sedang rukuk, demikianlah yang dikehendaki Allah SWT.

Wahai manusia! Ketika itu aku memohon pada malaikat Jibril a.s. agar Allah memaafkanku untuk tidak menyampaikan masalah penting ini pada kalian karena aku telah mengetahui betapa sedikitnya orang-orang yang bertakwa, dan betapa banyaknya orang-orang munafik, orang-orang yang membuat kerusakan dan para penipu yang tidak suka kebenaran Islam yang. Ciri-ciri mereka disebutkan oleh Allah dalam kitab suci al-Quran bahwa mereka biasa mengatakan dengan lisan mereka hal-hal yang bertolak belakang dengan isi hati mereka, dan mereka suka meremehkan masalah ini padahal di sisi Allah merupakan masalah yang sangat besar. Sebab itulah kaum munafikin berulang kali menyakitiku. Mereka mengatakan bahwa aku adalah “udzun” (mendengar dan menerima setiap omongan,), mereka mengira bahwa aku ini seperti itu, karena Ali a.s senantiasa menyertaiku dan aku selalu menaruh perhatian penuh kepadanya, sehingga dengan demikian Allah SWT menurunkan ayat yang menyinggung perihal perilaku mereka tersebut:

“Di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang menyakiti Nabi SAWW dan mereka mengatakan bahwa Nabi itu adalah “udzun” (mempercayai semua apa yang didengar alias gampang percaya), katakanlah (kepada mereka): ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah dan mempercayai orang-orang mukmin….”. (al-Taubah 61).

Kalau saja aku mau, maka aku dapat menyebutkkan satu-persatu dari nama-nama mereka itu; dan kalau aku mau menyebutkannya dengan isyarat, maka aku mampu melakukannya; dan kalau aku mau meyebut mereka dengan tanda-tanda, maka aku juga dapat melakukannya. Akan tetapi –demi Allah– aku masih tetap sabar terhadap mereka.

Namun dengan semua ini, Allah SWT tetap tidak akan rela kepadaku sampai aku menyampaikan pada kalian apa-apa yang telah Dia turunkan berkaitan dengan hak wilayah Ali tersebut.

Lalu Rasulullah SAWW membacakan ayat berikut ini:
“Wahai Rasul, sampaikanlah (kepada manusia) apa-apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan (ketahuilah) apabila engkau tidak melaksanakannya (masalah penyampaian wilayah Ali itu), maka berarti engkau sama sekali tidak menyampaikan risalah-Nya. Dan (janganlah khawatir) Allah senantiasa menjagamu dari segala bentuk kejahatan manusia”. (al-Maidah 67)

Pengumuman Resmi Wilayah dan Imamah 12 Imam Maksum a.s.
Wahai manusia! Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah SWT telah mengangkat untuk kalian seorang pemimpin dan imam yang wajib ditaati baik oleh kalian yang dari kaum muhajirin, maupun dari kaum anshar, juga oleh para pengikut jejak baik mereka, penduduk desa atau kota, masyarakat Ajam (non-Arab) atau Arab, yang bebas atau budak, besar atau kecil, kulit putih atau hitam, dan juga oleh semua orang yang mengesakan Tuhan. Hukum dan ketetapannya (Ali a.s. red) berlaku untuk semua orang, ucapan dan kata-katanya wajib diamalkan. Terkutuklah siapa saja yang menentangnya, dan dipastikan bahwa siapa saja yang mengikuti dan membenarkannya akan mendapatkan curahanan rahmat Ilahi dan ampunan-Nya.

Wahai manusia! Ketahuilah bahwa saat ini merupakan kesempatan terakhir bagiku untuk berdiri di tempat umum ini, maka dengarkanlah baik-baik, tunduk dan taatlah pada perintah-perintah Tuhan kalian. Karena sesungguhnya Allah SWT adalah merupakan wali (Penguasa), pemimpin dan Tuhan kalian, kemudian setelah-Nya, adalah Rasul kalian, Muhammad bin Abdullah SAWW sebagai wali kalian, dan yang kini berdiri dan menghadap kepada kalian (Imam Ali a.s.). Kemudian sepeninggalku yang akan menjadi wali, pemimpin dan imam kalian adalah Ali sesuai dengan perintah Allah SWT Dan setelah Ali, keimamahan dipegang oleh anak keturunanku dari putra-putra Ali sampai kalian pada suatu hari kelak menjumpai Allah dan Rasul-Nya.

Tidak ada sesuaatu-pun yang halal melainan dihalalkan oleh Allah SWT, Rasul-Nya, dan para imam yang maksum, dan tidak ada sesuatupun yang haram atas kalian melainkan diharamkan oleh Allah, Rasul-Nya dan para imam maksum tersebut. Sesungguhnya Allah SWT telah memperkenalkan kepadaku segala yang halal dan yang haram. Dan apa-apa yang telah diajarkan padaku dari kitab-Nya, telah pula kuajarkan kepadanya (Ali a.s. red).

Wahai manusia! Utamakanlah Ali dari yang lainnya, ketahuilah tak ada satupun ilmu melainkan Allah SWT telah mengumpulkannya dalam diriku, dan setiap ilmu yang telah diberikan kepadaku telah aku ajarkan pada imam muttakin (pemimpin orang-orang yang takwa) Ali. Ali adalah “imam-mubin (terang/nyata)” yang telah Allah diisyaratkan dalam Surah Yasin:

“Dan segala sesuatu itu telah kami kumpulkan dalam diri imam mubin”. (Ya Siin 12)

Wahai manusia! Janganlah kalian sampai lari meninggalkan Ali dan memilih jalan sesat, janganlah kalian congkak dan membangkang wilayahnya (kepemimpinannya), karena dialah yang menunjukkan kalian pada jalan yang benar dimana ia telah mengamalkannya, dan dia pula yang menghancurkan kebatilan dan mencegah kalian dari perbuatan batil itu, serta lebih dari itu, dia tetap tegar pada jalan Allah dimana cerca-hina para pendengkinya tidak akan membuatnya gentar.

