Kamis, Desember 03, 2009

Biografi singkat Amirul Mukminin 'Ali bin Abi Thalib

Amirul Mukminin Ali a.s. adalah anak keempat Abu Thalib. Ia dilahirkan di Makkah pada hari Jumat tanggal 13 Rajab tepatnya di dalam Ka'bah. Kelahirannya terjadi sekitar tiga puluh tahun sebelum peristiwa tahun Gajah dan dua puluh tiga tahun sebelum periode hijrah. Ibunya adalah seorang wanita luhur yang berjiwa mulia bernama Fathimah binti Asad bin Hisyam bin Abdi Manaf. Ia tinggal di rumah ayahnya hingga berusia enam tahun.

Ketika Rasulullah SAWW berusia lebih dari tiga puluh tahun, paceklik sedang menimpa kota Makkah dan barang-barang pangan serba mahal. Hal inilah yang menyebabkan Ali kecil hidup bersama Rasulullah SAWW selama tujuh tahun hingga tahun-tahun pertama Bi'tsah dan mendapatkan didikan langsung darinya.

Pada khotbah ke-192 Nahjul Balaghah ia bercerita tentang dirinya: "Aku selalu mengikutinya (Rasulullah SAWW) sebagaimana anak kecil selalu membuntuti ibunya. Setiap hari ia menunjukkan kepadaku akhlak yang mulai dan memerintahkanku untuk mengikuti jejaknya".

Setelah Rasulullah SAWW diutus menjadi nabi, Ali adalah orang pertama yang beriman kepadanya.

Abu Thalib untuk pertama kalinya melihat anak dan misanannya mengerjakan shalat bersama. "Anakku, apa yang sedang kau lakukan?", tanyanya heran. Ia menjawab: "Wahai ayah, aku telah memeluk agama Islam dan mengerjakan shalat bersama misananku". "Janganlah kau berpisah darinya, karena ia tidak mengajakmu kecuali kepada kebaikan", sang ayah menimpali.

Ibnu Abbas berkata: "Orang pertama yang melaksanakan shalat bersama Rasulullah SAWW adalah Ali a.s.".

Rasulullah SAWW diutus menjadi nabi pada hari Senin dan Ali a.s. mengerjakan shalat pada hari Selasa.

Pada tahun ketiga Bi'tsah, setelah ayat "Dan berilah peringatan kepada keluarga dekatmu" turun, Rasulullah SAWW mengundang seluruh keturunan Abdul Muthalib ke rumahnya. Mereka berjumlah empat puluh orang. Setelah makan siang, Rasulullah SAWW tidak mendapat kesempatan untuk berbicara. Pada hari berikutnya ia mengundang mereka lagi untuk makan siang ke rumahnya. Setelah usai makan, Rasulullah SAWW mencuri kesempatan seraya berbicara di hadapan mereka: "Siapakah di antara kalian yang siap untuk menolongku dan beriman kepadaku sehingga ia akan menjadi saudara dan penggantiku setelah aku wafat?" Ali a.s. berdiri dan berkata: "Aku siap untuk menolongmu dalam menempuh jalan ini!". "Duduklah", jawab Rasulullah SAWW singkat.

Rasulullah SAWW mengulangi ucapannya, dan tidak ada seorang pun yang bangun menyatakan kesiapannya kecuali Ali a.s. Ia pun menyuruhnya duduk.

Untuk yang ketiga kalinya Rasulullah SAWW mengulangi ucapannya, dan hanya Ali a.s. yang menyatakan kesiapannya. Akhirnya ia bersabda: "Sesungguhnya orang ini (Ali) adalah saudaraku, washiku, wazirku, pewarisku dan khalifahku untuk kalian sepeninggalku".

Setelah tiga belas tahun berdakwah di Makkah, akhirnya segala faktor pendukung dan persiapan untuk hijrah ke Madinah tersedia. Pada malam hijrah, Rasulullah SAWW berkata kepada Ali a.s.: "(Malam ini) engkau harus tidur di atas ranjangku!". Malam itu Ali a.s. tidur di atas ranjang Rasulullah SAWW. Malam itu yang bertepatan dengan tanggal 1 Rabi'ul Awal tahun keempat Bi'tsah dikenal dengan nama Lailatul Mabit. Berdasarkan beberapa riwayat, pada malam itu satu ayat turun berkenaan dengan keutamaan Imam Ali a.s.

Beberapa malam sebelum hijrah, Rasulullah SAWW pergi menuju Ka'bah bersama Ali a.s. Ia berkata kepada Ali a.s.: "Naiklah di pundakku!". Setelah Ali a.s. naik ke atas pundaknya, mereka menghancurkan beberapa buah patung yang mengelilingi Ka'bah. Setelah itu mereka bersembunyi supaya kaum Quraisy tidak mengetahui siapa yang melakukan itu.

Setelah Rasulullah SAWW hijrah, Imam Ali a.s. baru dapat hijrah tiga hari setelah itu bersama ibunya, Fathimah binti Asad, Fathimah Az-Zahra`, Fathimah binti Zubair dan muslimin lainnya yang belum sempat berhijrah. Faktor keterlambatannya dalam melaksanakan hijrah adalah karena ia harus mengembalikan amanat-amanat Rasulullah SAWW kepada para pemiliknya.

Ketika ia sampai di Madinah, kakinya luka berdarah. Karena kerelaannya dalam berkorban, Rasulullah SAWW sangat berterima kasih kepadanya.

Di tahun pertama hijrah, ketika Rasulullah SAWW mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar, ia berkata kepada Imam Ali a.s.: "Engkau adalah saudaraku di dunia dan akhirat". Pada tahun kedua hijrah, Imam Ali a.s. menikah dengan Fathimah Az-Zahra` a.s.

Bulan Ramadhan tahun kedua hijrah adalah bulan kemuliaan dan kebanggaan bagi Imam Ali a.s. Pada tanggal 15 Ramadhan Allah mengaruniai Imam Hasan a.s. kepadanya dan pada tanggal 17 Ramadhan terjadi perang Badar yang telah membuktikannya sebagai pahlawan pemberani, dan hal itu menjadi buah bibir masyarakat Madinah.

Syeikh Mufid r.a. berkata: "Pada perang Badar muslimin berhasil membunuh tujuh puluh orang kafir dan Imam Ali a.s. membunuh tiga puluh enam orang dari mereka. Itu pun ia masih membantu yang lain dalam membunuh orang-orang kafir".

Pada bulan Syawal tahun ketiga hijrah pecah perang Uhud. Nama Imam Ali a.s. –-sebagaimana di perang Badar-- menjadi buah bibir masyarakat. Di perang Uhud inilah Rasulullah SAWW bersabda: "Ali adalah dariku dan aku darinya". Dan pada perang ini juga suara teriakan di langit menggema: "Tiada pedang kecuali Dzulfiqar dan tiada pemuda kecuali Ali".

Pada tahun ketiga atau keempat hijrah, Allah menganugerahkan seorang putra kepada Imam Ali a.s. yang akhirnya dinamai Husein. Sembilan imam ma'shum a.s. berasal dari keturunannya.

Pada bulan Syawal tahun kelima hijrah perang Khandaq pecah. Di perang ini Imam Ali a.s. berhadapan langsung dengan 'Amr bin Abdi Wud. Berkenaan dengan hal tersebut Rasulullah SAWW bersabda: "Manifestasi seluruh iman berhadapan dengan manifestasi seluruh kekufuran". Pada kesempatan yang lain ia bersabda: "Peperangan Ali dengan 'Amr lebih utama dari amalan umatku hingga hari kiamat kelak".

Pada tahun ketujuh hijrah, perang Khaibar kembali pecah. Pada suatu hari ketika muslimin sudah putus asa karena tidak dapat menjebol benteng Khaibar yang dijadikan pertahanan oleh orang-orang Yahudi, Rasulullah SAWW bersabda: "Besok aku akan memberikan bendera komando pasukan ini kepada seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan ia juga dicintai oleh mereka. Ia akan menyerang pantang mundur, dan tidak akan pulang kecuali Allah akan menganugerahkan kemenangan kepadanya".

Pada tanggal 20 Ramadhan tahun ke-8 hijrah, Rasulullah SAWW berhasil membebaskan kota Makkah yang sebelumnya merupakan pusat dan benteng kokoh bagi penyembahan berhala. Berdasarkan sebagian riwayat, Imam Ali a.s. pada hari itu memperoleh kemuliaan untuk naik di atas pundak Rasulullah SAWW untuk menghancurkan berhala-berhala yang menghuni Ka'bah.

Setelah peristiwa pembebasan kota Makkah, perang Hunain dan kemudian perang Tha`if pecah. Pada peristiwa perang Hunain, hanya sembilan orang sahabat yang di antara mereka adalah Imam Ali a.s. yang setia bersama Rasulullah SAWW. Para sahabat yang lain lari tunggang-langgang.

Pada tahun ke-9 hijrah, perang Tabuk pecah. Dari dua puluh tujuh peperangan yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAWW, hanya dalam perang ini Imam Ali a.s. tidak ikut serta. Hal itu dikarenakan Rasulullah SAWW menyuruhnya untuk menjadi penggantinya di Madinah. Hadis manzilah berhubungan dengan peristiwa ini. Dalam hadis tersebut Rasulullah SAWW bersabda: "Apakah engkau (Ali) tidak rela jika kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa hanya saja tidak ada nabi lagi setelahku". Di tahun ini juga Imam Ali a.s. mendapat perintah untuk mengambil ayat-ayat surah al-baraa`ah yang dipegang oleh Khalifah Abu Bakar untuk dibacakannya di hadapan para penyembah berhala.

Pada tanggal 5 Dzul Qa'dah 10 H., Rasulullah SAWW mengutus Imam Ali a.s. ke Yaman untuk bertabligh, dan dengan ini banyak masyarakat Yaman yang memeluk agama Islam.

Pada tahun itu juga peristiwa Ghadir Khum terjadi. Seraya mengenalkan Imam Ali a.s. sebagai penggantinya Rasulullah SAWW bersabda: "Barang siapa yang aku maula (pemimpin)-nya, maka Ali adalah pemimpinnya". Hadis ini diriwayatkan oleh seratus sepuluh sahabat, delapan puluh empat tabi'in dan tiga ratus enam puluh ulama Ahlussunnah dari sejak abad ke-2 hingga abad ke-13 H.

Pada tahun ke-11 hijrah, Rasulullah SAWW meninggal dunia. Imam Ali a.s. berkata: "Engkau (Muhammad) meninggal dunia dalam pelukanku". Padahal washi Rasulullah SAWW sedang sibuk memandikan, mengafani dan menguburkannya, para sahabat berkumpul di Saqifah Bani Saidah dengan tujuan mengadakan sebuah kudeta. Sebuah kudeta yang eksesnya memenuhi sejarah dengan lembaran hitam, menjadikan masa depan umat manusia gelap-gulita dan lebih dari itu, sunnah yang batil terwujud. Dinasti Umaiyah dan Abasiyah telah menduduki tahta kerajaan Islam dan menjadikan kekhilafahan sebagai sebuah permainan.

Dengan kata lain, peristiwa yang terjadi di Saqifah itu adalah dasar utama munculnya pengkhianatan besar terhadap muslimin. Karena dengan lebih mendahulukan orang yang biasa atas orang yang lebih dari segala segi, para sahabat yang berkumpul di Saqifah tersebut telah memenangkan permainan itu dengan segala tipu muslihat dan berhasil menon-aktifkan Imam Ali a.s. dari memegang khilafah padahal ia memiliki masa lalu yang cemerlang dalam membela Islam, ilmu dan takwa. Dan selama dua puluh lima tahun tidak hanya hak Imam Ali a.s. yang diinjak-injak melalui iming-iming kekayaan dan pemaksaan, hak umat Islam untuk mendapatkan seorang pemimpin yang adil dan alim juga tidak dihiraukan.

Akhirnya, sistem khilafah semacam inilah yang memperlicin jalan bagi berkuasanya Bani Umaiyah dan Bani Abbas, dan kebiasaan lebih mendahulukan orang biasa dari orang yang lebih dari segala segi itulah yang memberikan kesempatan bagi orang yang suka mencari kesempatan untuk mengorbankan hakikat demi maslahat individu.