Dialah (Ali a.s.) adalah orang yang pertama kali mengimani Allah dan Rasul-Nya, tak seorangpun yang mendahului keimanannya padaku. Dialah yang telah berani mempertaruhkan nyawanya demi membela Rasulullah SAWW, dan dia pula yang selalu menyertai Rasulullah SAWW ketika tak ada seorangpun yang menyembah Allah bersama Rasulullah saat itu. Dialah yang pertama kali melakukan shalat, dan yang pertama kali menyembah Allah bersamaku. Dari Tuhan kuperintahkan kepadanya agar menggantikanku di tempat tidurku (sewaktu hijrah, red.), dan ia tidur di sana, sementara ia mengorbankan nyawanya untukku.

Wahai manusia! Utamakanlah Ali, karena sesungguhnya Allah SWT telah mengutamakannya, dan terimalah (wilayah dan imamahnya) karena sesungguhnya Allah SWT yang telah mengangkatnya.

Wahai manusia! Ketahuilah bahwa dia (Ali a.s.) merupakan imam dengan ketentuan Allah SWT. Allah tidak akan menerima taubat seseorang yang mengingkari wilayahnya dan juga tidak akan mengampuni dosa-dosanya. Sungguh, Allah pasti akan melakukan demikian bagi siapa saja yang menentang perintahnya, akan mengadzabnya dengan siksa yang amat pedih selama-lamanya sampai akhir masa, maka berhati-hatilah kalian agar jangan sampai menentangnya, sebab akan berakibat bahwa kalian akan dimasukkan ke dalam neraka yang bahan bakarnya berupa manusia dan batu-batu yang, dimana semua telah disiapkan untuk orang-orang kafir.

Wahai manusia! Demi Allah, sesungguhnya para nabi dan rasul terdahulu telah memberikan kabar gembira kepadaku. Demi Allah, bahwa aku adalah penutup para nabi dan rasul, serta sebagai hujjah atas semua makhluk-Nya baik dari kalangan penduduk langit atau bumi. Siapa saja yang merasa ragu atas hal itu, maka sungguh ia telah kafir sebagaimana kafirnya orang-orang jahiliyah terdahulu. Barang siapa yang ragu dengan ucapan-ucapanku itu walaupun hanya sedikit saja, maka berarti ia telah meragukan semua ucapanku. Barang siapa yang ragu pada satu imam (dari dua belas imam, red) saja, berarti ia telah ragu terhadap semuanya. Dan barang siapa yang ragu atas kami, maka tiada lain baginya kecuali api neraka.

Wahai manusia! Allah SWT telah memberikan keutamaan ini kepadaku sebagai karunia dan kebaikan-Nya atasku, tiada tuhan selain Dia, puja dan pujiku pada Nya selama-lamanya dan sepanjang masa atas segala keadaan.

Wahai manusia! Utamakanlah Ali, karena sesungguhnya ia paling utamanya manusia setelahku, baik laki-laki maupun perempuan, selama ada hari dan keberadaan. Sungguh terlaknatlah, terkutuklah dan termurkai siapa saja yang menolak dan menentang ucapanku ini. Ketahuilah bahwa sesungguhnya malaikat Jibril a.s. telah membawa berita dari Allah untukku,

Ia berkata:
“Barang siapa yang memusuhi Ali, dan tidak mau berwilayah kepadanya, maka ia akan mendapat laknat dan murka-Ku”

Maka dari itu hendaknya setiap diri melihat apa-apa yang telah dilakukannya untuk hari esok, takutlah kalian kepada Allah, jangan sampai kalian berani menentang Ali yang akan berakibat tergelincirnya kaki-kaki kalian setelah kokoh berdiri. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kalian lakukan.

Wahai manusia! Ketahuilah bahwa sesungguhnya Ali adalah “Janbillah” (sisi Allah) sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Allah di dalam kitab-Nya ketika menyinggung orang-orang yang menentangnya dengan berfirman:

“Agar tidak ada orang yang mengatakan : Amat besar penyesalanku atas kelalaianku terhadap `Janbillah`”. (surah az-Zumar: 56)

Wahai manusia! Renungkanlah al-Quran, pahamilah ayat-ayatnya, perhatikanlah muhkamatnya (ayat-ayat yang jelas maknanya), dan janganlah kalian mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat (samar). Demi Allah, tidak ada yang mampu menjelaskan bathinnya dan tidak ada yang dapat menafsirkannya untuk kalian, kecuali orang yang aku pegang tangannya ini, yang aku bawa ke atas dan aku angkat tangannya tinggi-tinggi. Aku beritakan pada kalian bahwa barang siapa yang menjadikan aku sebagai wali dan pemimpinnya, maka orang ini (Ali a.s.) sebagai wali dan pemimpinnya juga. Dialah Ali bin Abi Thalib, saudaraku dan washiku. Wilayahnya resmi dari Allah SWT sebagaimana yang telah diturunkan melaluiku.

Wahai manusia! Sesungguhnya Ali dan orang-orang suci dari keturunanku, mereka adalah “Tsiqlul-Ashghar” (mutiara kecil) sedang al-Quran merupakan “Tsiqlul-akbar” (mutiara besar), satu sama lainnya saling memberikan berita dan terdapat keserasian antara keduanya, dan kedua-duanya itu tidak akan berpisah sampai menjumpai aku di telaga Kautsar kelak. Ketahuilah mereka itu adalah orang-orang kepercayaan Allah diantara manusia-manusia, dan sebagai para hakim-Nya di muka bumi ini.

Ketahuilah, kini aku telah menunaikan tugasku, ketahuilah aku telah menyampaikan risalah-Nya, ketahuilah aku telah menjelaskannya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah SWT telah mengataknnya, dan aku mengatakan hal ini dari Allah SWT. Ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada “Amirul Mukminin” (pemimpin para mukmin) selain dari pada saudaraku ini, dan ketahuilah bahwa tidak sah (halal) bagi siapapun untuk menjadi amirul mukminin setelahku nanti, selain Ali a.s.

Pengangkatan Wilayah Amirul Mukminin

Kemudian setelah itu Rasulullah SAWW menepuk lengan Ali a.s. dan mengankat tangannya tinggi-tinggi. Semua ini terjadi, yakni semenjak Rasulullah SAWW menaiki mimbar, Imam Ali a.s. pun ada di mimbar itu dengan posisi lebih rendah satu tangga dari tempat Rasulullah SAWW berdiri, dimana karena wajah (kepala) Rasulullah SAWW agak miring ke arah kanan, maka seakan keduanya berdiri tegak di satu tempat.

Lalu Rasulullah SAWW mengangkat tangan Ali a.s. dengan tangannya, sehingga kedua tangan mulia itu terangkat mengarah ke langit dan disamping itu beliau menarik Ali a.s. dari tempatnya sehingga kaki Ali a.s. sejajar dengan kaki Rasulullah SAWW kemudian beliau bersabda:

“Wahai manusia! Ini adalah Ali, ia adalah saudaraku, washiku, penghimpun ilmuku, dan ia adalah khalifahku bagi umatku, yaitu orang-orang yang beriman kepadaku. Ia khalifahku dalam menafsirkan kitab Allah SWT dan yang mengajak mengamalkanya. Begitu pula ia yang mengamalkan apa-apa yang diridhai Allah, dan yang akan memerangi musuh-musuh-Nya, membela orang-orang yang mentaati-Nya dan mencegah orang-orang dari bermaksiat kepada-Nya.

Ia (Ali a.s.) adalah khalifah Rasulullah SAWW, pemimpin kaum mukminin, imam penunjuk kepada jalan-hak, memerangi kelompok Naakitsin (Jamal, red.), Qosithin (Mu'awiyah, red.) dan Mariqiin (Khawarij, red) sesuai perintah Allah SWT.

Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya di sisi-Ku, segala ucapan tidak akan mengalami perubahan”.

Wahai Tuhanku dengan perintah-Mu aku berkata: “Ya Allah cintailah setiap orang yang mencintai Ali, dan musuhilah setiap orang yang memusuhinya, tolonglah orang-orang yang menolong Ali, rendahkanlah siapa saja yang merendahkan Ali, laknatilah setiap orang yang mengingkari Ali, murkailah siapa saja yang menolak hak Ali.
Ya Allah, dengan jelasnya masalah ini, dan ditetapkannya Ali (sebagai imam, red.) pada hari ini, Engkau turunkan ayat-Mu yang berbunyi:
“Pada hari ini Aku telah sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan Aku telah melengkapi nikmat-Ku atas kalian, dan Aku-pun rela bahwa Islam sebagai agama kalian”. (al_Maidah, 3)

“Barang siapa yang mengikuti agama selain Islam, maka ia tidak akan diterima dan pada hari akhirat kelak ia termasuk orang-orang yang merugi”.

Ya Allah! Aku menjadikan-Mu sebagai saksi, bahwasannya aku telah menyampai apa-apa yang Engkau perintahkan.

Penekanan Perhatian Ummat Pada Masalah Imamah
Wahai manusia! Sesungguhnya Allah SWT telah menyempurnakan agama kalian dengan masalah imamah, maka barang siapa yang tidak mau mengikutinya dan tidak mengikuti orang-orang yang menggantikan kedudukannya dari keturunanku yaitu anak-anaknya, sampai hari kiamat -hari kembali kepada Allah SWT- maka semua amal ibadah mereka di dunia ini akan terhapus dan mereka akan dimasukkan ke dalam api neraka kekal selama-lamanya, dan adzab mereka itu tidak akan diringankan sedikitpun serta tidak akan pernah diberikan tangguhan.

Wahai manusia! Ini adalah Ali, orang yang banyak menolongku di antara kalian, yang paling berhak menjadi penggantiku, yang paling dekat padaku dan yang paling mulia di mataku di antara kalian semua, dan sesungguhnya Allah SWT dan aku, ridha kepadanya. Tidak ada satu ayatpun tentang ridha yang turun kepadaku melainkan dia (Ali a.s.) termasuk di dalamnya, tak pernah Allah meng-khithab-i (lawan bicara, red) orang-orang beriman melainkan Dia memulainnya dengan ber-khithab kepadanya, tak satupun ayat pujian yang turun dalam al-Quran, melainkan dia (Ali a.s.) ikut serta di dalamnya. Dan Allah SWT dalam surah “Hal Ataa 'Alaal Insaan” (al-Insan, ayat 1) tidak memberikan kesaksian dengan surga kecuali untuknya. Allah tidak menurunkan surah ini untuk selainnya, dan juga, Ia tidak memuji siapapun dalam surah ini, kecuali dirinya.