Sepanjang lima tahun pemerintahan Imam Ali a.s., banyak faktor yang selalu menjegalnya dalam usaha mewujudkan sebuah perbaikan universal dan keadilan sosial. Pada masa lima tahun itu mayoritas waktu dan tenaganya digunakan untuk membasmi segala bentuk kudeta dan berperang melawan naakitsiin (para pembelot dari bai'at seperti Thalhah dan Zubair), qaasithiin (para lalim seperti Mu'awiyah dan para pengikutnya) dan maariqiin (orang-orang yang enggan menaati segala instruksi Imam Ali a.s. seperti kelompok Khawarij Nahrawan).

Selama enam puluh tiga tahun hidup di tengah-tengah masyarakat, Imam Ali a.s. hidup dengan penuh kesucian jiwa, takwa, kejujuran, iman dan ikhlas dengan berpegang teguh pada semboyan "cercaan para pencerca tidak akan melemahkan semangat selama aku berada di jalan Allah". Dan ia tidak memiliki tujuan kecuali Allah dan setiap amalan yang dikerjakannya semuanya demi Allah. Jika ia sangat mencintai Rasulullah SAWW, hal itu pun ia lakukan demi Allah. Ia tenggelam dalam iman dan ikhlas untuk Allah. Ia lalui semua kehidupannya dengan kesucian dan ketakwaan, dan ia pun bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan suci. Ia lahir di rumah Allah dan meninggal di rumah Allah juga. Seluruh hidupnya telah menjadi satu dengan kebenaran. Ketika pedang Abdurrahman bin Muljam merobek kepalanya ia hanya berkata: "Aku sekarang menang, demi Tuhan yang memiliki Ka'bah". Ia meneguk cawan syahadah pada malam 21 Ramadhan 40 H.

Ayatollah Al-Udzma Khamenei : "Hari Ghadir"


Peristiwa Ghadir yang Bersejarah [1]


Mengenai asal peristiwa Ghadir, mereka yang menyukai kajian sejarah hendaknya tahu bahwa Ghadir Khum adalah peristiwa yang memang benar-benar telah terjadi. Tak ada keraguan di sini. Bukan hanya Syiah yang meriwayatkannya tetapi juga para muhaddits dari kalangan Sunni, baik para muhaddits Sunni terdahulu maupun masa pertengahan dan kontemporer. Mereka menukil dan meriwayatkan kisah bersejarah ini. Peristiwa ini terjadi di tempat bernama Ghadir Khum pada waktu Nabi Muhammad Saw bepergian untuk melaksanakan haji wada’. [2]. Sebagian anggota rombongan besar Nabi Saw berjalan di depan dan telah mendahului beliau. Nabi Saw mengirim utusan dan meminta mereka untuk kembali. Beliau sendiri memerintahkan rombongan yang bersamanya untuk berhenti di sana menantikan rombongan yang berada di belakang mereka. Terjadilah perkumpulan kolosal. Sebagian menyebutkan bahwa jumlah mereka 90 ribu orang, sebagian menyebut angka 100 ribu dan sebagian bahkan meyakini jumlah mereka yang hadir waktu itu mencapai 120 ribu orang.

Udara saat itu panas menyengat. Bahkan, banyak orang yang meski tinggal di gurun pasir dan wilayah pedesaan yang tandus di Jazirah Arabia dan terbiasa dengan hawa panas tak kuasa menahan teriknya panas saat itu. Pasir di bawah kaki terasa membakar sehingga mereka terpaksa meletakkan kain selendang di bawah kaki sekedar untuk menawar rasa panas. Masalah ini juga disinggung dalam riwayat di buku-buku hadis Ahlussunnah. Dalam kondisi seperti itu, Nabi Muhammad Saw berdiri di hadapan mereka dan mengangkat tangan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib (as) di depan umat sambil bersabda;

«من كنت مولاه فهذا على مولاه، اللهم وال من والاه و عاد من عاداه»

“Barang siapa meyakini aku sebagai pemimpinnya maka ini Ali adalah pemimpinnya pula. Ya Allah, pimpinlah orang yang menjadikannya pemimpin dan musuhilah orang yang memusuhinya.”

Tentunya kata-kata Nabi Saw itu ada awal dan lanjutannya. Namun yang tadi disebutkan adalah bagian terpenting dari riwayat ini. Nabi Saw lewat sabdanya secara jelas mengangkat masalah wilayah -yakni kepemimpinan Islam-. Beliau menobatkan Amirul Mukminin Ali (as) sebagai sosok pemimpin. Masalah ini disebutkan dalam kitab-kitab yang diakui oleh saudara-saudara Sunni kita, bukan hanya dalam satu atau dua kitab saja tetapi dalam puluhan kitab mereka. Allamah Amini telah melakukan studi terkait hal ini dan hasilnya beliau catat dalam kitabnya, ‘Al-Ghadir’. Selain karya beliau tadi ada banyak kitab lain yang ditulis terkait masalah ini.



Pentingnya Idul Ghadir

Tak syak bahwa hari raya Ghadir memiliki sisi signifikansi yang tinggi. Dalam banyak riwayat Islam disebutkan bahwa keagungan hari ini bahkan melebihi keagungan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Namun itu bukan berarti mengurangi kebesaran dua hari raya Islam itu. Tetapi lebih berarti bahwa hari raya Ghadir mengandung satu masalah yang lebih agung, sehingga sejumlah riwayat mengunggulkannya di atas hari-hari besar yang lain. Masalah terpenting yang ada pada hari raya ini adalah masalah wilayah atau kepemimpinan. Mungkin dapat dikatakan bahwa tujuan dari semua jerih payah yang ditanggung oleh Nabi Muhammad Saw, para tokoh besar agama dan para nabi utusan Allah –salam Allah atas mereka semua- adalah demi tegaknya kepemimpinan Ilahi. Ada sebuah hadis yang mungkin diriwayatkan dari Imam Jafar Shadiq (as), beliau menjelaskan bahwa jihad di jalan Allah (fi sabilillah) adalah rangkaian kerja keras untuk agama yang tujuannya;

«ليخرج الناس من عبادة العبيد الى عبادة الله و من ولاية العبيد الى ولاية الله.»

“Untuk mengeluarkan manusia dari penyembahan hamba kepada penyembahan Allah dan dari kepemimpinan (wilayah) hamba kepada wilayah Allah.”

Tujuannya adalah mengeluarkan umat manusia dari wilayah hamba -dalam pengertian maknanya yang luas- kepada wilayah dan kepemimpinan Allah. Hanya saja, terkait dengan tema Idul Ghadir ada satu poin lagi yaitu bahwa wilayah memiliki dua ruang dan area utama; pertama ruang jiwa manusia. Artinya, manusia harus bisa menempatkan kehendak Ilahi menguasai dan memimpin jiwanya sehingga dirinya akan masuk ke dalam lingkup wilayah Allah. ini adalah langkah awal dan paling utama. Selagi langkah ini belum ditempuh maka langkah kedua tak akan pernah ada.

Ruang kedua adalah bahwa manusia harus memasukkan lingkungan kehidupannya ke dalam wilayah dan kepemimpinan Allah. Dalam arti bahwa masyarakat bergerak dengan landasan kepemimpinan Ilahi. Tak ada kekuasaan apapun baik uang, keluarga, suku, kekuatan, adat istiadat dan kebiasaan keliru yang bisa menghalangi kepemimpinan Allah atau unjuk kekuatan di depan wilayah Ilahi.

Sosok pribadi yang diperkenalkan pada hari seperti ini -untuk mengemban wilayah Allah- adalah sosok mulia Amirul Mukminin (as). Beliau adalah insan yang teladan dan pribadi panutan dalam mengamalkan wilayah pada dua ruangnya. Beliau telah berhasil menundukkan jiwa dan hawa nasfu yang merupakan ruang wilayah Allah yang pertama. Beliau juga telah mengabadikan praktik kepasrahan kepada wilayah Allah dalam ruang kedua yaitu lingkungan kehidupan. Sejarah telah mengabadikan model pemerintahan Islam dan kepemimpinan Ilahi yang beliau tunjukkan. Siapa saja yang ingin menyaksikan model paling sempurna dari wilayah Ilahi ini dapat mencarinya pada perilaku Imam Ali (as).



Signifikansi Pengurusan yang Ideal

Hari Ghadir ketika Amirul Mukmin Ali bin Abi Thalib as telah ditunjuk oleh Rasulullah SAW sebagai pemimpin umat pasca beliau adalah satu peristiwa besar dan amat bermakna. Pada hakikatnya ini adalah intervensi Rasulullah SAW dalam masalah pengurusan atau kepemimpinan atas umat. Peristiwa yang terjadi pada tanggal 18 Dzulhijjah tahun 10 Hijriah ini menunjukkan bahwa Islam sangat peduli terhadap masalah pengurusan masyarakat. Jangan kira bahwa Islam berlepas tangan dan menyepelekan masalah tatanan dan kepemimpinan umat ini. Ini tak lain karena pengurusan masyarakat adalah bagian yang paling signifikan dalam masalah kemasyarakatan.

Terpilihnya Imam Ali as sebagai pemimpin telah memperjelas kedalaman dimensi masalah pengurusan umat, mengingat di tengah para sahabat Nabi SAW Imam Ali as adalah personifikasi ketakwaan, keilmuan, keberanian, pengorbanan, dan keadilan. Personifikasi inilah yang dipandang penting oleh Islam menyangkut masalah pengurusan umat. Pihak yang tidak menerima Imam Ali as sebagai penerus langsung Rasulullah SAW pun juga mengakui kehebatan ilmu, kezuhudan, ketakwaan, keberanian dan pengorbanan beliau demi kebenaran dan keadilan. Ini adalah realitas yang akui oleh seluruh umat Islam dan oleh siapapun yang mengenal Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as. Terpilihnya Imam Ali as telah memperlihatkan bagaimana pengelolaan dan pemerintahan yang ideal bagi masyarakat Muslim menurut Islam dan Rasulullah SAW.



Hakikat Nyata dan Tersembunyi dari Ghadir

Ada banyak hakikat di balik peristiwa Ghadir. Gambaran luar peristiwa itu adalah bahwa sekembalinya dari haji, Nabi Muhammad Saw di Ghadir Khum telah menyelesaikan masalah pemerintahan dan kepemimpinan –dengan maknanya yang luas- atas masyarakat Muslim yang baru berusia sepuluh tahun sejak kelahiran Islam, dengan menobatkan Amirul Mukminin (as) sebagai penerus beliau. Gambaran luar dari peristiwa ini memang merupakan hal yang sangat krusial, dan bagi mereka yang gemar melakukan penelitian dan merenungkan transformasi sebuah masyarakat revolusioner pasti akan memandangnya sebagai hikmah yang diatur oleh Allah. Akan tetapi, di balik gambaran luar tersebut ada serangkaian hakikat agung yang jika diperhatikan dengan baik akan menyinari jalan kehidupan umat Islam. Jika umat Islam –termasuk Syiah yang memandangnya sebagai masalah imamah dan wilayah maupun kelompok non Syiah yang tidak mengartikannya dengan makna imamah meski mengakui kebenaran riwayat ini- menaruh perhatian yang benar terhadap poin-poin penting di balik peristiwa Ghadir, mereka akan memperoleh banyak manfaat darinya.

Salah satu poin penting tersebut adalah bahwa pemaparan figur Amirul Mukminin Ali (as) untuk memimpin umat telah memperjelas tolok ukur dan nilai pemerintahan. Dalam peristiwa Ghadir, disaksikan oleh umat Islam dan sejarah, Nabi Muhammad Saw telah menunjuk seseorang yang telah merangkai seluruh nilai-nilai kemuliaan Islam secara penuh pada dirinya. Dia adalah insan yang mukmin, punya kedudukan tinggi dalam ketaqwaan, dikenal dengan pengorbanannya untuk agama, tak tergiur oleh gemerlap dunia, teruji di semua medan perjuangan Islam; medan yang penuh bahaya, medan ilmu dan pengetahuan; medan menghakimi perkara, dan lain sebagainya. Artinya dengan dinobatkannya Amirul Mukminin Ali (as) sebagai pemimpin, imam dan wali bagi masyarakat Muslim, seluruh umat Islam sepanjang sejarah harus menangkap pesan ini bahwa penguasa Islam haruslah insan yang memiliki kriteria-kriteria seperti itu atau mendekati kriteria ideal tersebut. Karena itu, dalam masyarakat Islam, orang yang tak punya kriteria agung itu –dalam pemahaman Islamnya, amal, jihad, infak, pengorbanan, tawadhu, dan rendah hati di depan hamba Allah yang kesemuanya adalah sifat-sifat yang ada pada diri Amirul Mukminin (as)- maka ia tak berhak duduk sebagai pemimpin. Nabi Saw telah menunjukkan kriteria-kriteria tersebut kepada umat Islam. Ini adalah pelajaran yang tak akan terlupakan.