Wahai manusia! Ketahuilah bahwa dia (Ali a.s.) adalah penolong agama Allah SWT, pembela Rasulullah SAWW, paling bertakwa, suci, dan penunjuk orang-orang yang mendapat hidayah. Sesungguhnya nabi kalian adalah paling baiknya nabi, washi (pengganti) kalian adalah paling baiknya washi dan putra-putranya adalah paling baiknya washi.

Wahai manusia! Ketahuilah bahwa sesungguhnya nasab dan anak cucu setiap nabi adalah dari diri mereka masing-masing, tapi nasab dan anak cucuku dari keturunan Ali.
Wahai manusia! Sesungguhnya iblis telah menyebabkan keluarnya Adam a.s. dari surga dengan sifat hasadnya, maka berhati-hatilah jangan sampai kalian mempunyai sifat hasad terhadap Ali yang menyebabkan amal ibadah kalian terhapus dan kaki-kaki kalian tergelincir. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Adam a.s. diturunkan ke bumi karena satu kesalahan saja, padahal beliau adalah pilihan Tuhan, lalu bagaimana dengan kalian, sedang kalian ini bukan apa-apa (dibanding dengan Adam a.s.), bahkan diantara kalian ada orang-orang yang dimusuhi Allah SWT!?

Ketahuilah, sesungguhnya tidak ada yang memusuhi Ali kecuali orang yang betul-betul celaka, tidak ada yang mencintai Ali kecuali orang yang betul-betul bertakwa dan tidak ada yang mempercayai Ali kecuali orang yang betul-betul ikhlas keimanannya. Demi Allah, sesungguhnya surah “wa al-'Ashr” turun untuk keutamaan Ali:

“Demi masa, sesungguhnya semua manusia berada dalam kerugian”, kecuali Ali yang telah betul-betul beriman, melakukan amal ibadah shaleh dan rela terhadap kebenaran dan kesabaran.

Wahai manusia! Sesungguhnya aku telah menjadikan Allah sebagai saksi bahwa kini aku telah menyampaikan risalahku pada kalian dan tak ada pada pundak Rasul selain dari pada menyampaikan dan menerangkan risalah.

Wahai manusia! Takutlah kalian kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya, dan janganlah kalian meninggalkan dunia kecuali dalam keadaan pasrah menyerah.

Keragu-raguan Kaum Munafikin

Wahai manusia! “Berimanlah kalian kepada Allah SWT, rasul-Nya dan kepada nur yang diturunkan bersamanya, sebelum Kami (Allah) hancurkan wajah-wajah dan Kami campakkan/plintir ke belakang atau Kami kutuk sebagaimana `ashaabu-sabt`”.

Demi Allah, sesungguhnya ayat ini tidak ditujukan melainkan kepada suatu kelompok dari sahabat-sahabatku yang mereka itu aku kenali nama-nama dan keturunan mereka, hanya saja aku diperintahkan oleh Allah SWT agar menutupi mereka. Maka masing-masing orang akan mendapatkan balasan sehubungan dengan amalnya berkenaan dengan cinta dan bencinya kepada Ali.

Wahai manusia! Sesungguhnya nur itu ditetapkan oleh Allah SWT untuk diriku, kemudian untuk diri Ali bin Abi Thalib dan setelah itu pada putra-putra dari keturunannya sampai kepada penegak keadilan, al-Mahdi. Ialah yang akan mengambil hak Allah (yang terampas oleh orang-orang yang tidak berhak) dan semua hak yang mesti kembali kepada kami, karena sesungguhnya Allah SWT telah menjadikan kami sebagai hujjah atas semua orang-orang yang lalai, pembenci, penentang, pengkhianat, lalim dan para perampas (wilayah kami), yang berada di seluruh penjuru alam.

Wahai manusia! Kini aku peringatkan kalian bahwa aku adalah Rasulullah dimana telah mendahuluiku para rasul sebelumku. Apakah jika esok hari aku meninggal dunia atau terbunuh, kalian akan berbalik? Ketahuilah bahwa kalau kalian berbalik, tidak akan merugikan Tuhan sedikitpun. Dan Allah SWT akan segera memberikan balasan nikmat bagi orang-orang yang bersyukur dan sabar. Ketahuilah, sesungguhnya Ali adalah penyandang sifat sabar dan syukur, dan setelah itu para putranya dari keturunanku.

Wahai manusia! Janganlah kalian mengharap lebih dari aku dengan alasan kalian telah menerima Islam, apalagi dari Allah. Karena hal semacam itu akan menyebabkan amal ibadah kalian terhapus dan kalianpun akan mendapat murka dan dimasukkan ke dalam jilatan api neraka oleh Allah SWT. Sesungguhnya Tuhan kalian senantiasa mengawasi kalian.

Wahai manusia! Ketahuilah bahwa nanti sepeninggalku akan ada pemimpin-pemimpin yang akan mengajak kalian ke api neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan pernah tertolong.

Wahai manusia! Allah SWT dan aku berlepas diri dari mereka.

Wahai manusia! Mereka itu, dan penolong mereka, pembela dan pengikut mereka, akan berada di dalam dasar api neraka yang paling bawah. Sungguh betapa buruknya tempat kembali orang-orang yang congkak dan sombong itu. Ketahuilah, mereka itu adalah “ashabus shahifah”, maka hendaknya masing-masing kalian memperhatikan shahifahnya (buku, red.) sendiri-sendiri.