Poin berikutnya yang dapat difahami dari peristiwa Ghadir adalah persepsi Amirul Mukminin (as) tentang keadilan Ilahi dan Islami. Hal itu telah beliau tunjukkan dalam beberapa tahun masa khilafah dan pemerintahannya. Keadilan itulah yang menjadi tujuan pengutusan para nabi, penurunan kitab-kitab samawi dan pensyariatan agama.

لیقوم الناس بالقسط

“…supaya manusia melaksanakan keadilan…” (Q.S. Al-Hadid: 25)

Keadilan yang diajarkan dalam Islam adalah yang menjamin tegaknya keadilan hakiki. Masalah ini adalah masalah prioritas dalam pandangan Amirul Mukminin (as).



Pemahaman Wilayah dalam Peristiwa Ghadir

Terkait tema Ghadir, Nabi Muhammad Saw telah mengamalkan Al-Quran dan melaksanakan kewajiban paling besar yang diperintahkan Allah Swt kepada beliau.

وإن لم تفعل فما بلغت رسالته

“Dan jika engkaui tak melaksanakannya berarti engkau tidak pernah menyampaikan risalahNya.” (Q.S. Al-Maidah: 67)

Masalah pengangkatan Amirul Mukminin Ali (as) untuk kedudukan wilayah dan khilafah adalah masalah yang sedemikian penting, sehingga [Allah] berfirman bahwa jika Nabi tidak melaksanakan perintah pengangkatan Ali, berarti beliau tidak menyampaikan risalah Allah. Ini bisa diartikan bahwa ‘Engkau tidak melaksanakan perintah dan risalah terkait hal ini’ padahal Allah telah memerintahkannya. Atau bahkan maknanya lebih dari itu, yakni dengan tidak melaksanakan perintah ini pelaksanaan misi kenabian beliau dipertanyakan. Kemungkinan besar makna kedua inilah yang tepat. Seakan penyampaikan perintah soal kepemimpinan sama dengan risalah itu sendiri. Jika demikian halnya, berarti masalahnya sangat penting. Dengan makna itu berarti masalah pembentukan pemerintahan, soal kepemimpinan, dan pengaturan negara tergolong sebagai ajaran utama agama. Nabi Saw sendiri melaksanakan perintah itu dengan segala kebesaran. Perintah Allah itu disampaikan di depan khalayak umat dengan cara yang sangat agung. Mungkin tak ada satupun perintah Allah, baik solat, zakat, puasa, maupun jihad yang dilaksanakan Nabi Saw seagung pelaksanaan perintah ini. Saat itu beliau mengumpulkan semua orang dari berbagai golongan dan suku serta warga penduduk berbagai negeri di sebuah daerah yang merupakan jalan persimpangan Mekah dan Madinah demi misi yang sangat penting. Saat itulah beliau menyampaikan perintah Allah tersebut. Di dunia Islam pun segera tersebar berita bahwa Nabi telah menyampaikan sebuah pesan baru.



Makna Imamah dalam Peristiwa Ghadir

Imamah berarti puncak dari makna ideal pengurusan masyarakat yang berseberangan dengan pengurusan masyarakat yang tercemari kelemahan, syahwat, hawa nafsu, dan ambisi manusia. Islam telah mengenalkan kepada umat manusia konsep imamah. Artinya, orang yang mendapat tugas imamah adalah sosok manusia yang hatinya terpenuhi dengan hidayah Ilahi dan mengenal dengan baik ilmu-ilmu agama. Dia mampu menentukan jalan yang benar dan punya kekuatan untuk bertindak.

یا یحیی خذ الکتاب بقوة و آتیناه الحکم صبیا

“Wahai Yahya ambillah kitab dengan kekuatan (sungguh-sungguh), dan Kami telah memberinya hikmah saat ia masih kanak-kanak” (Q.S Maryam: 12)

Dia tak mementingkan jiwa, kesenangan dan kehidupan pribadi. Baginya, jiwa, kesenangan dan kehidupan umat manusia adalah segalanya. Amirul Mukminin Ali (as) dalam memerintah selama kurang dari lima tahun telah menunjukkan hal itu dalam tindakan. Masa yang kurang dari lima tahun –usia khilafah Amirul Mukminin as- telah menjadi periode panutan dan teladan yang tak akan terlupakan bagi kemanusiaan. Masa itu tetap bersinar meski telah berlalu berabad-abad lamanya dan akan tetap bersinar. Inilah pelajaran, makna dan tafsir yang hakiki dari peristiwa Ghadir.



Ghadir dan Persatuan Umat Islam

Masalah Ghadir bisa menjadi alasan untuk menjalin persatuan. Mungkin sekilas cukup mengherankan. Akan tetapi begitulah kenyataannya. Terlepas dari sisi kepercayaan kalangan Syiah yang meyakininya sebagai pilar aqidah –yakni penobatan Amirul Mukminin Ali (as) sebagai pemimpin oleh Nabi Muhammad Saw, sebagaimana disebutkan secara jelas dalam hadis Ghadir- masalah Ghadir memaparkan prinsip wilayah. Soal wilayah tak ada perbedaan antara Syiah dan Sunni. Jika umat Islam di dunia dan berbagai bangsa di negara-negara Islam serentak menyuarakan slogan wilayah Islam (kepemimpinan Islam) tentu akan banyak pekerjaan yang selama ini tak terjamah dan kesulitan yang tak terurai akan teratasi, dan negara-negara Islam akan semakin mendekati penyelesaian problematika yang dihadapinya.




==============

[1]Ghadir Khum adalah nama sebuah tempat di antara Mekah dan Madinah yang dilalui oleh para hujjaj. Ghadir dalam bahasa Arab berarti telaga atau kolam. Daerah ini dikenal dengan nama Ghadir Khum karena disana terdapat sebuah kolam yang menampung genangan air hujan. Di tempat ini, Nabi Muhammad Saw sepulang dari hajjatul wada’ atau haji perpisahan, mengumpulkan seluruh kaum muslimin yang ikut menunaikan haji bersama beliau untuk mengumumkan bahwa Allah telah menunjuk Ali bin Abi Thalib (as) sebagai washi, saudara dan penerus Nabi Saw. Di sinilah Nabi Saw menyampaikan sabdanya yang terkenal;

من کنت مولاه فهذا علی مولاه

“Barang siapa yang meyakini diriku sebagai pemimpinnya maka Ali adalah pemimpinnya pula.”

Hadis yang merupakan penggalan khotbah Rasul Saw yang panjang ini diakui kebenarannya oleh Syiah dan Ahlussunnah.

[2]Sejak awal bulan Dzulqa’dah tahun 10 hijriyah, Nabi Saw telah mengumumkan ke berbagai daerah dan kepada seluruh kabilah Muslim di Jazirah Arabia bahwa beliau akan bertolak ke Mekah tahun itu untuk melaksanakan ibadah haji. Dengan demikian, tahun itu sejumlah besar umat Islam hadir dalam pertemuan akbar haji yang dikenal dengan hajjatul wada’ atau haji perpisahan.


khamenei.ir

Mubarakin Fil Wilayatill Ahlul Bait Al Rasulullah SAWW, Eid Ghadirkum Mubarak..



Segala puja dan puji hanya bagi Allah SWT yang begitu tinggi dalam ke-Esaan-Nya, dan yang begitu dekat dalam kesendirian-Nya. Maha Agung dalam kekuasaan-Nya dan Maha besar dalam kekokohan-Nya. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu sementara Dia tetap pada derajat-Nya. Semua makhluk ciptaan-Nya tunduk dibawah kekuasaan dan hujjah-Nya. Ia senantiasa disyukuri dan dipuji. Ia memiliki keagungan yang abadi. Ia yang memulakan dan Ia pula yang akan mengembalikan, dan semua perbuatan akan kembali kepada-Nya.

Dialah pencipta langit yang tinggi, penghampar bumi yang luas dan keduanya itu takluk dibawah kekuasan-Nya. Ia Maha Kudus dan Suci, pembimbing bagi Malaikat dan ruh, pemberi karunia atas semua ciptaan-Nya dan bersifat lembut atas semua makhluk-Nya. Setiap pandangan mata berada dibawah kontrol-Nya, sementara mata-mata itu tak dapat melihat-Nya.

Ia maha Mulia dan Lembut, rahmat-Nya yang luas meliputi segala sesuatu dan semuanya mendapat anugerah nikmat-Nya. Ia tidak tergesa-gesa dalam memberikan sanksi kepada hamba-hamba-Nya dan tidak pula bersegera dalam menyiksa mereka yang berhak mendapatkan siksa.

Ia mengetahui segala rahasia, mengerti segala isi hati dan bagi-Nya tak ada sesuatupun yang tersembunyi serta tak sedikitpun ada kesamaran bagi-Nya. Ia meliputi segala sesuatu, menundukkan, mengalahkan dan menguasai segala-galanya. Tak ada sesuatupun yang menyamai-Nya. Dialah Pencipta sesuatu tatkala tak ada sesuatupun, Abadi, Hidup, Penegak Keadilan, tak ada tuhan selain Dia, Maha Mulia dan Bijaksana.

Dia Maha Agung untuk dijangkau oleh pandangan mata, sedang Ia menjangkau segala pandangan. Maha lembut lagi Maha mengetahui. Tak ada satupun makhluk-Nya yang mampu menggapai sifat-Nya, tak seorangpun dapat mengetahui seluk beluk-Nya, baik yang lahir maupun yang batin, kecuali apa yang Ia tunjukkan akan diri-Nya sendiri.

Aku bersaksi bahwa Dialah Tuhan yang kesucian-Nya memenuhi masa, yang cahaya-Nya meliputi keabadian, yang menjalankan urusan-Nya tanpa musyawarah kepada siapapun, tak ada sekutu dalam takdir dan ketentuan-Nya dan tak perlu penolong dalam pengaturan-Nya.

Dialah yang membentuk ciptaan-Nya tanpa contoh, membuatnya tanpa bantuan siapapun, dan tanpa beban pikiran sebelumnya. Semua Ia adakan hingga terwujud, Ia ciptakan hingga menjadi tampak. Dialah Allah yang tiada tuhan kecuali hanya Dia, kokoh ciptaan-Nya, indah buatan-Nya, Maha Adil dan tak berbuat zalim dan Dialah Maha Mulia yang semua urusan kembali pada-Nya.

Aku bersaksi bahwa Dialah Tuhan yang karena keagungan-Nya merunduklah segala sesuatu, yang karena kudrat-Nya menyerahlah segala keberadaan, dan yang karena haibah-Nya tunduklah segala-galanya.

Dialah Raja Diraja, Penggerak semua planet, penunduk matahari dan rembulan, dimana semua itu beredar sampai batas waktu tertentu, memasukkan malam pada siang, dan memasukkan siang pada malam dan semua itu berjalan dengan begitu cepatnya.

Dialah yang memecahkan setiap yang keras dan membangkang, menghancurkan setiap setan yang menentang. Dialah yang tak punya lawan dan sekutu. Esa dan berdiri sendiri. Tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak satupun yang menyamai-Nya. Dialah Tuhan yang Esa, Rab yang Mulia. Ketika Ia ingin, maka Ia lakukan, dan ketika Ia berkehendak maka tertentukanlah segala ketetapan, serta ketika Ia mengetahui maka tertentukanlah segala bilangan.

Dialah yang mematikan dan menghidupkan, membuat kemiskinan dan mendatangkan kekayaan, membuat tawa dan tangisan, mendekatkan dan menjauhkan, mencegah dan memberi. Bagi-Nya kerajaan dan pujian, dan ditangan-Nya lah segala kebaikan, serta Dia lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dialah Tuhan yang memasukkan malam ke dalam siang, dan memasukkan siang ke dalam malam, tiada tuhan selain-Nya, yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun, mengabulkan doa, melipat gandakan pemberian, mengetahui bilangan hembusan nafas jin dan manusia. Tak ada satu perkarapun yang sulit bagi-Nya.

Jeritan hamba-hamba-Nya tak membuat-Nya terganggu, tak pernah merasa lelah dengan permintaan paksa dan rengekan hamba-hamba-Nya, senantiasa melindungi hamba-hamba-Nya yang saleh, memberikan taufik bagi hamba-hamba-Nya yang beruntung, dan memimpin kaum mukminin.