Ket:
Perawi hadis berkata: “Ketika Rasulullah menyebutkan nama-nama “ashabus shahifah” itu, mayoritas orang-orang yang mendengarnya tidak memahami maksud ucapan beliau tersebut dan membangkitkan tanda tanya dalam hati mereka, hanya sedikit sekali orang-orang memahami maksud ucapan beliau kala itu.”

Wahai manusia! Aku amanatkan kekholifaan sebagai imamah dan warisan ini kepada keturunanku sampai hari kiamat, dan aku telah sampaikan segalanya sesuai dengan yang diperintahkan kepadaku, sehingga hal itu menjadi hujjah baik bagi orang yang hadir maupun yang tidak hadir, bagi yang sudah lahir maupun yang belum lahir. Oleh karena itu, hendaknya orang yang hadir menyampaikan (hal ini) kepada orang yang tidak hadir, dan seorang ayah menyampaikannya kepada anaknya hingga hari kiamat tiba.
Tidak lama lagi, sepeninggalku, mereka-mereka itu akan merebut imamah ini (dari keturunanku) dengan paksa dan menjadikannya sebagai sistim kerajaan. Semoga Allah melaknat para perampas (imamah ini). Pada saat itulah Dia akan menimpakan kepada kalian apa-apa yang mesti ditimpakan, dan mengirimkan kepada kalian api dan timah panas, sementara kalian tidak akan mampu menghindarinya.

Wahai manusia! Allah azza wa jalla tidak akan meninggalkan kalian sendirian. Dia yang akan memisahkan orang yang baik dari yang jahat, dan Dia tidak akan memberi tahu kalian tentang alam ghaib.

Wahai manusia! Tidak ada sebuah negara yang makmur yang penduduknya mendustakan tanda-tanda kekuasaan Tuhan kecuali Ia akan memusnahkannya sebelum kiamat tiba dan menundukkannya di bawah pemerintahan Imam Mahdi, Dan Dia (Allah) akan memenuhi janji-Nya ini.

Wahai manusia! Orang-orang sebelum kalian telah binasa. Allah yang telah membinasakan mereka, dan Dialah yang akan membinasakan orang-orang masa mendatang. Allah berfirman:
“Apakah bukan Kami yang telah membinasakan orang-orang zaman dahulu, kemudian Kami ikutkan orang-orang lain ke dalam mereka? Begitulah kami memperlakukan orang-orang yang berdosa. Celakalah pada hari itu para pendusta”.

Wahai manusia! Allah telah menurunkan perintah dan larangan-Nya untukku, dan akupun mengajarkannya kepada Ali, sesuai dengan yang diperintahkan Allah. Dan pengetahuan tentang perintah dan larangan ini ada di sisi-Nya. Dengan ini, dengarkanlah perintahnya (Ali a.s.) sehingga kalian selamat, dan taatilah dia sehingga kalian mendapat petunjuk. Terimalah larangannya, sehingga kalian berada di jalan yang benar, dan berjalanlah menuju tujuannya. Jangan sampai jalan-jalan yang asing (lain dari ajaran Nabai SAWW) menyelewengkan kalian dari jalannya.

Pengikut Ahlul Bait a.s.dan Musuh Mereka
Wahai manusia! Aku adalah jalan Allah yang lurus dimana Ia telah memerintahkan kalian untuk mengikutinya; Kemudian Ali setelah aku; Kemudia putera-puteraku dari keturunannya sebagai imam pemberi hidayah dan petunjuk. Mereka akan menunjukkan jalan kebenaran dan dengan pertolongan Allah akan bertindak dengan penuh keadilan.

Setelah itu beliau membaca surah Al-fatihah hingga selesai, kemudian melanjutkan khotbahnya seraya bersabda:

Surah ini turun berkenaan denganku, dan demi Allah, turun (juga) berkenaan dengan mereka (para imam). Secara umum surah ini mencakup mereka dan secara khusus berkenaan dengan mereka. Mereka adalah para kekasih Allah yang tidak pernah merasa takut dan sedih. Ketahuilah bahwa hizbullah (tentara Allah) pasti akan menang.

Ketahuilah bahwa para musuh mereka adalah orang-orang bodoh yang sesat dan saudara-saudara setan. Mereka dengan segala kesombongan saling tukar menukar kebatilan di antara mereka.

Ketahuilah bahwa para pecinta mereka (Ahlul bait) adalah mereka yang disinyalir oleh Allah dalam kitab-Nya dengan firman-Nya:
“Kamu (Muhammad) tidak akan mendapati umat yang beriman kepada Allah dan hari akhir, yang mencintai orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya meskipun mereka (para penentang tersebut) adalah ayah, anak, saudara atau kerabat mereka. Mereka itu adalah orang-orang yang telah ditetapkan iman di hati mereka oleh-Nya”.

Ketahuilah bahwa para pencinta mereka (ahlul Bait) adalah orang-orang yang disebutkan dalam firman-Nya:
“Orang-orang yang beriman dan tidak menodai iman mereka dengan kezaliman, akan merasa tentram dan aman, dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Ketahuilah bahwa para pecinta mereka (ahlul Bait) adalah orang-orang yang beriman dan tidak pernah ragu.

Ketahuilah bahwa para pecinta mereka adalah orang-orang yang akan masuk surga dengan penuh ketenangan dan keselamatan, dan para malaikat datang menjumpai mereka seraya berkata:
“Kesejahteraan atas kalian. Kalian telah suci. Masuklah ke dalam surga untuk selama-lamanya”.

Ketahuilah bahwa para pencinta mereka adalah orang-orang yang akan mendapatkan surga dan di sana mereka akan dianugerahi rizki tanpa perhitungan.