Dialah Tuhan semesta alam, yang berhak dan layak untuk selalu dipuji dan disyukuri oleh setiap makhluk ciptaan-Nya, dalam segala keadaannya. Aku selalu bersyukur kepada-Nya, baik dalam keadaan senang atau susah, dalam keadaan suka maupun duka. Aku beriman kepada-Nya dengan sepenuh keyakinan, begitu pula kepada malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.

Aku mendengar dan mentaati segala perintah-Nya serta bersegera melaksanakan segala apa yang diridhai-Nya. Akupun pasrah dan menyerah kepada segala ketentuan-Nya demi mentaati-Nya, dan aku takut akan siksa-Nya. Karena Dialah Allah yang tak satupun dari hamba-hamba-Nya yang bisa merasa aman dari incaran-Nya, sekalipun tidak perlu khawatir terhadap kezaliman-Nya (karena Allah tidak akan pernah melakukannya).

Perintah Ilahi Tentang Satu Perkara Penting

Aku berikrar diri kepada-Nya dengan penghambaan, bersaksi bagi-Nya dengan ketuhanan, dan akupun bertekad bulat untuk menjalankan segala apa yang diwahyukan kepadaku demi menghindarkan diri dari azab yang tak seorangpun dapat menghalangi dan menolakkannya dari diriku, betapapun hebat ilah dan alasannya, akibat tidak melakukan perintah-Nya itu.

Tiada Tuhan selain Dia yang telah mengabarkan dan mengancam bahwa apabila aku tidak menyampaikan apa-apa yang telah diturunkan kepadaku (sehubungan dengan masalah wilayah Ali a.s.), maka berarti aku dianggap sama sekali tidak menyampaikan risalah dan ajaran-Nya. Ia telah pula menjamin keselamatanku dari bahaya kejahatan para pendengki, dan Dialah yang Maha Mulia dan pemberi kecukupan.


Dia telah menurunkan wahyu padaku:

“Dengan asma Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Wahai Rasul, sampaikanlah (kepada manusia) apa yang telah diturunkan padamu dari Tuhanmu. Dan (ketahuilah) apabila engkau tidak melaksanakannya (masalah wilayah Ali itu), maka berarti engkau sama sekali tidak menyampaikan risalah-Nya. Dan (janganlah khawatir) Allah senantiasa menjagamu dari segala bentuk kejahatan manusia”.(al-Maidah 67)

Wahai manusia! Aku bertekad bulat untuk tidak teledor dalam menyampaikan segala apa saja yang telah Dia turunkan kepadaku, dan kini dengarkanlah baik-baik, aku akan menjelaskan sebab turunya ayat tersebut pada kalian:

Sesungguhnya malaikat Jibril a.s. sudah tiga kali turun kepadaku dan menyampaikan salam Tuhanku serta memerintahkan agar berdiri di tempat perkumpulan ini untuk menyampaikan pada kalian baik yang berkulit putih maupun yang berkulit hitam, bahwa sesungguhnya Ali bin Abi Thalib adalah saudaraku, washiku, khalifahku bagi umatku dan imam setelahku.

Kedudukan dia di sisiku sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi lagi setelahku. Dia sebagai pemimpin kalian setelah Allah dan Rasul-Nya, dan sungguh dalam masalah ini Allah telah menurunkan sebuah ayat dalam kitab-Nya kepadaku:

“Sesungguhnya pemimpin kalian adalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman yang mendirikan Shalat dan mengeluarkan zakat sementara ia dalam keadaan rukuk”. (al-Ma'idah 55)

Ketahuilah bahwa Ali bin Abi Thalib telah mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat ketika ia sedang rukuk, demikianlah yang dikehendaki Allah SWT.

Wahai manusia! Ketika itu aku memohon pada malaikat Jibril a.s. agar Allah memaafkanku untuk tidak menyampaikan masalah penting ini pada kalian karena aku telah mengetahui betapa sedikitnya orang-orang yang bertakwa, dan betapa banyaknya orang-orang munafik, orang-orang yang membuat kerusakan dan para penipu yang tidak suka kebenaran Islam yang. Ciri-ciri mereka disebutkan oleh Allah dalam kitab suci al-Quran bahwa mereka biasa mengatakan dengan lisan mereka hal-hal yang bertolak belakang dengan isi hati mereka, dan mereka suka meremehkan masalah ini padahal di sisi Allah merupakan masalah yang sangat besar. Sebab itulah kaum munafikin berulang kali menyakitiku. Mereka mengatakan bahwa aku adalah “udzun” (mendengar dan menerima setiap omongan,), mereka mengira bahwa aku ini seperti itu, karena Ali a.s senantiasa menyertaiku dan aku selalu menaruh perhatian penuh kepadanya, sehingga dengan demikian Allah SWT menurunkan ayat yang menyinggung perihal perilaku mereka tersebut:

“Di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang menyakiti Nabi SAWW dan mereka mengatakan bahwa Nabi itu adalah “udzun” (mempercayai semua apa yang didengar alias gampang percaya), katakanlah (kepada mereka): ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah dan mempercayai orang-orang mukmin….”. (al-Taubah 61).

Kalau saja aku mau, maka aku dapat menyebutkkan satu-persatu dari nama-nama mereka itu; dan kalau aku mau menyebutkannya dengan isyarat, maka aku mampu melakukannya; dan kalau aku mau meyebut mereka dengan tanda-tanda, maka aku juga dapat melakukannya. Akan tetapi –demi Allah– aku masih tetap sabar terhadap mereka.

Namun dengan semua ini, Allah SWT tetap tidak akan rela kepadaku sampai aku menyampaikan pada kalian apa-apa yang telah Dia turunkan berkaitan dengan hak wilayah Ali tersebut.

Lalu Rasulullah SAWW membacakan ayat berikut ini:

“Wahai Rasul, sampaikanlah (kepada manusia) apa-apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan (ketahuilah) apabila engkau tidak melaksanakannya (masalah penyampaian wilayah Ali itu), maka berarti engkau sama sekali tidak menyampaikan risalah-Nya. Dan (janganlah khawatir) Allah senantiasa menjagamu dari segala bentuk kejahatan manusia”. (al-Maidah 67).


Pengumuman Resmi Wilayah dan Imamah 12 Imam Maksum a.s.
Wahai manusia! Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah SWT telah mengangkat untuk kalian seorang pemimpin dan imam yang wajib ditaati baik oleh kalian yang dari kaum muhajirin, maupun dari kaum anshar, juga oleh para pengikut jejak baik mereka, penduduk desa atau kota, masyarakat Ajam (non-Arab) atau Arab, yang bebas atau budak, besar atau kecil, kulit putih atau hitam, dan juga oleh semua orang yang mengesakan Tuhan. Hukum dan ketetapannya (Ali a.s. red) berlaku untuk semua orang, ucapan dan kata-katanya wajib diamalkan. Terkutuklah siapa saja yang menentangnya, dan dipastikan bahwa siapa saja yang mengikuti dan membenarkannya akan mendapatkan curahanan rahmat Ilahi dan ampunan-Nya.

Wahai manusia! Ketahuilah bahwa saat ini merupakan kesempatan terakhir bagiku untuk berdiri di tempat umum ini, maka dengarkanlah baik-baik, tunduk dan taatlah pada perintah-perintah Tuhan kalian. Karena sesungguhnya Allah SWT adalah merupakan wali (Penguasa), pemimpin dan Tuhan kalian, kemudian setelah-Nya, adalah Rasul kalian, Muhammad bin Abdullah SAWW sebagai wali kalian, dan yang kini berdiri dan menghadap kepada kalian (Imam Ali a.s.). Kemudian sepeninggalku yang akan menjadi wali, pemimpin dan imam kalian adalah Ali sesuai dengan perintah Allah SWT Dan setelah Ali, keimamahan dipegang oleh anak keturunanku dari putra-putra Ali sampai kalian pada suatu hari kelak menjumpai Allah dan Rasul-Nya.

Tidak ada sesuaatu-pun yang halal melainan dihalalkan oleh Allah SWT, Rasul-Nya, dan para imam yang maksum, dan tidak ada sesuatupun yang haram atas kalian melainkan diharamkan oleh Allah, Rasul-Nya dan para imam maksum tersebut. Sesungguhnya Allah SWT telah memperkenalkan kepadaku segala yang halal dan yang haram. Dan apa-apa yang telah diajarkan padaku dari kitab-Nya, telah pula kuajarkan kepadanya (Ali a.s. red).

Wahai manusia! Utamakanlah Ali dari yang lainnya, ketahuilah tak ada satupun ilmu melainkan Allah SWT telah mengumpulkannya dalam diriku, dan setiap ilmu yang telah diberikan kepadaku telah aku ajarkan pada imam muttakin (pemimpin orang-orang yang takwa) Ali. Ali adalah “imam-mubin (terang/nyata)” yang telah Allah diisyaratkan dalam Surah Yasin:

“Dan segala sesuatu itu telah kami kumpulkan dalam diri imam mubin”. (Ya Siin 12)

Wahai manusia! Janganlah kalian sampai lari meninggalkan Ali dan memilih jalan sesat, janganlah kalian congkak dan membangkang wilayahnya (kepemimpinannya), karena dialah yang menunjukkan kalian pada jalan yang benar dimana ia telah mengamalkannya, dan dia pula yang menghancurkan kebatilan dan mencegah kalian dari perbuatan batil itu, serta lebih dari itu, dia tetap tegar pada jalan Allah dimana cerca-hina para pendengkinya tidak akan membuatnya gentar.

Dialah (Ali a.s.) adalah orang yang pertama kali mengimani Allah dan Rasul-Nya, tak seorangpun yang mendahului keimanannya padaku. Dialah yang telah berani mempertaruhkan nyawanya demi membela Rasulullah SAWW, dan dia pula yang selalu menyertai Rasulullah SAWW ketika tak ada seorangpun yang menyembah Allah bersama Rasulullah saat itu. Dialah yang pertama kali melakukan shalat, dan yang pertama kali menyembah Allah bersamaku. Dari Tuhan kuperintahkan kepadanya agar menggantikanku di tempat tidurku (sewaktu hijrah, red.), dan ia tidur di sana, sementara ia mengorbankan nyawanya untukku.

Wahai manusia! Utamakanlah Ali, karena sesungguhnya Allah SWT telah mengutamakannya, dan terimalah (wilayah dan imamahnya) karena sesungguhnya Allah SWT yang telah mengangkatnya.

Wahai manusia! Ketahuilah bahwa dia (Ali a.s.) merupakan imam dengan ketentuan Allah SWT. Allah tidak akan menerima taubat seseorang yang mengingkari wilayahnya dan juga tidak akan mengampuni dosa-dosanya. Sungguh, Allah pasti akan melakukan demikian bagi siapa saja yang menentang perintahnya, akan mengadzabnya dengan siksa yang amat pedih selama-lamanya sampai akhir masa, maka berhati-hatilah kalian agar jangan sampai menentangnya, sebab akan berakibat bahwa kalian akan dimasukkan ke dalam neraka yang bahan bakarnya berupa manusia dan batu-batu yang, dimana semua telah disiapkan untuk orang-orang kafir.

Wahai manusia! Demi Allah, sesungguhnya para nabi dan rasul terdahulu telah memberikan kabar gembira kepadaku. Demi Allah, bahwa aku adalah penutup para nabi dan rasul, serta sebagai hujjah atas semua makhluk-Nya baik dari kalangan penduduk langit atau bumi. Siapa saja yang merasa ragu atas hal itu, maka sungguh ia telah kafir sebagaimana kafirnya orang-orang jahiliyah terdahulu. Barang siapa yang ragu dengan ucapan-ucapanku itu walaupun hanya sedikit saja, maka berarti ia telah meragukan semua ucapanku. Barang siapa yang ragu pada satu imam (dari dua belas imam, red) saja, berarti ia telah ragu terhadap semuanya. Dan barang siapa yang ragu atas kami, maka tiada lain baginya kecuali api neraka.

Wahai manusia! Allah SWT telah memberikan keutamaan ini kepadaku sebagai karunia dan kebaikan-Nya atasku, tiada tuhan selain Dia, puja dan pujiku pada Nya selama-lamanya dan sepanjang masa atas segala keadaan.

Wahai manusia! Utamakanlah Ali, karena sesungguhnya ia paling utamanya manusia setelahku, baik laki-laki maupun perempuan, selama ada hari dan keberadaan. Sungguh terlaknatlah, terkutuklah dan termurkai siapa saja yang menolak dan menentang ucapanku ini. Ketahuilah bahwa sesungguhnya malaikat Jibril a.s. telah membawa berita dari Allah untukku,

Allah Awj Berfirman:
“Barang siapa yang memusuhi Ali, dan tidak mau berwilayah kepadanya, maka ia akan mendapat laknat dan murka-Ku”.

Maka dari itu hendaknya setiap diri melihat apa-apa yang telah dilakukannya untuk hari esok, takutlah kalian kepada Allah, jangan sampai kalian berani menentang Ali yang akan berakibat tergelincirnya kaki-kaki kalian setelah kokoh berdiri. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kalian lakukan.

Wahai manusia! Ketahuilah bahwa sesungguhnya Ali adalah “Janbillah” (sisi Allah) sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Allah di dalam kitab-Nya ketika menyinggung orang-orang yang menentangnya dengan berfirman:

“Agar tidak ada orang yang mengatakan : Amat besar penyesalanku atas kelalaianku terhadap `Janbillah`”. (surah az-Zumar: 56)

Wahai manusia! Renungkanlah al-Quran, pahamilah ayat-ayatnya, perhatikanlah muhkamatnya (ayat-ayat yang jelas maknanya), dan janganlah kalian mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat (samar). Demi Allah, tidak ada yang mampu menjelaskan bathinnya dan tidak ada yang dapat menafsirkannya untuk kalian, kecuali orang yang aku pegang tangannya ini, yang aku bawa ke atas dan aku angkat tangannya tinggi-tinggi. Aku beritakan pada kalian bahwa barang siapa yang menjadikan aku sebagai wali dan pemimpinnya, maka orang ini (Ali a.s.) sebagai wali dan pemimpinnya juga. Dialah Ali bin Abi Thalib, saudaraku dan washiku. Wilayahnya resmi dari Allah SWT sebagaimana yang telah diturunkan melaluiku.

Wahai manusia! Sesungguhnya Ali dan orang-orang suci dari keturunanku, mereka adalah “Tsiqlul-Ashghar” (mutiara kecil) sedang al-Quran merupakan “Tsiqlul-akbar” (mutiara besar), satu sama lainnya saling memberikan berita dan terdapat keserasian antara keduanya, dan kedua-duanya itu tidak akan berpisah sampai menjumpai aku di telaga Kautsar kelak. Ketahuilah mereka itu adalah orang-orang kepercayaan Allah diantara manusia-manusia, dan sebagai para hakim-Nya di muka bumi ini.

Ketahuilah, kini aku telah menunaikan tugasku, ketahuilah aku telah menyampaikan risalah-Nya, ketahuilah aku telah menjelaskannya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah SWT telah mengataknnya, dan aku mengatakan hal ini dari Allah SWT. Ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada “Amirul Mukminin” (pemimpin para mukmin) selain dari pada saudaraku ini, dan ketahuilah bahwa tidak sah (halal) bagi siapapun untuk menjadi amirul mukminin setelahku nanti, selain Ali a.s.


Pengangkatan Wilayah Amirul Mukminin

Kemudian setelah itu Rasulullah SAWW menepuk lengan Ali a.s. dan mengankat tangannya tinggi-tinggi. Semua ini terjadi, yakni semenjak Rasulullah SAWW menaiki mimbar, Imam Ali a.s. pun ada di mimbar itu dengan posisi lebih rendah satu tangga dari tempat Rasulullah SAWW berdiri, dimana karena wajah (kepala) Rasulullah SAWW agak miring ke arah kanan, maka seakan keduanya berdiri tegak di satu tempat.

Lalu Rasulullah SAWW mengangkat tangan Ali a.s. dengan tangannya, sehingga kedua tangan mulia itu terangkat mengarah ke langit dan disamping itu beliau menarik Ali a.s. dari tempatnya sehingga kaki Ali a.s. sejajar dengan kaki Rasulullah SAWW kemudian beliau bersabda:

“Wahai manusia! Ini adalah Ali, ia adalah saudaraku, washiku, penghimpun ilmuku, dan ia adalah khalifahku bagi umatku, yaitu orang-orang yang beriman kepadaku. Ia khalifahku dalam menafsirkan kitab Allah SWT dan yang mengajak mengamalkanya. Begitu pula ia yang mengamalkan apa-apa yang diridhai Allah, dan yang akan memerangi musuh-musuh-Nya, membela orang-orang yang mentaati-Nya dan mencegah orang-orang dari bermaksiat kepada-Nya”.

Ia (Ali a.s.) adalah khalifah Rasulullah SAWW, pemimpin kaum mukminin, imam penunjuk kepada jalan-hak, memerangi kelompok Naakitsin (Jamal, red.), Qosithin (Mu'awiyah, red.) dan Mariqiin (Khawarij, red) sesuai perintah Allah SWT.

Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya di sisi-Ku, segala ucapan tidak akan mengalami perubahan”.

Wahai Tuhanku dengan perintah-Mu aku berkata: “Ya Allah cintailah setiap orang yang mencintai Ali, dan musuhilah setiap orang yang memusuhinya, tolonglah orang-orang yang menolong Ali, rendahkanlah siapa saja yang merendahkan Ali, laknatilah setiap orang yang mengingkari Ali, murkailah siapa saja yang menolak hak Ali”.

Ya Allah, dengan jelasnya masalah ini, dan ditetapkannya Ali (sebagai imam, red.) pada hari ini, Engkau turunkan ayat-Mu yang berbunyi:

“Pada hari ini Aku telah sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan Aku telah melengkapi nikmat-Ku atas kalian, dan Aku-pun rela bahwa Islam sebagai agama kalian”. (al_Maidah, 3)

“Barang siapa yang mengikuti agama selain Islam, maka ia tidak akan diterima dan pada hari akhirat kelak ia termasuk orang-orang yang merugi”.

Ya Allah! Aku menjadikan-Mu sebagai saksi, bahwasannya aku telah menyampai apa-apa yang Engkau perintahkan.

Penekanan Perhatian Ummat Pada Masalah Imamah

Wahai manusia! Sesungguhnya Allah SWT telah menyempurnakan agama kalian dengan masalah imamah, maka barang siapa yang tidak mau mengikutinya dan tidak mengikuti orang-orang yang menggantikan kedudukannya dari keturunanku yaitu anak-anaknya, sampai hari kiamat hari kembali kepada Allah SWT- maka semua amal ibadah mereka di dunia ini akan terhapus dan mereka akan dimasukkan ke dalam api neraka kekal selama-lamanya, dan adzab mereka itu tidak akan diringankan sedikitpun serta tidak akan pernah diberikan tangguhan.

Wahai manusia! Ini adalah Ali, orang yang banyak menolongku di antara kalian, yang paling berhak menjadi penggantiku, yang paling dekat padaku dan yang paling mulia di mataku di antara kalian semua, dan sesungguhnya Allah SWT dan aku, ridha kepadanya. Tidak ada satu ayatpun tentang ridha yang turun kepadaku melainkan dia (Ali a.s.) termasuk di dalamnya, tak pernah Allah meng-khithab-i (lawan bicara, red) orang-orang beriman melainkan Dia memulainnya dengan ber-khithab kepadanya, tak satupun ayat pujian yang turun dalam al-Quran, melainkan dia (Ali a.s.) ikut serta di dalamnya. Dan Allah SWT dalam surah “Hal Ataa 'Alaal Insaan” (al-Insan, ayat 1) tidak memberikan kesaksian dengan surga kecuali untuknya. Allah tidak menurunkan surah ini untuk selainnya, dan juga, Ia tidak memuji siapapun dalam surah ini, kecuali dirinya.

Wahai manusia! Ketahuilah bahwa dia (Ali a.s.) adalah penolong agama Allah SWT, pembela Rasulullah SAWW, paling bertakwa, suci, dan penunjuk orang-orang yang mendapat hidayah. Sesungguhnya nabi kalian adalah paling baiknya nabi, washi (pengganti) kalian adalah paling baiknya washi dan putra-putranya adalah paling baiknya washi.

Wahai manusia! Ketahuilah bahwa sesungguhnya nasab dan anak cucu setiap nabi adalah dari diri mereka masing-masing, tapi nasab dan anak cucuku dari keturunan Ali.

Wahai manusia! Sesungguhnya iblis telah menyebabkan keluarnya Adam a.s. dari surga dengan sifat hasadnya, maka berhati-hatilah jangan sampai kalian mempunyai sifat hasad terhadap Ali yang menyebabkan amal ibadah kalian terhapus dan kaki-kaki kalian tergelincir. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Adam a.s. diturunkan ke bumi karena satu kesalahan saja, padahal beliau adalah pilihan Tuhan, lalu bagaimana dengan kalian, sedang kalian ini bukan apa-apa (dibanding dengan Adam a.s.), bahkan diantara kalian ada orang-orang yang dimusuhi Allah SWT!?

Ketahuilah, sesungguhnya tidak ada yang memusuhi Ali kecuali orang yang betul-betul celaka, tidak ada yang mencintai Ali kecuali orang yang betul-betul bertakwa dan tidak ada yang mempercayai Ali kecuali orang yang betul-betul ikhlas keimanannya. Demi Allah, sesungguhnya surah “wa al-'Ashr” turun untuk keutamaan Ali.

“Demi masa, sesungguhnya semua manusia berada dalam kerugian”, kecuali Ali yang telah betul-betul beriman, melakukan amal ibadah shaleh dan rela terhadap kebenaran dan kesabaran.

Wahai manusia! Sesungguhnya aku telah menjadikan Allah sebagai saksi bahwa kini aku telah menyampaikan risalahku pada kalian dan tak ada pada pundak Rasul selain dari pada menyampaikan dan menerangkan risalah.

Wahai manusia! Takutlah kalian kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya, dan janganlah kalian meninggalkan dunia kecuali dalam keadaan pasrah menyerah.

Keragu-raguan Kaum Munafikin

Wahai manusia! “Berimanlah kalian kepada Allah SWT, rasul-Nya dan kepada nur yang diturunkan bersamanya, sebelum Kami (Allah) hancurkan wajah-wajah dan Kami campakkan/plintir ke belakang atau Kami kutuk sebagaimana `ashaabu-sabt`”.

Demi Allah, sesungguhnya ayat ini tidak ditujukan melainkan kepada suatu kelompok dari sahabat-sahabatku yang mereka itu aku kenali nama-nama dan keturunan mereka, hanya saja aku diperintahkan oleh Allah SWT agar menutupi mereka. Maka masing-masing orang akan mendapatkan balasan sehubungan dengan amalnya berkenaan dengan cinta dan bencinya kepada Ali.

Wahai manusia! Sesungguhnya nur itu ditetapkan oleh Allah SWT untuk diriku, kemudian untuk diri Ali bin Abi Thalib dan setelah itu pada putra-putra dari keturunannya sampai kepada penegak keadilan, al-Mahdi. Ialah yang akan mengambil hak Allah (yang terampas oleh orang-orang yang tidak berhak) dan semua hak yang mesti kembali kepada kami, karena sesungguhnya Allah SWT telah menjadikan kami sebagai hujjah atas semua orang-orang yang lalai, pembenci, penentang, pengkhianat, lalim dan para perampas (wilayah kami), yang berada di seluruh penjuru alam.

Wahai manusia! Kini aku peringatkan kalian bahwa aku adalah Rasulullah dimana telah mendahuluiku para rasul sebelumku. Apakah jika esok hari aku meninggal dunia atau terbunuh, kalian akan berbalik? Ketahuilah bahwa kalau kalian berbalik, tidak akan merugikan Tuhan sedikitpun. Dan Allah SWT akan segera memberikan balasan nikmat bagi orang-orang yang bersyukur dan sabar. Ketahuilah, sesungguhnya Ali adalah penyandang sifat sabar dan syukur, dan setelah itu para putranya dari keturunanku.

Wahai manusia! Janganlah kalian mengharap lebih dari aku dengan alasan kalian telah menerima Islam, apalagi dari Allah. Karena hal semacam itu akan menyebabkan amal ibadah kalian terhapus dan kalianpun akan mendapat murka dan dimasukkan ke dalam jilatan api neraka oleh Allah SWT. Sesungguhnya Tuhan kalian senantiasa mengawasi kalian.