Ketahuilah bahwa para musuh mereka (Ahlul Bait) adalah mereka (yang telah dijanjikan) untuk masuk kobaran api neraka.

Ketahuilah bahwa para musuh mereka adalah orang-orang yang akan mendengar jeritan ketakutan dari neraka jahannam yang mendidih dan melihat kobaran apinya.

Ketahuilah bahwa para musuh mereka adalah orang-orang yang disinyalir oleh Allah dalam firman-Nya :
“Setiap kali ada kelompok yang masuk neraka, mereka akan melaknat teman-teman senasib mereka……”.
Ketahuilah bahwa para musuh mereka adalah orang-orang yang termaktub dalam firman Allah :
“Setiap kali satu kelompok dicampakkan ke dalam neraka, para penjaga neraka akan bertanya kepada mereka: “Apakah tidak datang pemberi peringatan kepada kalian?”. Mereka menjawab: “Telah datang kepada pemberi peringatan, tapi kami mendustakannya dan kami katakan kepadanya bahwa Allah tidak pernah menurunkan sesuatu (perintah-Nya), dan kamu berada dalam kesesatan yang nyata”, ….Ingatlah, kecelakaan bagi penghuni neraka sa'ir”.

Ketahuilah bahwa para pecinta mereka (Ahlul Bait) adalah orang-orang yang takut kepada Allah sekalipun mereka dalam kesendirian (sepi), dan bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.

Wahai manusia! Betapa bedanya antara kobaran api dan pahala besar?!
Wahai manusia! Musuh kami adalah orang yang dicerca dan dilaknat Allah, dan pecinta kami adalah orang yang dipuji dan dicintai oleh-Nya.
Wahai manusia! Aku adalah pembawa ancaman, dan Ali pembawa janji kenikmatan.
Wahai manusia! Aku adalah pembawa peringatan, dan Ali pemberi hidayat.
Wahai manusia! Aku adalah nabi dan Ali adalah penggantiku.
Wahai manusia! Ketahuilah bahwa aku adalah nabi dan Ali imam dan washi setelahku. Dan para imam setelah dia adalah putra-putranya. Ketahuilah bahwa aku adalah ayah mereka dan mereka akan lahir darinya (Ali a.s.).

Imam Mahdi a.s.

Ketahuilah bahwa imam terakhir adalah Mahdi. Ialah yang akan menang atas segala agama. Dialah pembalas dendam atas orang-orang zalim. Dialah penakluk dan pemusnah benteng-benteng (musuh yang kokoh). Dialah yang akan menang atas semua musyrikin dan sekali gus pemberi penunjuk (hidayah) kepada mereka.

Ketahuilah bahwa dialah yang akan membalas dendam atas setiap tetesan darah para kekasih-kekasih Allah. Dialah penolong agama Allah.
Ketahuilah bahwa dialah yang dapat memanfaatkan lautan (ilmu, red.) yang sangat dalam. Dialah yang menjadi timbangan bagi setiap pemilik keutamaan sesuai dengan kadarnya dan penjelas bagi setiap yang bodoh sesuai dengan kadarnya pula. Dialah yang telah dipilih oleh Allah. Dia adalah pewaris semua ilmu dan penakluk bagi semua pahaman.

Ketahuilah bahwa dialah pemberi berita dari Tuhannya dan yang meninggikan ayat-ayat Ilahi. Dialah orang yang mendapat petunjuk nan kokoh. Dialah yang segala pekerjaan/urusan (makhluk) diserahkan kepadanya.

Dialah yang para nabi terdahulu memberikan kabar gembira (atas kedatangannya). Dialah yang tetap ada sebagai hujjah dan tidak akan ada hujjah lagi setelahnya. Tidak ada kebenaran kecuali bersamanya dan tidak ada cahaya kecuali di sisinya.

Ketahuilah bahwa tidak akan ada orang yang menang ke atasnya dan orang yang menentangnya tidak akan tertolong. Dialah kekasih Allah di muka bumi, penegak hukum di antara makhluk-makhluk-Nya, yang dipercaya oleh-Nya, baik dalam keadaan tersembunyi atau tampak.

Bai'at pada Imam Ali

Wahai manusia! Telah kujelaskan dan kupahamkan kepada kalian dan setelah aku, Allah yang akan memahamkan kepada kalian.

Ketahuilah bahwa setelah khotbahku selesai aku akan mengajak kalian untuk menjulurkan tangan kepadaku sebagai tanda bai'at dan pengakuan atasnya (Ali a.s.), dan selanjutnya menjulurkan tangan kepadanya secara langsung.
Ketahuilah bahwa aku telah berbai'at kepada Allah dan Ali telah berbai'at kepadaku. Aku akan mengambil bai'at dari kalian dengan perintah Allah. (Ia berfirman):
“Orang-orang yang berbai'at kepadamu pada hakikatnya mereka berbai'at kepada Allah, tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa yang mengurai tali bai'atnya, sesungguhnya ia telah berbuat sesuatu yang membahayakan dirinya, dan barang siapa setia dengan janji yang telah diucapkannya kepada Allah, maka Ia akan menganugerahkan pahala yang besar kepadanya”.

Halal, Haram dan Kewajiban
Wahai manusia! Haji dan umrah adalah termasuk syi'ar-syi'ar Allah. (Ia berfirman):
“Barang siapa yang melaksanakan haji ke Baitullah atau melaksanakan umrah, maka tidak ada dosa baginya untuk melaksanakan sa'i antara Shafa dan Marwah”.

Wahai manusia! Kerjakanlah kewajiban haji ke Baitullah. Tiada satu keluarga yang datang mengunjungi Baitullah kecuali mereka akan merasa cukup bahagia, dan tiada satu keluarga yang meninggalkan kewajiban tersebut, kecuali mereka akan menjadi terputus dan miskin.

Wahai manusia! Tiada seorang mukminpun yang melaksanakan wuquf (di Arafah, Masy'ar dan Mina) kecuali Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang lalu hingga hari itu, dan baru setelah hajinya selesai, amalannya (dosanya, red.) akan dihitung dari awal.
Wahai manusia! Orang-orang yang melaksanakan haji, akan ditolong dan segala biaya yang mereka keluarkan akan kembali. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan orang-orang yang berbuat kebajikan.

Wahai manusia! Laksanakanlah haji ke Baitullah dengan agama yang sempurna, perenungan dan pengertian mengenainya, dan jangan pulang dari haji tersebut kecuali dengan taubat dan (kemauan kuat) meninggalkan dosa.

Wahai manusia! Dirikanlah shalat dan bayarlah zakat sebagaimana yang Allah perintahkan kepada kalian. Jika waktu telah jauh berlalu dan kalian tidak mengerjakan atau lupa akan semua itu, Ali yang akan mengambil keputusan atas kalian dan ia akan memperjelas (hukum-hukumnya) untuk kalian. Dialah orang yang dijadikan Allah sebagai kepercayaan-Nya setelah aku. Dia dari aku dan aku dari dia.

Dia dan mereka yang berasal dari keturunanku akan menjawab setiap pertanyaan yang kalian pertanyakan dan menjelaskan setiap yang tidak kalian ketahui.

Ketahuilah bahwa halal dan haram lebih banyak dari yang aku perkanalkan kepada kalian, dan tidak mungkin kuperintahkan kalian kepada kewajiban kalian dan kularang kalian dari yang diharamkan ke atas kalian, dalam satu majlis (pertemuan). Oleh karena itu, aku diperintahkan untuk mengambil bai'at dari kalian supaya kalian menerima bahwa apa yang kuemban dari sisi Allah berkenaan dengan Amirul mukminin Ali dan para penggantinya setelahnya yang mana mereka berasal dari keturunanku dan keturunannya, adalah tugas kepemimpinan (imamah) yang hanya dimiliki oleh mereka, dimana yang terakhir dari mereka adalah Mahdi, hingga masa ia berjumpa dengan Allah (mati).

Wahai manusia! Setiap yang halal yang telah kuterangkan kepada kalian dan setiap yang haram yang kularang kalian untuk mengerjakannya, adalah hukum-hukum yang tidak pernah kulanggar dan kurubah (hukumnya sudah permanen). Ingat dan jagalah hal ini serta ingatkanlah orang lain akan halnya, dan janganlah sekali-kali kalian merubahnya.

Kuulangi pesan-pesanku. Dirikanlah shalat, bayarlah zakat dan laksanakanlah amar makruf dan nahi mungkar. Ketahuilah bahwa amar ma'ruf yang paling tinggi (derajatnya) adalah memahami pesanku ini, dan menyampaikannya kepada orang-orang yang tidak hadir di sini, dan memerintahkan mereka untuk menerima, sebagai perintah dariku, serta melarang mereka untuk menentangnya. Karena hal ini adalah instruksi dari Allah dan dariku. Sementara amar ma'ruf dan nahi mungkar tidak akan pernah dapat dilaksanakan kecuali dengan imam maksum (ada dan bimbingannya, red.).
Wahai manusia! al-Qur'an menegaskan kepada kalian bahwa para imam setelah Ali adalah putra-putranya, dan telah kutegaskan juga bahwa mereka berasal dari keturunanku dan keturunannya. Allah berfirman dalam kitab-Nya:
“Dan Dia telah menjadikan imamah (ini) sebagai kalimah yang abadi di keturunannya”.

Dan telah kutegaskan kepada kalian (dengan sabdaku): “Jika kalian berpegang teguh dengan keduanya (al-Qur'an dan Ahlul Bait), kalian tidak akan sesat selamanya”.

Wahai manusia! Bertakwalah, bertakwalah ! Bersiap-siaplah untuk menyongsong kedatangan hari kiamat, karena Allah berfirman:
“Sesungguhnya goncangan hari kiamat, adalah sebuah peristiwa yang dahsyat”.

Ingatlah selalu akan kematian, hari kebangkitan, timbangan amal, hari perhitungan di hadapan Tuhan semesta alam, dan pahala serta siksaan. Barang siapa yang berbekal kebaikan, ia akan diberi pahala sesuai dengan kebaikannya, dan barang siapa yang berbekal dosa, ia tidak akan mendapat bagian di surga.

Bai'at Resmi
Wahai manusia! Tidak sepantasnya kalian hanya dengan sekali menjulurkan tangan dan dalam satu waktu (untuk berbai'at denganku). Tapi Allah telah memerintahkan aku untuk mengambil pengakuan dari mulut kalian tentang apa yang telah kusampaikan berkenaan dengan Ali Amirul mukminin dan para imam yang akan datang setelahnya dan berasal dari keturunanku dan keturunannya, sebagaimana telah kusampaikan bahwa putra-putraku berasal dari keturunannya.