Wahai manusia! Ketahuilah bahwa nanti sepeninggalku akan ada pemimpin-pemimpin yang akan mengajak kalian ke api neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan pernah tertolong.


Wahai manusia! Allah SWT dan aku berlepas diri dari mereka.

Wahai manusia! Mereka itu, dan penolong mereka, pembela dan pengikut mereka, akan berada di dalam dasar api neraka yang paling bawah. Sungguh betapa buruknya tempat kembali orang-orang yang congkak dan sombong itu. Ketahuilah, mereka itu adalah “ashabus shahifah”, maka hendaknya masing-masing kalian memperhatikan shahifahnya (buku, red.) sendiri-sendiri.

Ket:
Perawi hadis berkata: “Ketika Rasulullah menyebutkan nama-nama “ashabus shahifah” itu, mayoritas orang-orang yang mendengarnya tidak memahami maksud ucapan beliau tersebut dan membangkitkan tanda tanya dalam hati mereka, hanya sedikit sekali orang-orang memahami maksud ucapan beliau kala itu”.

Wahai manusia! Aku amanatkan kekholifaan sebagai imamah dan warisan ini kepada keturunanku sampai hari kiamat, dan aku telah sampaikan segalanya sesuai dengan yang diperintahkan kepadaku, sehingga hal itu menjadi hujjah baik bagi orang yang hadir maupun yang tidak hadir, bagi yang sudah lahir maupun yang belum lahir. Oleh karena itu, hendaknya orang yang hadir menyampaikan (hal ini) kepada orang yang tidak hadir, dan seorang ayah menyampaikannya kepada anaknya hingga hari kiamat tiba.

Tidak lama lagi, sepeninggalku, mereka-mereka itu akan merebut imamah ini (dari keturunanku) dengan paksa dan menjadikannya sebagai sistim kerajaan. Semoga Allah melaknat para perampas (imamah ini). Pada saat itulah Dia akan menimpakan kepada kalian apa-apa yang mesti ditimpakan, dan mengirimkan kepada kalian api dan timah panas, sementara kalian tidak akan mampu menghindarinya.

Wahai manusia! Allah azza wa jalla tidak akan meninggalkan kalian sendirian. Dia yang akan memisahkan orang yang baik dari yang jahat, dan Dia tidak akan memberi tahu kalian tentang alam ghaib.

Wahai manusia! Tidak ada sebuah negara yang makmur yang penduduknya mendustakan tanda-tanda kekuasaan Tuhan kecuali Ia akan memusnahkannya sebelum kiamat tiba dan menundukkannya di bawah pemerintahan Imam Mahdi, Dan Dia (Allah) akan memenuhi janji-Nya ini.

Wahai manusia! Orang-orang sebelum kalian telah binasa. Allah yang telah membinasakan mereka, dan Dialah yang akan membinasakan orang-orang masa mendatang. Allah berfirman:
“Apakah bukan Kami yang telah membinasakan orang-orang zaman dahulu, kemudian Kami ikutkan orang-orang lain ke dalam mereka? Begitulah kami memperlakukan orang-orang yang berdosa. Celakalah pada hari itu para pendusta”.

Wahai manusia! Allah telah menurunkan perintah dan larangan-Nya untukku, dan akupun mengajarkannya kepada Ali, sesuai dengan yang diperintahkan Allah. Dan pengetahuan tentang perintah dan larangan ini ada di sisi-Nya. Dengan ini, dengarkanlah perintahnya (Ali a.s.) sehingga kalian selamat, dan taatilah dia sehingga kalian mendapat petunjuk. Terimalah larangannya, sehingga kalian berada di jalan yang benar, dan berjalanlah menuju tujuannya. Jangan sampai jalan-jalan yang asing (lain dari ajaran Nabai SAWW) menyelewengkan kalian dari jalannya.


Pengikut Ahlul Bait a.s. dan Musuh Mereka

Wahai manusia! Aku adalah jalan Allah yang lurus dimana Ia telah memerintahkan kalian untuk mengikutinya; Kemudian Ali setelah aku; Kemudia putera-puteraku dari keturunannya sebagai imam pemberi hidayah dan petunjuk. Mereka akan menunjukkan jalan kebenaran dan dengan pertolongan Allah akan bertindak dengan penuh keadilan.

Setelah itu beliau membaca surah Al-fatihah hingga selesai, kemudian melanjutkan khotbahnya seraya bersabda:

Surah ini turun berkenaan denganku, dan demi Allah, turun (juga) berkenaan dengan mereka (para imam). Secara umum surah ini mencakup mereka dan secara khusus berkenaan dengan mereka. Mereka adalah para kekasih Allah yang tidak pernah merasa takut dan sedih. Ketahuilah bahwa hizbullah (tentara Allah) pasti akan menang.

Ketahuilah bahwa para musuh mereka adalah orang-orang bodoh yang sesat dan saudara-saudara setan. Mereka dengan segala kesombongan saling tukar menukar kebatilan di antara mereka.

Ketahuilah bahwa para pecinta mereka (Ahlul bait) adalah mereka yang disinyalir oleh Allah dalam kitab-Nya dengan firman-Nya: “Kamu (Muhammad) tidak akan mendapati umat yang beriman kepada Allah dan hari akhir, yang mencintai orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya meskipun mereka (para penentang tersebut) adalah ayah, anak, saudara atau kerabat mereka. Mereka itu adalah orang-orang yang telah ditetapkan iman di hati mereka oleh-Nya”.

Ketahuilah bahwa para pencinta mereka (ahlul Bait) adalah orang-orang yang disebutkan dalam firman-Nya: “Orang-orang yang beriman dan tidak menodai iman mereka dengan kezaliman, akan merasa tentram dan aman, dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Ketahuilah bahwa para pecinta mereka (ahlul Bait) adalah orang-orang yang beriman dan tidak pernah ragu.

Ketahuilah bahwa para pecinta mereka adalah orang-orang yang akan masuk surga dengan penuh ketenangan dan keselamatan, dan para malaikat datang menjumpai mereka seraya berkata:

“Kesejahteraan atas kalian. Kalian telah suci. Masuklah ke dalam surga untuk selama-lamanya”.

Ketahuilah bahwa para pencinta mereka adalah orang-orang yang akan mendapatkan surga dan di sana mereka akan dianugerahi rizki tanpa perhitungan.

Ketahuilah bahwa para musuh mereka (Ahlul Bait) adalah mereka (yang telah dijanjikan) untuk masuk kobaran api neraka.

Ketahuilah bahwa para musuh mereka adalah orang-orang yang akan mendengar jeritan ketakutan dari neraka jahannam yang mendidih dan melihat kobaran apinya.

Ketahuilah bahwa para musuh mereka adalah orang-orang yang disinyalir oleh Allah dalam firman-Nya :

“Setiap kali ada kelompok yang masuk neraka, mereka akan melaknat teman-teman senasib mereka……”.

Ketahuilah bahwa para musuh mereka adalah orang-orang yang termaktub dalam firman Allah :

“Setiap kali satu kelompok dicampakkan ke dalam neraka, para penjaga neraka akan bertanya kepada mereka: “Apakah tidak datang pemberi peringatan kepada kalian?”. Mereka menjawab: “Telah datang kepada pemberi peringatan, tapi kami mendustakannya dan kami katakan kepadanya bahwa Allah tidak pernah menurunkan sesuatu (perintah-Nya), dan kamu berada dalam kesesatan yang nyata”, ….Ingatlah, kecelakaan bagi penghuni neraka sa'ir”.

Ketahuilah bahwa para pecinta mereka (Ahlul Bait) adalah orang-orang yang takut kepada Allah sekalipun mereka dalam kesendirian (sepi), dan bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.

Wahai manusia! Betapa bedanya antara kobaran api dan pahala besar?!
Wahai manusia! Musuh kami adalah orang yang dicerca dan dilaknat Allah, dan pecinta kami adalah orang yang dipuji dan dicintai oleh-Nya.
Wahai manusia! Aku adalah pembawa ancaman, dan Ali pembawa janji kenikmatan.
Wahai manusia! Aku adalah pembawa peringatan, dan Ali pemberi hidayat.
Wahai manusia! Aku adalah nabi dan Ali adalah penggantiku.
Wahai manusia! Ketahuilah bahwa aku adalah nabi dan Ali imam dan washi setelahku. Dan para imam setelah dia adalah putra-putranya. Ketahuilah bahwa aku adalah ayah mereka dan mereka akan lahir darinya (Ali a.s.).

Kabar tentang Imam Mahdi a.s.

Ketahuilah bahwa imam terakhir adalah Mahdi. Ialah yang akan menang atas segala agama. Dialah pembalas dendam atas orang-orang zalim. Dialah penakluk dan pemusnah benteng-benteng (musuh yang kokoh). Dialah yang akan menang atas semua musyrikin dan sekali gus pemberi penunjuk (hidayah) kepada mereka.

Ketahuilah bahwa dialah yang akan membalas dendam atas setiap tetesan darah para kekasih-kekasih Allah. Dialah penolong agama Allah.

Ketahuilah bahwa dialah yang dapat memanfaatkan lautan (ilmu, red.) yang sangat dalam. Dialah yang menjadi timbangan bagi setiap pemilik keutamaan sesuai dengan kadarnya dan penjelas bagi setiap yang bodoh sesuai dengan kadarnya pula. Dialah yang telah dipilih oleh Allah. Dia adalah pewaris semua ilmu dan penakluk bagi semua pahaman.

Ketahuilah bahwa dialah pemberi berita dari Tuhannya dan yang meninggikan ayat-ayat Ilahi. Dialah orang yang mendapat petunjuk nan kokoh. Dialah yang segala pekerjaan/urusan (makhluk) diserahkan kepadanya.

Dialah yang para nabi terdahulu memberikan kabar gembira (atas kedatangannya). Dialah yang tetap ada sebagai hujjah dan tidak akan ada hujjah lagi setelahnya. Tidak ada kebenaran kecuali bersamanya dan tidak ada cahaya kecuali di sisinya.

Ketahuilah bahwa tidak akan ada orang yang menang ke atasnya dan orang yang menentangnya tidak akan tertolong. Dialah kekasih Allah di muka bumi, penegak hukum di antara makhluk-makhluk-Nya, yang dipercaya oleh-Nya, baik dalam keadaan tersembunyi atau tampak.

Bai'at pada Imam Ali

Wahai manusia! Telah kujelaskan dan kupahamkan kepada kalian dan setelah aku, Allah yang akan memahamkan kepada kalian.

Ketahuilah bahwa setelah khotbahku selesai aku akan mengajak kalian untuk menjulurkan tangan kepadaku sebagai tanda bai'at dan pengakuan atasnya (Ali a.s.), dan selanjutnya menjulurkan tangan kepadanya secara langsung.
Ketahuilah bahwa aku telah berbai'at kepada Allah dan Ali telah berbai'at kepadaku. Aku akan mengambil bai'at dari kalian dengan perintah Allah. (Allah Swt berfirman):

“Orang-orang yang berbai'at kepadamu pada hakikatnya mereka berbai'at kepada Allah, tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa yang mengurai tali bai'atnya, sesungguhnya ia telah berbuat sesuatu yang membahayakan dirinya, dan barang siapa setia dengan janji yang telah diucapkannya kepada Allah, maka Ia akan menganugerahkan pahala yang besar kepadanya”.

Halal, Haram dan Kewajiban

Wahai manusia! Haji dan umrah adalah termasuk syi'ar-syi'ar Allah. (Allah Swt berfirman):
“Barang siapa yang melaksanakan haji ke Baitullah atau melaksanakan umrah, maka tidak ada dosa baginya untuk melaksanakan sa'i antara Shafa dan Marwah”.

Wahai manusia! Kerjakanlah kewajiban haji ke Baitullah. Tiada satu keluarga yang datang mengunjungi Baitullah kecuali mereka akan merasa cukup bahagia, dan tiada satu keluarga yang meninggalkan kewajiban tersebut, kecuali mereka akan menjadi terputus dan miskin.

Wahai manusia! Tiada seorang mukminpun yang melaksanakan wuquf (di Arafah, Masy'ar dan Mina) kecuali Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang lalu hingga hari itu, dan baru setelah hajinya selesai, amalannya (dosanya, red.) akan dihitung dari awal.

Wahai manusia! Orang-orang yang melaksanakan haji, akan ditolong dan segala biaya yang mereka keluarkan akan kembali. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan orang-orang yang berbuat kebajikan.

Wahai manusia! Laksanakanlah haji ke Baitullah dengan agama yang sempurna, perenungan dan pengertian mengenainya, dan jangan pulang dari haji tersebut kecuali dengan taubat dan (kemauan kuat) meninggalkan dosa.

Wahai manusia! Dirikanlah shalat dan bayarlah zakat sebagaimana yang Allah perintahkan kepada kalian. Jika waktu telah jauh berlalu dan kalian tidak mengerjakan atau lupa akan semua itu, Ali yang akan mengambil keputusan atas kalian dan ia akan memperjelas (hukum-hukumnya) untuk kalian. Dialah orang yang dijadikan Allah sebagai kepercayaan-Nya setelah aku. Dia dari aku dan aku dari dia.

Dia dan mereka yang berasal dari keturunanku akan menjawab setiap pertanyaan yang kalian pertanyakan dan menjelaskan setiap yang tidak kalian ketahui.

Ketahuilah bahwa halal dan haram lebih banyak dari yang aku perkanalkan kepada kalian, dan tidak mungkin kuperintahkan kalian kepada kewajiban kalian dan kularang kalian dari yang diharamkan ke atas kalian, dalam satu majlis (pertemuan). Oleh karena itu, aku diperintahkan untuk mengambil bai'at dari kalian supaya kalian menerima bahwa apa yang kuemban dari sisi Allah berkenaan dengan Amirul mukminin Ali dan para penggantinya setelahnya yang mana mereka berasal dari keturunanku dan keturunannya, adalah tugas kepemimpinan (imamah) yang hanya dimiliki oleh mereka, dimana yang terakhir dari mereka adalah Mahdi, hingga masa ia berjumpa dengan Allah (mati).

Wahai manusia! Setiap yang halal yang telah kuterangkan kepada kalian dan setiap yang haram yang kularang kalian untuk mengerjakannya, adalah hukum-hukum yang tidak pernah kulanggar dan kurubah (hukumnya sudah permanen). Ingat dan jagalah hal ini serta ingatkanlah orang lain akan halnya, dan janganlah sekali-kali kalian merubahnya.

Kuulangi pesan-pesanku. Dirikanlah shalat, bayarlah zakat dan laksanakanlah amar makruf dan nahi mungkar. Ketahuilah bahwa amar ma'ruf yang paling tinggi (derajatnya) adalah memahami pesanku ini, dan menyampaikannya kepada orang-orang yang tidak hadir di sini, dan memerintahkan mereka untuk menerima, sebagai perintah dariku, serta melarang mereka untuk menentangnya. Karena hal ini adalah instruksi dari Allah dan dariku. Sementara amar ma'ruf dan nahi mungkar tidak akan pernah dapat dilaksanakan kecuali dengan imam maksum (ada dan bimbingannya, red.).

Wahai manusia! al-Qur'an menegaskan kepada kalian bahwa para imam setelah Ali adalah putra-putranya, dan telah kutegaskan juga bahwa mereka berasal dari keturunanku dan keturunannya. Allah berfirman dalam kitab-Nya:

“Dan Dia telah menjadikan imamah (ini) sebagai kalimah yang abadi di keturunannya”.

Dan telah kutegaskan kepada kalian (dengan sabdaku):

“Jika kalian berpegang teguh dengan keduanya (al-Qur'an dan Ahlul Bait), kalian tidak akan sesat selamanya”.

Wahai manusia! Bertakwalah, bertakwalah ! Bersiap-siaplah untuk menyongsong kedatangan hari kiamat, karena Allah berfirman:

“Sesungguhnya goncangan hari kiamat, adalah sebuah peristiwa yang dahsyat”.

Ingatlah selalu akan kematian, hari kebangkitan, timbangan amal, hari perhitungan di hadapan Tuhan semesta alam, dan pahala serta siksaan. Barang siapa yang berbekal kebaikan, ia akan diberi pahala sesuai dengan kebaikannya, dan barang siapa yang berbekal dosa, ia tidak akan mendapat bagian di surga.

Bai'at Resmi

Wahai manusia! Tidak sepantasnya kalian hanya dengan sekali menjulurkan tangan dan dalam satu waktu (untuk berbai'at denganku). Tapi Allah telah memerintahkan aku untuk mengambil pengakuan dari mulut kalian tentang apa yang telah kusampaikan berkenaan dengan Ali Amirul mukminin dan para imam yang akan datang setelahnya dan berasal dari keturunanku dan keturunannya, sebagaimana telah kusampaikan bahwa putra-putraku berasal dari keturunannya.

Dengan ini, ulangilah apa yang kuucapkan ini:

“Kami telah mendengar. Kami akan mentaati, rela dan menerima semua yang datang dari Tuhan kami, dan anda (Rasulullah SAWW) telah menyampaikan (kepada kami) tentang tugas keimamahan Ali Amirul mukminin dan para imam yang berasal dari keturunannya. Kami berbai'at kepada anda berkenaan dengan perkara ini dengan hati, lidah, dan tangan kami. Dengan memegang teguh keyakinan ini kami hidup, dengan membawa keyakinan ini kami akan meninggal dunia, dan bersama keyakinan ini pula pada hari kami dibangkitkan (kiamat). Kami tidak akan merubah, ragu dan mengingkari (hal itu). Dan kami tidak akan mengingkari janji ini. Anda (Rasul) telah menasihati kami akan hal-hal yang berkenaan dengan Ali Amirul mukminin dan para imam yang berasal dari keturunan anda dan keturunannya, yaitu Hasan dan Husain serta para imam yang telah ditentukan oleh Allah setelah mereka berdua. Kami telah berbai'at kepada mereka dengan hati, jiwa, lidah dan tangan kami. Dimana setiap orang yang mampu berbai'at dengan menggunakan tangannya, maka ia lakukan hal itu, dan jika tidak, cukup dengan berikrar dengan lisannya. Kami tidak pernah berpikir untuk merubah janji ini dan semoga (berkenaan dengan hal ini) Allah tidak pernah melihat keraguan di hati kami.

Kami, sesuai perintahmu, akan menyampaikan perkara ini kepada sanak saudara kami, baik yang dekat maupun jauh. Dan berkenaan dengan ini kami menjadikan Allah sebagai saksi. Dia cukup sebagai saksi kami, dan anda juga saksi atas ikrar kami ini”
.

Wahai manusia! Tahukah kalian apa yang kalian katakana ini? Sesungguhnya Allah mengetahui setiap suara dan batin seseorang. Dengan ini, barang siapa yang mendapat petunjuk, itu akan menguntungkan dirinya, dan barang siapa yang sesat, ia akan rugi sendiri. Barang siapa yang berbai'at, pada hakikatnya ia berbai'at kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka (para pembai'at).

Wahai manusia! Berbai'atlah kepada Allah, aku, Ali Amirul mukminin, Hasan, Husain dan para imam (yang berasal) dari keturunan mereka di dunia dan akhirat. Berbaiatlah dengan imamah yang ada di tangan mereka. Allah akan membinasakan para pengkhianat bai'at dan merahmati orang-orang yang setia dengan bai'atnya. Barang siapa yang mengingkari bai'atnya, hal itu akan merugikan dirinya, dan barang siapa yang setia atas bai'atnya, Allah akan menganugerahkan pahala yang besar kepadanya.

Wahai manusia! Ulangilah apa yang telah kuucapkan, ucapkanlah salam kepada Ali sebagai Amirul mukminin dan ucapkanlah: “Kami telah mendengar dan akan mentaatinya. Ya Allah, kami mohon pengampunan dari-Mu, dan kepada-Mu kami akan kembali”.

Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan petunjuk kepada kami (untuk mengakui imamah ini). Jika Ia tidak menganugerahkan petunjuk-Nya, niscaya kami tidak akan mendapat petunjuk”.

Wahai manusia! Keutamaam-keutamaam Ali bin Abi Thalib di sisi Allah yang telah Ia turunkan di dalam al-Qur an, tidak dapat kusebutkan dalam satu pertemuan ini. Dengan demikian, setiap orang yang memberitahukan hal itu kepada kalian dan ia memang tahu hal itu, benarkanlah dia.

Wahai manusia! Barang siapa yang mentaati Allah, Rasul-Nya, Ali dan para Imam yang telah kusebutkan, maka ia telah mencapai kebahagiaan yang luar biasa.

Wahai manusia! Barang siapa berlomba-lomba dan lebih dahulu berbai'at kepadanya, dan menerima wilayahnya, serta mengucap salam kepadanya sebagai Amirul mukminin, maka ia adalah termasuk orang-orang yang menang, dan hidup sejahtera di dalam kebun-kebun kenikmatan.

Wahai manusia! Katakanlah sesuatu yang dengannya Allah ridha terhadap kalian. Jika kalian dan semua orang yang ada di muka bumi ini menjadi kafir, kalian tidak akan dapat mendatangkan sedikitpun kerugian kepada Allah.

Ya Allah, demi apa yang telah kusampaikan dan perintahkan, ampunilah (dosa-dosa) semua mukminin, dan timpakanlah kemurkaan-Mu ke atas para pengingkar. Segala puji hanya milik Tuhan semesta alam.

Sumber sanad Hadis Al-Ghadir Menurut Ahlul Bayt

Tidak ada satu hadis pun di kalangan muslimin yang memiliki riwayat yang dimiliki oleh hadis al-Ghadir, dan peristiwa yang terjadi berkenaan dengannya. Sanad hadis al-Ghadir sudah tentu sampai pada batas mutawatir dan dalam jumlah yang sangat banyak.

Puluhan jilid buku telah ditulis hanya demi menjelaskan sanad hadis al-Ghadir. Khothbah al-Ghadir dan peristiwa penting ini dalam sejarah Islam memiliki seratus dua puluh ribu saksi dan pendengar, dan setiap orang dari mereka, menukil peristiwa tersebut dalam jumlah yang layak diperhatikan. Dengan adanya tekanan dan ancaman dari pihak penguasa waktu itu, mereka masih tetap menukil bagian-bagian penting dari khotbah tersebut. Para ilmuwan, tokoh politik, dan sejarah Islam, sering kali dalam berbagai kesempatan, memaparkan peristiwa tersebut dan menjadikannya sandaran.[islamalternatif.
net]

Referensi:

Referensi-referensi Syi'ah dan Ahlussunnah yang menukil hadis al-Ghadir atau bagian-bagian penting darinya atau yang menukil peristiwa.

Al-Ihtijâj, karya Al-Thabarsi, juz 1, hal. 66.
Al- Shirâtul Mustaqîm, karya Syeikh Ali bin Yunus al-Bayadhi, juz 1, hal.301.
Al-'Adadu al-Qawiyah, karya Syeikh Ali bin Yusuf al Hilli, hal. 169.
Al-Tahsîn, karya Sayyid bin Thawus, hal. 454.
'Abaqâtul Anwâr, karya Mir Hamid Husain al-Hindi, jld.: Ghadir.
'Awâlimul 'Ulûm, karya Syeikh Abdullah al-Bahrani, juz 15, hal. 307.
Raudhatul Wâ'izhîn, karya Ibnu Fattaal al-Naisyaburi juz 1, hal. 89.
Al-Ghadîr, karya Allamah al-Amini juz 1, hal.12-151, dan hal. 294-322. (Buku ini menukil sekaligus meneliti sanad-sanad hadis al-Ghadir, baik yang berasal dari buku-buku Syi'ah maupun Ahlussunnah)

Buku-buku Ahlussunnah

Tarikh al-Khathib al-Baghdadi, juz 8, hal. 290.
Al-Durrul Mantsur, karya as-Suyuthi, juz 2, hal. 259.
Al-Bidayah wan Nihayah, karya Ibnu Katsir al-Dimasyqi, juz 5, hal. 209 dan 214.
Usdu al-Ghabah, karya Ibnu Atsir, jus 3, hal. 307 dan juz 5, hal 205.
Asnal Mathalib, karya Syamsuddin al Jazri, hal. 4.
Yanabi’ul Mawaddah, karya al-Qunduzi al-Hanafi, hal. 40.
Al-Ma'arif, karya Ibnu Quthaibah ad Diynuri, hal. 291.
Musnad Ahmad bin Hambal, juz 4 hal. 281.
Sunan Ibnu Majah, juz 1, hal. 28-29.
Khash'ishun Nasa'i, hal. 16.
Al-Manaqib, karya al-Kharazmi, hal. 130.
Tarikhul Khulafa’, karya al-Suyuthi, hal. 114.
Tafsir at-Thabari, juz 3 hal. 428.
Al-Fushulul Muhimmah, karya Ibnu Shabagh al-Maliki, hal. 25.
Al-Tafsir Al-Kabir, karya Fakhruddin al-Razi, juz 3, hal. 636.
Kanzu al-'Ummal, juz 6, hal. 398.
Majma'uz Zawaid, karya Hafizh al-Haitsami, juz 9, hal. 106.
Al-Ishabah, karya Ibnu Hajar, juz 1, hal. 372.
Nawadirul Ushul, karya at-Turmudzi.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ditengah panas terik dan di sisi khum (danau) Nabi Suci SAWW dibantu para Sahabatnya membersihkan area tersebut tuk men tablighkan Perintah ALLAH yang telah di wahyukan kepada Jibril AS sebelumnya tiga kali...