Dengan ini, ulangilah apa yang kuucapkan ini:

“Kami telah mendengar. Kami akan mentaati, rela dan menerima semua yang datang dari Tuhan kami, dan anda (Rasulullah SAWW) telah menyampaikan (kepada kami) tentang tugas keimamahan Ali Amirul mukminin dan para imam yang berasal dari keturunannya. Kami berbai'at kepada anda berkenaan dengan perkara ini dengan hati, lidah, dan tangan kami. Dengan memegang teguh keyakinan ini kami hidup, dengan membawa keyakinan ini kami akan meninggal dunia, dan bersama keyakinan ini pula pada hari kami dibangkitkan (kiamat). Kami tidak akan merubah, ragu dan mengingkari (hal itu). Dan kami tidak akan mengingkari janji ini. Anda (Rasul) telah menasihati kami akan hal-hal yang berkenaan dengan Ali Amirul mukminin dan para imam yang berasal dari keturunan anda dan keturunannya, yaitu Hasan dan Husain serta para imam yang telah ditentukan oleh Allah setelah mereka berdua. Kami telah berbai'at kepada mereka dengan hati, jiwa, lidah dan tangan kami. Dimana setiap orang yang mampu berbai'at dengan menggunakan tangannya, maka ia lakukan hal itu, dan jika tidak, cukup dengan berikrar dengan lisannya. Kami tidak pernah berpikir untuk merubah janji ini dan semoga (berkenaan dengan hal ini) Allah tidak pernah melihat keraguan di hati kami.

Kami, sesuai perintahmu, akan menyampaikan perkara ini kepada sanak saudara kami, baik yang dekat maupun jauh. Dan berkenaan dengan ini kami menjadikan Allah sebagai saksi. Dia cukup sebagai saksi kami, dan anda juga saksi atas ikrar kami ini”.

Wahai manusia! Tahukah kalian apa yang kalian katakana ini? Sesungguhnya Allah mengetahui setiap suara dan batin seseorang. Dengan ini, barang siapa yang mendapat petunjuk, itu akan menguntungkan dirinya, dan barang siapa yang sesat, ia akan rugi sendiri. Barang siapa yang berbai'at, pada hakikatnya ia berbai'at kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka (para pembai'at).

Wahai manusia! Berbai'atlah kepada Allah, aku, Ali Amirul mukminin, Hasan, Husain dan para imam (yang berasal) dari keturunan mereka di dunia dan akhirat. Berbaiatlah dengan imamah yang ada di tangan mereka. Allah akan membinasakan para pengkhianat bai'at dan merahmati orang-orang yang setia dengan bai'atnya. Barang siapa yang mengingkari bai'atnya, hal itu akan merugikan dirinya, dan barang siapa yang setia atas bai'atnya, Allah akan menganugerahkan pahala yang besar kepadanya.

Wahai manusia! Ulangilah apa yang telah kuucapkan, ucapkanlah salam kepada Ali sebagai Amirul mukminin dan ucapkanlah: “Kami telah mendengar dan akan mentaatinya. Ya Allah, kami mohon pengampunan dari-Mu, dan kepada-Mu kami akan kembali”.

Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kepada kami (untuk mengakui imamah ini). Jika Ia tidak menganugerahkan petunjuk-Nya, niscaya kami tidak akan mendapat petunjuk”.

Wahai manusia! Keutamaam-keutamaam Ali bin Abi Thalib di sisi Allah yang telah Ia turunkan di dalam al-Qur an, tidak dapat kusebutkan dalam satu pertemuan ini. Dengan demikian, setiap orang yang memberitahukan hal itu kepada kalian dan ia memang tahu hal itu, benarkanlah dia.

Wahai manusia! Barang siapa yang mentaati Allah, Rasul-Nya, Ali dan para Imam yang telah kusebutkan, maka ia telah mencapai kebahagiaan yang luar biasa.

Wahai manusia! Barang siapa berlomba-lomba dan lebih dahulu berbai'at kepadanya, dan menerima wilayahnya, serta mengucap salam kepadanya sebagai Amirul mukminin, maka ia adalah termasuk orang-orang yang menang, dan hidup sejahtera di dalam kebun-kebun kenikmatan.

Wahai manusia! Katakanlah sesuatu yang dengannya Allah ridha terhadap kalian. Jika kalian dan semua orang yang ada di muka bumi ini menjadi kafir, kalian tidak akan dapat mendatangkan sedikitpun kerugian kepada Allah.

Ya Allah, demi apa yang telah kusampaikan dan perintahkan, ampunilah (dosa-dosa) semua mukminin, dan timpakanlah kemurkaan-Mu ke atas para pengingkar. Segala puji hanya milik Tuhan semesta alam.

Sumber sanad Hadis Al-Ghadir Menurut Ahlul Bayt
Tidak ada satu hadispun di kalangan muslimin yang memiliki riwayat yang dimiliki oleh hadis al-Ghadir, dan peristiwa yang terjadi berkenaan dengannya. Sanad hadis al-Ghadir sudah tentu sampai pada batas mutawatir dan dalam jumlah yang sangat banyak.

Puluhan jilid buku telah ditulis hanya demi menjelaskan sanad hadis al-Ghadir. Khothbah al-Ghadir dan peristiwa penting ini dalam sejarah Islam memiliki seratus dua puluh ribu saksi dan pendengar, dan setiap orang dari mereka, menukil peristiwa tersebut dalam jumlah yang layak diperhatikan. Dengan adanya tekanan dan ancaman dari pihak penguasa waktu itu, mereka masih tetap menukil bagian-bagian penting dari khotbah tersebut. Para ilmuwan, tokoh politik, dan sejarah Islam, sering kali dalam berbagai kesempatan, memaparkan peristiwa tersebut dan menjadikannya sandaran.
(DICOPY DARI CATATAN FIRDAUS SAID)