Perintah ALLAH Azza Wa Jalla kepada Baginda Suci SAWW tuk menyampaikan penetapan Imam Ali bin Abi Thalib AS sebagai pemimpin Agama dan Sosial (Amir Al Mukminin) Pertama turun di Atas Gunung arafah.

Perintah yang kedua turun di Mina, Perintah yang semakin menegaskan bahwa Imam Ali bin Ali Thalib as adalah Pengganti Beliau.

Khutbah mengenai Imamah (kepemimpinan) Imam Ali bin Abi Thalib AS di sampaikan kembali oleh Baginda Suci SAWW di Masjid al Khaif kepada khalayak disini pun Beliau SAWW menegaskan kembali kepada Khalayak mengenai ini.

Di hari Mulia tersebut ALLAH telah menetapkan Bahwa Gelar Amirul Mukminin hanya Pada Imam Ali bin Abi Tholib as..

Di Hari tersebut tersandarkan 2 Pusaka Amat berat tuk pegangan Keselamatan Dunia dan Akhirat bagi Mukmin Yaitu : "Al Quran dan Itrah Ahlul bayt".

Di Hari Mulia ini Pula ALLAH dan Rasul SuciNya telah menetapkan Imammah Sebagai Hujjatullah dan pegangan keselamatan

Di Hari Mulia ini ALLAH dan RasulNya telah pula meng informasikan tentang akan hadirnya Imam Zaman Al Qoyyim Al Mahdi AFS

Di Hari ini pula ALLAH Azza Wa Jalla, Dzat Yang Ketinggiannya tiada Tanding dan KeSuciannya tiada Banding. Tiada akal yang mampu menjangkauNYA, Tidak Pula Lisan dapat menjabarkanNYA telah menyempurnakan Nikmat dan telah Meridhoi ISLAM sebagai Agama Keselamatan.

Maka Saksikanlah Wahai Tuhanku Yang Jiwa dan Nafasku berada dalam GenggamanNYA
Aku membenarkan Ucapan Nabi SuciMu Sayyidul Wujud Al Musthofa Shalallahu alaihi Wa Alihi..

Aku menjadi saksi dan akan ku upayakan maksimal meyampaikan Wasiat Nabi SuciMU tuk menyampaikan kepada yang tidak hadir dan yang tidak/belum tahu..

Akan ku tanggalkan setitik noda dalam hati atas kesukaan pada para penista AhlulBayt
Akan Ku perangi sisi kelam ku dimana bercokol nama nama para Pengkhianat At Tsaqalain.

Duhai Tuhanku Yang Maha membolak balik Hati...
Jangan lah Engkau hinakan hidupku dengan jauh dari Ahlul BaytMu
Jangan lah Engkau nistakan hidup setelah matiku dengan ke bingungan naungan

Wahai Dzat tempatku Letakkan segala Harapan Dunia dan Akhiratku
Ku bersimpuh dan mengetuk pintuMu agar kiranya Engkau terima Hamba Hina ini disisiMU

Saksikanlah wahai Tuhanku, aku berwilayah kepada Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Tholib AS, Saksikanlah Wahai Tuhanku aku berwilayah pada Al Qoyyim Al Mahdi alaihissalam dan membenarkan segala Ucapan Suci RasulMu dan Serta Ucapan Suci HujjatullahMU yang tiada Mengecewakan...

Allahumma sholli ala Muhammad Wa Aali Muhammad at qiya...


"Alhamdulillahil Ladzii Ja’alanaa Minal Mutamassikina bi Wilayati Amiril Mukminin wal Aimmah ‘alaihimussalam.”

Semoga Di hari ini tonggak kemuliaan dan kesempurnaan Agama dapat menyatu kedalam diri Setiap Mukmin...

Dihari ini pula mari kita berbagi Senyum dan bahagia tuk mereka yang Mukmin
Dihari ini pula mari kita sampaikan berantai pesan Nabi kepada mereka yang Muslim..


"Hari Al Ghadir adalah Hari Raya terbaik dari Umatku, Inilah hari ketika ALLAH SWT menetapkan Ali bin Abi Tholib, saudaraku sebagai pijakan bagi setiap orang yang membutuhkan bimbingan sepeninggalku. Inilah juga Hari ketika ALLAH Azza Wa Jalla menyempurnakan Agamanya, Mencukupkan NikmatNYA dan menetapkan Islam sebagai Agama" (Hadist Nabi Suci SAWW-Al Iqbal, At Tahsin, Kitab Ibnu Thawus, dll)

"Barangsiapa yang baginya aku adalah Mawla (pemimpin) nya, maka inilah Ali Mawla (pemimpin) nya. Ya ALLAH SWT, cintailah mereka yang mencintai Ali dan musuhilah mereka yang memusuhinya serta berilah kemenangan kepada mereka yang mendukungnya dan berilah kekecewaan kepada meraka yang mengecewakannya" (Hadist Rasul Suci SAWW - Al Ghadir, dll )


Dan Insha ALLAH kita semua tergolong kepada Umat Nabi saww yang menjalankan Amanah Suci Beliau saww...
(dicopy dari catatan tmn kami.... ius sahab)

Hari-hari terakhir Fatimah Az Zahra binti Rasulullah saw

Hari-hari terakhir Fatimah Az Zahra binti Rasulullah saw

Hari ini Fatimah a.s tampak dalam keadaan terbaik yang seharusnya setiap wanita seperti itu.
Fatimah a.s memegang Hasan a.s dan Husein a.s dan membasuh kepala mereka.
Lalu ia bertemu Imam Ali a.s dan berkata : “ Hai Abu Hasan, Jiwaku telah membisiku bahwa tak lama lagi aku akan berpisah denganmu.”Aku mempunyai wasiat yang telah kupendam dalam dadaku yang ingin aku wasiatkan padamu.

Ali a.s menjawab: “ Wasiatkanlah apa saja yang kau sukai, niscaya Kau dapati aku sebagai orang yang menepati dan melaksanakan semua yang Kau perintahkan padaku. Dan aku dahulukan urusanmu atas urusanku”.

Fatimah a.s mulai berkata : “ Abu Hasan, Engkau tidak pernah mendapatiku berdusta dan berkhianat”. Dan Aku tidak pernah menentangmu sejak Engkau menikah denganku.
Ali a.s menjawab: “ Aku berlindung kepada Allah, Engkau orang yang paling baik di sisi Allah, paling alim dan paling takwa”. Tidak wahai Fatimah, Engkau begitu mulia dan tidak pernah membantahku. Sungguh berat bagiku berpisah dan meninggalkanmu, tapi ini adalah hal yang harus terjadi. Demi Allah! Engkau mengulangi musibah Rasulullah Saww atasku. Sungguh besar kematianmu dan kepergianmu atasku. Kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali, Atas musibah yang sangat besar, sangat menyakitkan dan sangat menyedihkan.

Kemudian Ali a.s mengusap kepala Fatimah sambil menangis. Lalu Fatimah melanjutkan wasiatnya: “ Abu Hasan, jika aku telah meninggal,” mandikanlah aku, hunut-lah tubuhku dengan sisa hunuth yang telah di pakai oleh ayahku Rasulullah Saww, lalu kafanilah aku, Sholatilah aku dan jangan biarkan orang-orang yang memperlakukan aku secara kejam menghadiri jenazahku. Baik dari kalangan mereka maupun dari pengikut mereka.

Kemudian Fatimah berkata : “ Kuburlah aku diwaktu malam saat keheningan menyelimuti bumi dan mata terlelap dalam tidur, dan sembunyikanlah letak kuburanku.” Abu Hasan, Aku berwasiat kepadamu agar menjaga Zainab, juga Hasan a.s dan Husein a.s. Jangan Kau bentak mereka berdua, karena mereka akan menjadi anak-anak yatim yang penuh derita. Baru saja kemarin mereka ditinggal oleh Kakek mereka Rasulullah Saww, dan hari ini mereka akan kehilangan Ibu mereka, Fatimah.
Kemudian Imam a.s keluar ke Masjid.

Fatimah a.s berdiri dan memandikan Hasan a.s dan Husein a.s. Ia mengganti pakaian Hasan a.s setelah menyiapkan makanan bagi mereka. Fatimah a.s berkata kepada mereka : “ Keluarlah kalian ke Mesjid”. Fatimah a.s menitipkan Zainab ke rumah Ummu Salamah.

Asma binti Umais berkata: “ Aku melihat Fatimah a.s dan berkata padaku : “ Wahai Asma’, Aku akan masuk ke dalam kamarku ini untuk mengerjakan sholat-sholat sunnahku, dan membaca wirid-wiridku dan Al-Qur’an,”.
“ Bila suaraku terhenti, maka panggillah aku bila aku masih bisa menjawab”. “ Kalau tidak, berarti Aku telah menyusul Ayahku Rasulullah Saww.

Asma berkata : “ Fatimah a.s masuk ke dalam kamar”. Tatkala aku sedang asyik mendengar suaranya yang membaca Al-Qur’an, Tiba-tiba suara Fatimah a.s berhenti.

Aku memanggilnya, Ya Zahra….ia tak menjawab. Hai Ibu Hasan…ia pun tak menjawab. Aku masuk ke kamar dan Fatimah a.s telah terbentang kaku menghadap kiblat, sambil meletakkan telapak tangannya di bawah pipi kanannya. Fatimah a.s menemui ajalnya dalam keadaan dianiaya, syahid dan sabar.
Asma berkata : “ Aku menciumnya dan berkata padanya: “Wahai Tuanku/ Pemimpinku”, Sampaikanlah salamku kepada Ayahmu Rasulullah Saww”.

Saat aku dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
Hasan a.s dan Husein a.s yang saat itu masih kanak-kanak pulang dari Masjid.
Saat mereka masuk, Husein a.s yang pertama kali bertanya padaku: “ Asma, Dimana Ibu kami Fatimah a.s?” Aku menjawab: “ Kedua Pemimpinku, Ibu kalian sedang tidur”
Husein a.s berkata: “ Apa yang membuat Ibu kami tertidur disaat ini, saat sholatnya? “ Tidak biasanya ia tertidur di saat ini”.

Aku berkata: “ Wahai Dua Pemimpinku, duduklah hingga aku bawakan makan untuk Kalian”.
Asma berkata: “ Aku letakkan makanan di hadapan Hasan a.s dan Husein a.s”.
Mereka memanggut-manggut, kepala mereka ke arah bawah.
“ Sekarang,……ini makanannya, duhai Hasan, Cahaya Mata, duhai Husein”.
Husein a.s berkata: “ Hai Asma’, dari mana kamu tahu kita makan tanpa ditemani Ibu kami Fatimah a.s?” Setiap hari kita makan bersama Ibu kami Fatimah a.s mengapa hari ini tidak?

Perasaan Husein a.s tidak enak, Ia berlari ke kamar…..
Kemudian Ia duduk di depan kepala Fatimah a.s dan menciumya, Lalu Ia berkata: “ Oh, Ibu, berbicaralah padaku, Aku putra tercintamu…Husein. Ibu….., berbicaralah padaku sebelum rohku keluar dari badanku”.

Husein berteriak : “ Hai Hasan a.s, semoga Allah melipatgandakan pahala padamu atas kematian Ibu Kita Fatimah a.s”.
Imam Hasan a.s dating dan merangkul Ibunya dan menciumnya.
Asma’ berkata: “ Aku masuk kamar….Demi Allah, Husein a.s telah merobek-robek hatiku”. Aku melihatnya menciumi kaki ibunya Fatimah a.s. Dia berkata: “ Ibu…., Berbicaralah padaku sebelum jiwa berpisah dari badanku”.

Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun
(dicopy dr catatan tmnku Zain Ali Akbar)